“Menurutku mereka mirip, sayang. Jadi belum tentu mereka.”Harris menghela nafas panjang, memang benar bahwa foto tersebut tidak menampilkan wajah mereka dengan jelas. Tetapi kata Hatinya tak pernah salah, ia amat yakin jika orang di foto tersebut adalah ayahnya dan Clara.Hal yang sama juga dirasakan oleh Anin, perempuan itu yaki jika itu adalah Tuan Setya dan Clara. Tetapi ia justru mengatakan hal yang sebaliknya, bukan tanpa alasan Anin melakukan hal tersebut. Foto itu bisa saja salah.“Atau lebih baik aku tanya saja pada Damar,” ucap Harris. Lelaki itu kemudian menekan nomor telepon asistennya, terdengar suara menunggu dari seberang. Tak lama kemudian panggilan terjawab.“Selamat Pagi Pak,” sapa Damar.“Tak usah basa basi ya, Mar. Aku ingin menanyakan perihal foto tadi, apakah kamu bisa konfirmasi kebenarannya? Maksudku, apakah kamu benar-benr bertemu dengan mereka?”Belum sempat Harris mendengar jawaban dari Damar, sang ibu muncul dari balik pintu bahkan perempuan itu tak mengetu
Anin segera mempercepat langkahnya saat netranya melihat kedua orang yang diduga Tuan Setya dan Clara. Ternyata mereka tak berhenti di lantai tiga melainkan lantai empat. Tepatnya di toko perhiasaan.“Ternyata benar itu ayah dan mbak Clara,” gumam Anin. Entah mengapa ia merasa sangat kesal dan kecewa. Anin ingin lebih lama berada di sana tetapi diriya sadar ada Ibu Harris yang menunggunya di bawah.Anin terus merutuki perbuatan tak terpuji kedua orang tersebut, ia berencana untuk melaporkan hal tersebut pada Harris nanti. Semakin lama langkahnya semakin cepat, ia tak ingin membuat sang Ibu mertua menunggu lebih lama.“Maaf lama ya Bu,” kata Anin meminta maaf.“Kamu ke kamar mandi ya mana sih, Nin?”“Kamar mandinya di lantai ini penuh, Bu. Jadi Anin pergi ke kamar mandi lantai atas, kebetulan tadi juga bertemu dengan teman Mas Harris, kami mengobrol sebentar. Maaf ya Bu,” ujar Anin berbohong. Ia terpaksa mengatakan hal tersebut. “Maaf ya Bu, Anin harus berbohong pada Ibu,’ batinnya.“T
Setelah melakukan pemikiran yang panjang, akhirnya Anin menuruti permintaan Ibu Harris. Ia tak akan mengatakan apa yang terjadi tadi pada Harris, Anin berusaha untuk menjaga rahasia ini rapat-rapat.Anin yang semula hanya menemani Bhima ternyata ikut tidur di samping anaknya. Perempuan muda itu tidur cukup nyenyak sampai tak tahu jika Harris sudah berada di kamarnya. Hari ini pemimpin perusahaan tersebut pulang cepat.Harris berdiri di samping ranjang, ia menatap wajah Anin ketika tidur. Menurutnya wajah Anin terlihat lebih cantik ketika tidur, Harris kemudian membuka jasnya. Ia melemparkan ke sembarang arah, kepalanya mendekat ke arah Anin. Lelaki itu mencium pipi Anin beberapa kali.Tentu saja hal tersebut membuat Anin terbangun, ia membuka matanya dan terkejut mendapati Harris ada di sampingnya. Anin yang terbangun karena ulah Harris, membuat ekspresi kesal namun hal tersebut membuat lelaki itu bertambah gemas.“Kamu harus dihukum karena terlihat cantik,” ujarnya. Lelaki itu dengan
Simbok yang semula berniat menemui Anin terpaksa mengurungkan niatnya setelah mendengar percakapan mereka berdua. Pegawai senior tersebut seketika membalikkan tubuhnya dan menjauh dari ruang kamar keduanya.Rupanya Nyonya Setya melihat pegawainya di tangga, ia pun segera memanggilnya. Ia ingin tahu tujuan simbok berada di lantai dua.“Dari mana mbok? Ada perlu denganku?” tanya perempuan paruh baya itu.“Tidak Bu, saya berniat ke kamar mbak Anin tadi tetapi tidak jadi,” jawab simbok terus terang.“Kenapa tidak jadi?”“Saya tidak mau menganggu mbak Anin dan Mas Harris, saya permisi ke bawah dulu, Bu,” ujarnya kemudian melanjutkan langkahnya menuju lantai bawah. Nyonya Besar tersebut mengerutkan keningnya, ia tak mengerti maksud ucapan asisten rumah tangganya itu.“Apa maksudnya tidak mau menganggu Anin dan Harris? Mereka melakukan hubungan di sore hari? Bukankah Harris baru saja pulang?” pikirnya.Karena tidak ingin penasaran, Nyonya Besar itu lantas berjalan ke kamar anaknya. Ia tak la
“Memangnya kenapa? Aku bertanya padamu, kamu maunya bagaimana?” ucap Nyonya Setya.“Kamu sepertinya ingin sekali berpisah denganku ya?” balas sang suami, lelaki itu mulai bersikap manipulatif. Nyonya Setya memutarbola matanya malas, ia menggelengkan kepalanya beberapa kali.“Aku rasa percuma ya kita bicara, kamu tidak paham topik pembahasan kita,” ujar Ibu Harris. Perempuan itu lantas berjalan menjauh suaminya.. Baru beberapa langkah Nyonya Setya berjalan nyatanya tangannya ditarik oleh lelaki paruh baya itu, refleks ia membalikkan tubuhnya. Kini pasangan yang sudah menikah selama 30 tahun itu saling berhadapan, wajah mereka sama tegangnya.“Aku mau kembali ke kamar, Mas,” kata Nyonya Setya seraya melepaskan cengkraman tangan suaminya.“Kita belum selesai bicara!”“Tidak ada lagi yang bisa kita bicarakan karena kamu bersikap seperti ini,” sahut perempuan paruh baya itu.“Aku? Bukannya kamu yang bersikap menjengkelkan?” sambung Tuan Setya, ia memulai pertengkaran lagi.“Kamu bilang aku
Lelaki paruh baya itu tampak bingung ketika data yang dilihatnya tadi tiba hilang dan website-nya tidak dapat diakses lagi.“Kenapa bisa begini,” gerutunya. Ia mencoba masuk ke database perusahaan lagi, ia mengulangi hingga beberapa kali. Namun hasilnya tetap nihil. “Ini pasti kerjaan Harris,” ujarnya, ia mendengus kesal.Tuan Besar itu lantas bangun dari kursinya dan berjalan menuju pintu, ia membukanya dengan kasar. Dengan langkah tegap ia berjalan menuju ke ruang kerja Harris yang ada di lantai dua. “Menganggu saja urusan orang tua,” gumamnya.Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, pria paruh baya itu membuka pintu kerja anaknya dan menghidupkan lampu. Nyatanya ruangan berukuran 4x4 meter itu kosong, tak ada Harris di sana. Semua perangkat komputer pun mati.“Pasti dia mengakses dari kamar tidurnya,” batin pria beruban itu. Tuan Besar itu kemudian berpindah tempat, ia menuju ke kamar Harris dan Anin. Padahal kenyataannya Harris sedang ada di luar, lelaki muda itu sedang bertanya kep
“Kamu memanfaatkan kebaikanku, Mas,” gerutu Anin, wajahnya berubah menjadi cemberut. Harris tertawa melihat ekspresi Anin, usahanya untuk menjahili Anin berhasil. Kedatangan Anin dan apa yang dilakukan perempuan itu mampu membuat dirinya lebih rileks.“Terima kasih sayang sudah menghiburku,” kata Harris, ia mengacak rambut Anin gemas.“Sama-sama, Mas. Ayo kita masuk ke dalam,” ajak Anin namun Harris menolaknya, lelaki itu masih ingin berada di dalam mobilnya.“Kita di sini saja, sayang,” tolak Harris.“Aku mau masuk ke dalam, aku tidak mau di sini lama-lama. Takuut,” ujar Anin, ia bergegas keluar. Sekali lagi Harris tertawa karena reaksi polos Anin, ia tahu maksud kata takut yang diucapkan oleh Anin adalah takut pada dirinya yang sewaktu-waktu bisa menjadi ‘liar’Harris kemudian menyusul Anin, ia keluar dari mobilnya dan melangkah masuk ke dalam rumah melalui taman samping. Salah satu tujuannya adalah melihat apa yang dilakukan ayahnya di dalam ruang kerjanya.Sayang, niat Harris tida
“Kenapa Ibu bisa seyakin itu? Bisa saja ayah pergi bersama temannya atau rekanan bisnisnya, Bu,” timpal Harris.“Memang benar, teman wanitanya,” sahut sang Ibu, Anin hanya menundukkan kepalanya. Ia tahu mengapa Ibu Harris sangat yakin akan hal itu karena Anin melihatnya secara langsung, di toko perhiasan.Pembicaraan tentang Tuan Setya terhenti karena asisten rumah tangga mereka memberitahu jika ada makanan pesanannya sudah datang. Ketiganya pun segera bergerak menuju ruang makan. Dilihatnya dua asisten lainnya sedang menata meja makan.“Kita makan sama-smaa, mbok. Ayo semuanya duduk sini,” ajak Nyonya Besar itu pada seluruh pegawainya. “Harris, panggil kedua supir dan security kita,” imbuhnya. Harris segera melaksanakan apa yang ibunya perintahkan. Moment ini benar-benar jarang terjadi.Kini semua orang sudah berkumpul di meja makan, mereka menikmati makanan yang sama dengan apa yang dimakan oleh majikannya. Suasana makan malam tersebut penuh kehangatan dan canda tawa. Mereka bisa me