“Kamu bilang apa tadi, Ris?” ujar lelaki paruh baya itu pada anaknya.“Aku tidak bilangapapun,” jawab Harris. Sebenarnya ia bisa saja mengulangi perkataannya namun mengingat hari sudah larut malam dan semua orang sudah beristirahat maka ia tak ingin memperpanjang masalahnya.“Jaga ucapanmu,” sambuh Tuan Besar itu, ia lantas meneruskan langkah masuk ke dalam kamar.“Dia menyuruhku menjaga ucapanku sedangkan dia tak menjaga sikapnya,” batin Harris, ia masuk ke dalam kamar dengan perasaan kesal. Suasana hatinya berubah secepat itu, semua karena ayahnya. Harris segera merebahkan dirinya di sofa yang empuk, tubuhnya lelah begitu pula dengan pikirannya. Tak perlu menunggu lama ia langsung tertidur.Ketika Harris sudah tertidur pulas, tiba-tiba saja Anin bangun. Ia mendapati lelaki itu tidur tanpa menggunakan selimut. Ia lantas turun dari ranjangnya, mengambil selimut yang biasa dipakai Harris kemudian menyelimuti pria yang dicintainya itu.Anin tak kembali naik ke ranajng melainkan pergi
“Aku lupa Mas apakah semalam aku bertemu dengan ayah atau tidak,” jawab Anin, ia berbohong kepada Harris.“Jadi kamu tidak tahu apa yang dilakukan ayah ketika malam hari?” tanya Harris lagi, ia menginginkan kepastian jawaban namun Anin tak merespon pertanyaan Harris, berpura-pura tidur. “Yasudah kalau begitu, kamu lanjut tidur saja,sayang,” ucap lelaki itu seraya mencium kepala Anin.Harris kemudian turun dari ranjang, ia emalkukan peregangan sebentar sebelum perg ke kamar mandi untu membersihkan diri. Begitu terdengar suara air shower, Anin membuka matanya. Ia menyudahi akting tidurnya.Ia merasa bersalah karena membohongi lelaki yang amat baik dan mencintainya sepenuh hati. Anin tampaknya terlalu malu untuk mengatakan jika ia ketahuan menguping dan juga memberitahu Harris tentang pertengkaran orang tuanya semalam.“Maaf ya Mas,” lirih Anin. Detik selanjutnya Anin menolehkan kepalanya ketika sang putra menangis, ia segera meraih Bhima, memeluk dan menenangkan bayi laki-laki itu. “Kam
“Benar Mas, kabel remnya terputus,” jawab supir tersebut.“Berarti ada yang ingin mencelakai anakku?”Semuanya diam tak merespon pertanyaan Nyonya Besar itu, meski tak ada yang berbicara namun mereka satu pemikiran. Bahwa ada yang melakukan sabotase terkecuali satu orang.“Kemarin bawa mobilnya masih aman ‘kan, Mas?” tanya si penjaga rumah. Harris menganggukkan kepalanya. “Mungkin bukan disengaja tetapi kabelnya saja yang sudah rusak.”“Untuk memastikannya mari kita lihat cctv,” ujar salah satu supir. Mereka lantas memeriksa video cctv sejak kedatangan Harris di rumah sore itu hingga pagi ini. Tak ada yang mencurigakan, tak ada yang mendekati mobil Harris yang ada justru sore hari kemarin dia dan Anin berada di dalam mobil tersebut.“Kamu sama Anin ngapain ada di sana, Ris?” tanya sang Ibu penasaran.“Harris sedang membicarakan masalah kantor tiba-tiba Anin datang dan ikut bergabung denganku,” jawab Harris. “Ibu jangan memikirkan hal yang tidak-tidak,” imbuhnya. Semua orang tertawa me
“Setuju Bu,” ujar perempuan itu antusias. Sang mertua kemudian mulai menjelaskan secara detail apa yang akan perlu mereka persiapkan agar surprise yang mereka berjalan lancar.Ketika Anin bertanya tentang menu makanan yang akan mereka bawa, Nyonya Besar itu berkata jika dia akan memasak makanan kesukaan Harris. “Kamu tidak usah membantu Ibu, urus saja Bhima. Tadi pagi Harris bilang kalau Bhima rewel ya?”“Biasa Bu, dia tiba-tiba saja rewel tetapi semuanya baik kok,” timpal Anin. “Ibu sungguh tidak mau Anin bantu?”“Tidak usah,” ulang wanita paruh baya tersebut. Ponsel Anin dan Nyonya Setya bunyi berbarengan, sebuah pesan datang dari Harris. Lelaki itu menepati janjinya untuk memberikan kabar pada Ibu dan juga kekasih hatinya.“Syukurlah, mereka sampai kantor dengan selamat,” ucap Nyonya Setya bahagia. Hal yang sama juga dirasakan oleh Anin, pria yang dicintainya itu memberikan kabar dan tak lupa emotikon hati berwarna merah jambu yang selalu mengakhiri kalimatnya.“Yasudah kalau begit
Anin membuang jauh-jauh pikiran negatifnya, meskipun ia tak tahu mengapa ayah Harris menatap botol tersebut. “Mungkin ayah teringat Bhama,” batin Anin. Ia terus melangkahkan kakinya menuju ke dapur bersih. Tangannya menarik pintu lemari pendingin kemudian memasukkan tiga botol asi berukuran sedang ke dalamnya.Setelah itu ia mendatangi Ibu Harris dan para pekerja yang mendampingi Nyonya besar itu. Aroma masakannya harum mewangi memenuhi ruangan seluas 4x4 meter tersebut. Anin melihat beberapa menu makanan sudah tertata rapi di meja dapur.“Makanannya sudah jadi dan jam makan siang akan tiba sebentar lagi,” batin Anin. Salah satu asisten rumah tangga keluarga Adijaya menyadari keberadaan Anin di sana. Ia pun menyapa Anin, sontak Ibu Harris dan asisten lainnya juga menoleh ke arah Anin.“Nin, kenapa ke dapur? Kan sudah ibu bilang untuk menjaga Bhima saja,” kata Ibu Harris, ia tampak kesal melihat Anin memasuki dapur.“Anin menyerahkan semuanya pada Ibu dan Simbok. Anin kemari karena m
“Apa tidak apa-apa Bu kita menggunakan ruang meeting untuk makan?” tanya Anin pada Ibu Harris.“Tidak apa-apa, Nin. Tenag saja, jika tempat ini kotor bisa dibersihkan,” jawab Nyonya Besar itu santai, Anin merespon dengan anggukan kepalanya. Ia lantas membantu Ibu Harris untuk mengeluarkan makanannya dan menata meja.Tak lama kemudian, Harris berserta asisten dan sekretarisnya datang ke ruang meeting. Ia terkejut mendapati dua wanita kesayangannya berada di sana, sedang menyiapkan banyak menu makanan.“Ibu ... Anin ...”“Mas, kami membawakan makan siang untuk kamu dan para staff-mu,” kata Anin.“Kalian mengejutkanku saja, aku pikir tadi terjadi sesuatu tidak tahunya ada yang memberi suprise. Harris tersenyum sumringah, ia tak menyangka akan dibawakan makanan oleh Anin dan ibunya. Nyonya Setya menyuruh Damar untuk memanggil karyawan yang bekerja satu lantai dengan mereka. namun yang bisa hadir hanya sebagian, sedangkan lainnya sudah janji untuk makan di luar.“Tak masalah,” ujar Nyonya
“Maksudnya berulah lagi?” tanya Anin yang bingung.“Nanti kamu jugaa akan tahu, tunggu saja kabar dari Damar, sayang,” ujar Harris. Anin menganggukan kepalanya sebagai respon atas perkataan lelaki yang ada di sebelahnya. Beda halnya dengan Nyonya Setya yang banyak berdoa agar suaminya tak menimbulkan banyak kerugian.“Selvi tolong panggilkan OB ya untuk membantuku membersihkan ruang ini,” kata Nyonytempat minu,sisa minuman yang tkdaksembari mengemas kembali makanan yang tersisa. Anin turut membantu, ia membereskan minuman yang tidak lagi di minum oleh pemiliknya.“Baik Bu,” ujar Selvi lalu menelpon salah seorang ketua divisi terkait,tak berselang lama, beberapa petugas kebersihan datang untuk membantu Anin dan mertuanya membereskan tempat itu. Beberapa karyawan juga sudah kembali menuju meja kerjanya masing-masing.“Terima kasih untuk makanannya Bu, Aku kembali bekerja ya Bu,” kata Harris pada Ibunya. Setelah mengatakan tersebut, Harris kemudian berpamitan juga pada Anin, ia janji se
Wanita paruh baya itu lantas menghubungi seseorang yang tentu saja memiliki hubungan keluarga dengannya. Lain tempat lain pula yang dilakukan oleh keluarga Adijaya, Tuan Setya saat ini baru saja meninggalkan gedung perkantoran tersebut.Ia sengaja berlama-lama di kantin perusahaannya, sepertinya lelaki paruh baya itu rindu dengan suasana bekerja. Usai meninggalkan gedung bertingkat tersebut, Tuan Setya lantas kembali ke rumahnya.“Baru pulang, Mas?” tanya Ibu Harris ketika berpapasan dengan suaminya di ruang tengah.“Iya,” jawab lelaki itu singkat. Tuan Setya berniat masuk ke dalam ruang kerjanya.“Kamu jadi lebih sering berdiam diri di ruang kerjamu ketimbang di kamar kita, Mas,” sambung Nyonya Besar itu, kata-kata terkesan menyudutkan suaminya. Tuan Setya yang sudah membuka pintu ruangan tersebut terpaksa menutupnya kembali, lalu menghadap ke arah wanita tersebut.“Entah mengapa ruang kerjaku membuat diriku nyaman. Lagipula aku harus segera mempelajari banyak hal untuk memperbaiki a