Aurela melempar malas ponselnya, dia menggerutu sebelum masuk ke kamar mandi. Di bawah guyuran shower Aurela memejamkan mata merasakan kehadiran Rilan dalam imajinasinya. Bagaimana pria itu menyentuhnya, membelainya, bahkan dekapan yang di berikan Rilan membuat Aurela bergairah saat itu juga.
Untuk saat ini Aurela berfikir bahwa Arumi adalah saingan terberatnya. Entahlah, mungkin karena wanita itu memiliki posisi penting di hati Rilan, dan dia adalah wanita pertama yang di sukai oleh Rilan.
Aurela tidak ingin kehilangan Rilan, sampai kapanpun dirinya akan mengikat Rilan hanya bersamanya. Terlebih dia tidak ingin Rilan menyentuh wanita lain. Memikirkan-nya saja membuat Aurela gila. Apapun resiko-nya dokter hewan ini tidak akan menyerah. Dia harus mempertahankan Rilan untuk tetap menjadi miliknya.
"Shit .... Aku hampir gila karena pria itu."
"Pria mana yang sudah membuatmu gila."
M
"Maaf mengganggu," ucap Rilan dengan nada datar dan wajah datarnya.Arumi yang kaget dengan kedatangan Rilan segera merapikan diri dan menunduk malu."Dasar sinting, dia bahkan tidak bisa membedakan di mana tempat seharusnya melakukan hal seperti itu," gumam Rilan di dalam hati.Kenyataannya Rilan mengetahui Randika memang sering berhubungan dengan banyak wanita di luar sana sebelum bersama Arumi, dia bahkan tidak canggung melakukan hal seperti tadi di depan banyak orang termasuk di depan Rilan. Pria itu pun tidak peduli dengan kelakuan sahabat sekaligus majikannya itu. Namun, itu berlaku untuk wanita lain, tidak untuk Arumi.Arumi adalah wanita baik-baik yang harus di perlakukan dengan baik pula, dan ini bukan tentang rasa cemburu atau iri melihat kemesraan pasangan itu, tetapi Rilan hanya ingin Randika memperlakukan Arumi dengan sangat baik."Tuan mencariku?"
Arumi berdecak kesal, memijat pelipisnya yang terasa pening. pasalnya baru beberapa menit dia dia meninggakkan ruangan, Dua pria berkawan itu sudah menghilang saat seseoorang menghubungi. Tidak ada jawaban apapun dari Randika maupun Rilan. Mereka tidak mengangkat telponnya, tidak membalas semua pesannya."Kemana mereka sebenarnya?" Kembali dia menatap ketiga pelayannya yaitu Claudia, Grassy dan Minora."Apa kalian yakin tidak tahu kemana dua orang itu pergi? ini sudah hampir 1 jam dan tidak ada kabar apa pun dari mereka.""Pas manquer.""Lalu untuk apa kalian di rumah jika tidak tahu kemana perginya mereka!""Maafkan kami Nona, kami tidak tahu kemana Tuan muda dan Tuan Rilan pergi.""Sayang, tenanglah. Mungkin ada urusan mendadak yang harus mereka kerjakan.""Non, Mom. Aku yakin ada hal lain yang mereka sembunyikan dariku."
Randika berjalan dan berhenti di depan Arumi. sedetik setelahnya dia berjongkok hingga bisa menggenggam tangan Arumi yang duduk di depannya."Sayang ....""Kenapa? apa kau ingin mengatakan bahwa pernikahan kita di batalkan.""What? memangnya siapa yang ingin mengatakan seperti itu.""Aku tidak butuh penjelasan.""Maafkan aku, aku tahu aku salah.""Bagus jika kau menyadarinya. Sekarang pergilah.""Bukankah kau membutuhkanku?""Aku tidak membutuhkan pria berengsek sepertimu," ucapnya memalingkan wajah.Randika menarik napasnya dalam. Menggenggamsemakin kuat jemari Arumi. "Aku tahu aku salah, tapi ini tidak seperti yang kau pikirkan Sayang.""Pergilah Randik, pergi dari hadapanku.""Dia membutuhkan aku Rumi."Akhirnya manik cokela
"Sekarang jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi." Jenny benar-benar tidak sabar untuk mengetahui alsan di balik kelakuan anaknya yang labil. Mendengar nama wanita itu saja sudah membuat darahnya mendidi."Sayang, pelan-pelan.""Non, jangan membela anak bodoh ini. Dia selalu membuat darah tinggi ku kumat.""Senua wanita itu ternyata sama, tidak pernah mau mendengarkan penjelasan pria terlebih dahulu," ujar Amirta pasrah"Katakan sekarang, atau pernikahan anak mu akan aku batalkan.""Mom!""Sayang, sikap macam apa itu.""Jika dia terus berulah seperti ini, aku akan menikahkan Arumi dengan laki-laki lain. Aku bisa mencari pria yang lebih baik dari pada putramu yang bodoh ini.""Oke ... oke. Akan aku jelaskan. Tenanglah."Jenny membuat napas kasar, memasang wajah datar lalu memberi i
Evanya, wanita bermata biru yang sedang terbahak-bahak melihat raut wajah kedua pria di hadapannya."Sedang apa kalian di sini? apa Randika menugaskan kalian untuk menjagaku? atau kah mengawasiku?""Kau hanya berpura-pura agar bisa bebas bukan?."Wanita itu duduk dengan menatap Rilan yang melihat tajam ke arahnya. Bukannya takut wanita dengan rambut perak itu melipat tangannya di dada. "Bagaimana menurutmu. Apa aktingku cukup bagus? Aku bisa mengelabui kalian semua dengan sangat mulus.""Dasar wanita licik!" Rilan berkata dengan nada penuh penekanan."Bisa-bisanya kau membodohi kami Evanya. Dan dari mana kau dapatkan darah sebanyak itu?"Evanya menyeringai. "Para penjaga di sini cukup bodoh, mereka selalu tergila-gila dengan tubuhku maka dari itu--""Kau menukarnya dengan tubuhmu?" potong Rilan dengan cepat. "Di mana pun kau berada, kau s
Semalaman, pria bermanik hitam itu terjaga, memastikan wanita yang ada di dalam pelukannya baik-baik saja. Dalam tidurnya dia selalu terlihat gunda, Evanya membuat dia merasa terancam, pengaruh dari kehadiran wanita itu membuat tubuh Arumi panas dingin memikirkannya.Selama beberapa saat Randika tidur dengan posisi miring menyangga kepala dengan tangan. Dan dalam pelukannya, Arumi terlelap, menyembunyikan wajahnya di dada Randika. Kali ini dia tidak akan berfikir kotor karena Arumi sedang membutuhkan kehangatan darinya.Di detik-detik terakhir mata Arumi terpejam, Randika memberanikan diri untuk menghubungi Rilan dan Brian. Namun, tangannya tidak berhenti mengelus wanitanya. Dengen kelembutan dan penuh kasi sayang, Randika membelai kening Arumi yang terasa hangat, sepertinya perempuan ini sedikit demam."Apa sudah ada kabar tentang keberadaannya?"'Belum.'"Apa,
Lamunan itu buyar ketika pintu terbuka dan Randika muncul di sana. Arumi berpura-pura merapikan rambutnya, untung saja dia sudah memakai batrobes untuk menutupi tubuhnya kalau tidak, entah apa yang akan terjadi.Randika mendekatinya dengan senyum yang penuh godaan pria itu menyematkan lehernya pada bahu Arumi. "Apa yang kau lalukan berjam-jam di kamar mandi? Apa kau sedang menghindariku?""Ti-tidak.""Lalu kenapa kau cukup lama.""Aku .... Aku, aku hanya sedang merapikan rambutku," ucap perempuan itu terbata-bata.Randika terkekeh. "Apa kau malu denganku?""Aku akan keluar," ucapnya menerobos tubuh Randika yang berdiri tepat di hadapannya.Bukan main, betapa malunya Arumi saat ini. Bagaimana tidak, Pria itu melakukan penyatuan tubuh tanpa seijin darinya, dia bahkan membuka tanktop yang dia pakai tanpa ragu-ragu."Aaaa
"Maaf Tuan, hari ini kau ada rapat penting dengan para pemegang saham," ucap Clarisa sekretaris pribadi Randika. "Aku tahu, Rilan sudah mengingatkanku," jawabnya tanpa menoleh ke arah sumber suara. Randika terfokus pada objek di depannya. Dia memegang tablet sambil melihat sebuah titik yang menunjukan di mana Evanya dan Damian berada. Dia duduk sambil memijat pelipisnya yang terasa pening, itu karena sudah 2 jam dia mengamati titiik merah itu. Namun, titik itu tidak bergeser sedikitpun. Wanita itu kembali membuat masalah dengan kabur dari penjara, dia membayar beberapa penjaga untuk membantunya melakukan siasat untuk bisa mengelabui tiga sekawan itu. Dan Damian, pria yang Randika pikir tidak ada pengaruh apapun untuk kehidupannya kini menjadi bencana. Randika kembali fokus pada pekerjaannya, dia membereskan semua yang di perlukan untuk rapat pemegang saham. Terlalu fokus dengan tumpukan kerta