Share

3

Maria kini sudah berada di ruang aman rumahnya. Ia yakin di ruangan ini tidak bisa ditembus dan jalan menuju ke sini hanya dia yang mengetahuinya. Di dalam ruangan ini terdapat monitor CCTV rumahnya. Meskipun CCTV di pos keamanan sudah diputus, tapi CCTV yang dikendalikan oleh monitor ini tersembunyi.

Segeralah ia mencari keberadaan Ratha. Dilihatnya Ratha sedang membalut lukanya di dapur minibarnya dekat ruang tamu lantai 1 nya. Ada sebuah interkom yang menyambung ke semua ruangan. Satu lagi interkom itu ada di sini. Diangkatnya gagang telepon ini dan menelpon ruang tempat Ratha berada.

Dari monitor ia melihat Ratha segera mengambil telepon interkom yang ada di dinding dapur. “Halo? Ini siapa? Tolong panggil bantuan.”

“Ini aku Maria. Aku sudah memanggil bantuan. Aku berada di ruang aman. Aku bisa menuntunmu ke sini. Kamu tidak apa-apa?” tanya Maria. “Aku bisa membantumu dengan kamera tersembunyi untuk menuntunmu ke sini.”

“Ya. Kakiku terluka tapi masih bisa bergerak meskipun sakit.” Jawab Ratha.

“Di luar pintu yang kamu ganjal mereka mencoba mendobrak masuk. Tapi tidak sebentar lagi mereka akan menyadari mereka bisa masuk ke dalam sana dari arah teras dapur.” Kata Maria. “Keluar via teras itu lalu memanjat tangga darurat ke lantai 2. Jangan lupa naikkan tangganya nanti. Di sana ada interkom lagi per ruangannya akan aku hubungi untuk petunjuk berikutnya.”

“Baik!” jawab Ratha.

Dia melangkah perlahan keluar menuju teras dapur. Setelah situasinya aman dia berhati-hati memanjat tangga darurat yang berasal dari balkan lantai 2. Sepertinya tadi, Maria juga melewati rute ini. Sesampainya di balkan lantai dua segeralah Ratha menaikkan tangga darurat tadi.

Terdengar suara keras. Ratha berasumsi bahwa mereka telah menerobos dapur. Dimasukinya ruangan yang tampaknya seperti ruangan bersantai ini. Diambilnya telepon interkom itu dan bertanya kepada Maria.

“Di luar ruangan ini bagaimana?” tanya Ratha.

“Dari ruang tempat kamu berada, keluar lalu masuk ke kamar yang ada tempelan stikernya. Dari situ pakai tangga darurat lagi ke lantai 3. Lantai 3 adalah ruangan kerja ayahku dan masuk ke dalam sana. Aku akan membukakan pintu rahasianya.” Jawab Maria. “Hati-hati, beberapa mafia itu ada di luar. Bala bantuan mereka sudah datang.”

Ratha menutup telepon itu dan mendengus kesal. Dia mengumpat dan mengecek peluru senjata yang ia curi. Dari senapan serbunya dia masih mempunyai 18 peluru, dari pistol hanya 1 peluru. Tapi dia hanya akan menggunakannya saat terdesak. Di ruangan dia memindai apakah ada sesuatu yang bisa dia gunakan.

Ratha mengintip keluar, ada dua orang di lantai 2. Mereka tampaknya sedang menyatroni satu-satu ruangan yang ada di lantai 2. Ada 7 ruangan di sini, dengan ruang santai menjadi 8. Masalah utama bagi Ratha hanyalah lorong panjang ini. Tidak ada tempat yang bisa dijadikan perlindungan.

Ratha mengambil vas bunga dan melemparkannya ke arah teras ruang santai. Dari pecahan keramik itu dia ambil yang paling tajam. Kemudian dia bersembunyi di balik pintu untuk menyergap. Terdengar suara langkah kaki mereka menuju ruang santai.

Mereka menendang pintu dan segera menuju ke arah teras. Ratha lalu menggorok salah satu leher mafia tersebut. Teman yang satunya lagi mengetahuinya dan hendak menembak Ratha. Namun Ratha lebih sigap, dia mengambil pisau dari sabuk perlengkapan mafia yang ia gorok dan melemparkannya ke leher musuhnya.

Setelah memastikan keduanya tewas. Dia mengambil rompi anti peluru mereka dan perlengkapan mereka semua. Dipasangnya radio komunikasi mereka dan kini akhirnya dia tidak buta lagi. Kedua mayat tadi ia sembunyikan di dalam lemari. Telepon interkom berbunyi dan Ratha mengangkatnya.

“Awas, 5 orang berada di tangga menuju lantai 2.” Kata Maria. “Kamu sudah menemukan ruangan yang berstiker? Kalau sudah aku akan membantu mengganggu mereka supaya kamu bisa menyelinap.”

“Belum. Lihat tanganku saat aku sudah menemukannya. Kalau aku menunjukkan 4 jari. Telpon salah satu interkom kamar dan aku akan menyelinap masuk ke dalam kamar berstiker itu. Aku juga sudah memasuki saluran komunikasi mereka.” Jawab Ratha dan mematikan teleponnya.

Terdengar suara langkah kaki dari arah tangga. “Kamu dan 89, 90 ke lantai 3 langsung. Aku dan 88 akan ke lantai 2 mencari sumber suara tadi.”

Ratha menggunakan informasi yang ia dapat. Menunggu mereka untuk berpisah, Ratha menahan napasnya. “Segeralah pergi.”

Sialnya Maria salah mengartikan posisi Ratha. Dia menelpon salah satu ruang interkom itu dan membuat mereka berlima menyusuri lantai 2. Ratha hendak mengumpat dan kini mempersiapkan senapan serbu yang ia curi.

Salah satu dari mereka ada yang masuk ke dalam kamar yang pintunya ada tempelan stiker. Ratha hanya berharap semoga mereka tidak menemukan tangga darurat ke atas. Ratha bersiul dan menciptakan pengalihan. Mereka semua kini keluar kamar dan bergerak ke ruang santai.

Saat mereka memasuki ruang santai. Ratha menembak mereka dan berhasil membunuh dua orang dengan tembakannya. Musuhnya kini 3 orang bersembunyi di luar ruang santai. Ratha memutar otak lagi, bila dia terus bertahan di sini dia akan terkepung.

Diambilnya mayat salah satu yang tewas dan dia jadikan umpan, saat dia lemparkan keluar hujan tembakan langsung mengenai mayat itu. Ratha mendengar suara mereka mengisi ulang senapan serbu mereka. Dia menggunakan kesempatan ini untuk keluar dan menghabisi 3 orang di luar. Sialnya satu orang ada yang berhasil membalas tembakannya dan mengenai rompi anti pelurunya.

Dari tangga lantai 2 dia melihat beberapa musuh ada yang baru muncul. Ratha maju dan menjadi satu orang tadi sebagai tameng hidup. Diambilnya granat kejut dari sabuk mereka dan melemparkannya ke arah tangga. Diseretnya tameng hidupnya ke dalam ruangan tempat tangga darurat berada.

Dia segera menuju ke balkan kamar itu. Dari luar dia ditembaki oleh bala bantuan musuh. Ratha mengambil granat ledak milik musuh dan melemparkannya ke arah bala bantuan musuh dari luar. Ratha menembak mati tameng hidupnya dan bergegas menaiki tangga darurat.

Tangga daruratnya ia naikkan. Ia berhasil naik ke balkan lantai 3. Kini dia berada di dalam ruang kerja ayah Maria. Di sana pintu menuju ke sini sudah ditutupi oleh rak buku dan meja kerja. Tiba-tiba pintu kulkas besar di ruangan ini terbuka dan terlihat Maria.

Ratha menurunkan senapannya dan segera menuju ke sana. Setelah berada di dalam kulkas, Maria menguncinya dari dalam menunjukkan ada pintu rahasia yang menyatu dengan dinding kulkas. Ada sebuah tangga menuju ke bawah. Maria turun dahulu lalu diikuti oleh Ratha yang dengan pelan-pelan menuruni tangga.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status