Share

Legend of Li Chen
Legend of Li Chen
Penulis: Hamtaro Dasha

1 - Permulaan

Pasar besar dari ibu kota Kerajaan Datong selalu terlihat ramai. Tidak hanya siang, bahkan malam pun tidak pernah lepas dari keramaian.

Para pedagang terlihat menyerukan barang dagangan mereka, berusaha menarik pelanggan agar membeli. Mereka tidak pernah lelah memasang wajah yang bersahabat dan penuh semangat.

Hanya saja di antara hiruk-pikuknya pasar, teriakan seorang wanita nyaris teredam. Dia berteriak histeris akibat kehilangan kantong berisi koin emas miliknya.

"Pencuri..! Pencuri..!"

Wanita dengan pakaian berwarna hijau itu panik dan menangis sejadi-jadinya. Dia berusaha meminta pertolongan sambil terus mengejar orang yang sudah mengambil uangnya.

Sebelumnya, keadaan wanita itu baik-baik saja. Dia menikmati keindahan pasar besar dan baru akan membeli sebuah hiasan rambut saat seorang anak laki-laki berusia sekitar 14 Tahun dengan berpakaian lusuh menghampirinya.

Wanita itu dalam suasana hari yang baik hingga bermaksud memberi sedikit uang kepada anak laki-laki itu. Tetapi tidak diduga, kantong uangnya justru dirampas dan anak tersebut langsung lari begitu saja.

"Pencuri..!" Wania itu berseru saat dia terkejut dengan suara keras dan seseorang melompat tepat di atas kepalanya. Dia sampai kaget bukan main.

!!

Seorang anak menapakkan kaki tepat di depan wanita itu. Postur tubuhnya tegap, dia memakai pakaian berwarna cokelat-kehitaman dan memiliki wajah yang bersih. Angin melambaikan pakaiannya.

Wanita itu tersentak, apalagi ketika anak di depannya mulai berbalik dan memperlihatkan senyuman yang cukup manis. Entah kenapa, tetapi melihat anak ini membuatnya tenang.

"Nyonya, tunggu saja di sini. Aku akan membawa benda milikmu kembali,"

"Tapi-!!"

Anak laki-laki yang tampan itu seketika berlari, bahkan sebelum wanita tersebut merespon. Di keramaian pasar, pencurian semacam ini memang biasa terjadi. Hanya saja beberapa pedagang dan orang-orang yang berlalu-lalang terkadang tidak peduli, bahkan untuk sekadar memberikan pertolongan.

"Pencuri...!" anak laki-laki yang nampak tangkas itu berlari sambil berseru. Dia sesekali meminta orang-orang di sekelilingnya untuk menepi.

"Pencuri-"

"Minggir..! Ada pencuri..!"

?!

Anak laki-laki yang berpakaian bersih itu nampak tercengang saat anak yang dia kejar justru menyerukan kata, 'pencuri' hingga orang-orang di sekitarnya menjadi riuh dan membiarkannya lewat.

"Sialan, kau yang pencuri..! Kenapa berteriak-"

"Pencuri..! Awas..! Pencuri..!"

"Tsk, dasar bocah licik. Berhenti kau..!"

Di bawah langit pasar ibu kota Kerajaan Datong, ada dua anak laki-laki yang berlari. Satu orang dengan pakaian lusuh ala pengemis, sementara satunya lagi merupakan anak dengan pakaian biasa dengan wajah menawan.

Beberapa anak pengemis yang berada di keramaian pasar juga melihat tindakan kejar-kejaran itu. Mereka berkedip dan mulai saling memberi isyarat satu sama lain.

Di saat yang sama, dua anak laki-laki yang berlari itu nampak tersenyum samar. Mereka tidak lagi berseru seperti sebelumnya, justru sekarang mereka mulai berbelok ke sebuah lorong yang rupanya merupakan tempat terpencil di pasar besar ini.

Di antara keindahan dan kemegahan ibu kota Kerajaan Datong, ada salah satu tempat yang cukup terasing. Lokasi itu merupakan pasar lama yang sudah tidak terpakai hingga telah dilupakan. Di sanalah, anak laki-laki berpakaian kumuh itu berhenti berlari.

!!

Anak dengan wajah yang kotor itu terlihat kaget saat seseorang melentingkan tubuh, tepat di atasnya. Dia pun mulai mengatur napasnya dan lalu menggeleng pelan. "Apa kau tidak bisa menyerah saja saat mengejarku, Li Chen?"

Anak laki-laki dengan senyuman menawan itu nampak membalikkan tubuhnya dan berkata, "Aku tidak mengenal kata, 'menyerah'. Sekarang sebaiknya kau berikan benda yang kau curi,"

Anak laki-laki dengan pakaian lusuh itu mulai mengembuskan napas dan merogoh kantong uang yang dia simpan dalam pakaian miliknya. Dia pun melemparkannya dan ditangkap oleh anak bernama Li Chen tersebut.

Li Chen menimang-nimang kantong uang di tangannya dan binar matanya semakin cerah. Dia pun tersenyum lebar, "Pekerjaanmu benar-benar bagus. Wanita itu ternyata punya uang sebanyak ini,"

Anak laki-laki itu tertawa, "Tentu saja. Aku punya penglihatan yang bagus jika berhubungan dengan uang,"

"Baiklah, Kawan. Ambil ini," Li Chen mengeluarkan lima keping emas dalam kantong uang di tangannya dan menyerahkannya pada anak laki-laki yang tidak lain adalah rekannya sendiri.

Anak dengan pakaian kumuh itu kembali mengembuskan napas. Dia menerima uang dari Li Chen dan berkata, "Kenapa hanya sedikit yang kau keluarkan, Kawan. Di kantong itu ada banyak koin emas, apa kau serius akan melakukannya lagi?"

Li Chen mendengus, "Tentu saja. Aku akan pergi dan mengembalikan benda ini. Nyonya itu pasti sedang menangisi hartanya,"

"Haaah ... Ya ampun. Aku yakin dia berasal dari keluarga yang kaya. Kau tidak perlu kembalikan uang itu. Lagipula, aku sendiri bahkan berusaha keras mendapatkannya."

"Tidak seperti itu, Temanku Jiang. Hanya pencuri biasa yang akan mengambil semua harta berharga korbannya. Sementara aku, Li Chen ini merupakan pencuri yang paling luar biasa."

"Saudara Chen..!"

"Senior Chen..!"

?!

Xiao Jiang tersentak saat mendengar banyak suara. Dia pun langsung menoleh dan melihat ada banyak anak-anak berusia mulai dari 12 hingga 15 Tahun yang berjalan mendekat.

Anak-anak itu mempunyai penampilan yang berbeda-beda, namun kebanyakan nampak berpakaian lusuh dan berwajah selayaknya pengemis. Mereka tidak lain adalah rekan-rekannya sendiri.

Li Chen memperhatikan anak-anak tersebut dan lalu bertanya, "Bagaimana? Apa panen kalian berhasil?"

"Aku dapat banyak," seorang anak perempuan memperlihatkan dua kantong berisi koin di tangannya. Masing-masing terlihat penuh.

"Aku juga punya,"

"Aku berhasil mendapat gelang emas,"

"Saudara Liu hampir saja ketahuan tadi, untunglah kami selamat."

"Kita benar-benar panen besar,"

Li Chen tersenyum bangga. Dialah yang telah menyusun strategi pencurian paling menarik ini.

Temannya, yakni Xiao Jiang bertindak sebagai pengalih perhatian. Dia pun ikut membantu Xiao Jiang agar tingkat keberhasilan strategi itu semakin besar. Sementara teman-temannya yang menyebar di tiap-tiap tempat menjadi eksekusi. Mereka mencuri barang berharga apa pun yang mampu diambil tanpa menimbulkan kecurigaan.

Teman-teman Li Chen hanya mengambil sedikit dari koin-koin emas para pedagang dan juga orang-orang kaya yang berlalu-lalang. Tiga atau empat koin yang hilang tidak mungkin disadari oleh mereka. Alhasil, teknik pencurian semacam ini bisa dilakukan beberapa kali. Tentu, Li Chen menggunakan jeda agar tidak ada yang bisa mengendus keterlibatannya.

"Baiklah, untuk hari ini kita sudahi saja. Kalian pulang dan aku akan pergi menjadi pahlawan dulu," Li Chen memain-mainkan kantong berisi kepingan emas di tangannya sebelum berlari untuk menemui wanita pemilik kantong tersebut.

Kerajaan Datong yang diberkahi oleh langit dengan tanah yang penuh kesuburan masih belum mampu memakmurkan seluruh rakyatnya.

Ini bukan karena kutukan, tetapi raja yang berkuasa saat inilah yang sudah membuat warga dari Kerajaan Datong menderita.

Apa yang terlihat di pasar ibu kota kerajaan merupakan topeng yang menutupi wajah asli kehidupan di kerajaan ini. Li Chen sudah hidup lama dan tahu bahwa tanah airnya tidak dalam kondisi yang baik-baik saja.

Dia sama sekali tidak menyesal melakukan tindakan kejahatan ini. Sama sekali tidak. Justru, orang-orang kaya seperti pemilik kantong berisi koin emas ini harusnya merasa bersyukur, karena Li Chen telah membuatnya menebus sedikit dosanya.

Guru Li Chen pernah mengatakan, ada hak anak yatim sepertinya dalam harta orang-orang kaya. Li Chen hanya mengambil hak yang menjadi miliknya dan milik teman-temannya. Hanya saja memang, Sang Raja sendirilah yang paling banyak berhutang.

Li Chen berpijak pada sebuah bangku kayu dan mulai melompat naik ke atap sebuah kedai. Dia terus melompat hingga mencapai atap bangunan yang paling tinggi. Dari sisi, dia bisa melihat istana dari raja Kerajaan Datong.

"..............."

Li Chen memandang lurus dan kemudian mengedarkan pandangannya. Angin melambai-lambaikan pakaian dan rambutnya.

'Kerajaan ini indah, tetapi hanya di mata para kaum berada. Tidak akan pernah terlupakan bahwa kau sudah membuat teman-temanku menderita.' Li Chen menarik napas dan kembali membantin, 'Saat ini usiaku masih belum cukup untuk menghadapimu. Tapi suatu hari nanti akan kupastikan .... Aku akan mencuri emas di istanamu, Xuan Tao Ming."

*

*

*

"AAAAKKH..!"

Suara kesakitan anak kecil memekakkan telinga terdengar di halaman luas istana raja. Siapa pun yang mendengarnya pasti akan merasakan sakit yang teramat, apalagi ketika melihat betapa mengerikannya keadaan anak tersebut.

"PUTRAKUU..!"

"Yang Mulia, tolong ampuni putraku. Tolong ampuni dia, Yang Mulia. Dia hanya anak kecil. Aku mohon, tolong ampuni dia."

Ada dua orang dewasa yang menangis sambil meminta pengampunan. Suara mereka sudah serak, nyaris tidak terdengar. Di sisi lain dan di tempat yang paling tinggi, justru seseorang yang duduk di sebuah singgasana bahkan tidak mengatakan apa-apa.

Ada sebuah tirai pemisah yang membuat wajah sosok paling berkuasa di negeri ini tidak bisa dilihat secara langsung. Tetapi meski begitu, bayangannya pun sudah membuat orang lain merasa tertekan.

"AAAAAKH...!"

"Yang Mulia, aku mohon...! Tolong kasihani putraku..!" wanita itu bersujud memohon pengampunan. Dia benar-benar tidak bisa melihat putranya dicambuk hanya karena menyebut nama Sang Raja.

"Yang Mulia-"

"Tenanglah," suara yang penuh wibawa itu terdengar, namun sama sekali tidak membuat hati tenang. Justru, suara itu membawa nuansa penuh tekanan dan membuat perasaan sesak.

"Kalian tidak perlu terlalu menangisinya..." suara itu kembali lagi dan kali ini terdengar bernada sedikit meledek, "... Karena satu anakmu mati, kau masih bisa memiliki anak yang lain. Aku melihat .... kalian juga belum terlalu tua. Kalian bisa memiliki anak satu, dua, atau tiga. Anggap saja anakmu yang satu ini .... Dikorbankan untuk kemakmuran negeriku,"

"AAAAKH..!"

"Suara yang indah~ terdengar bagai alunan musik di telingaku. Bagus sekali~"

!!

Wanita dan suaminya itu mendengar suara dari raja yang tidak lain adalah Yang Mulia Xuan Tao Ming. Mereka menangis histeris karena apa pun yang dikatakan, Raja Tiran ini sama sekali tidak berbelas kasih.

"Yang Mulia..!" Wanita itu terus terisak, "Hamba mohon..! Hamba mohon..! Tolong ampuni putraku-"

"Berhentilah menangis!" suara bentakan terdengar. "Kau mengacaukan teriakan indah putramu,"

Sosok yang duduk di belakang tirai merah itu nampak berdiri. Wajah Sang Raja tidak terlalu jelas, namun dari postur tubuh yang nampak---dia adalah sosok yang luar biasa mengagumkan.

"Aku tidak akan pernah mentolerir siapa pun yang berani menyebut namaku secara langsung. Putramu sudah melakukan kesalahan paling besar dan hanya kematian yang bisa menebus dosanya ini."

!!

"Yang Mulia, tidak-"

"Panglima! Bawa anak itu ke pusat kota dan cambuk di hadapan banyak orang sampai dia tidak bersuara lagi. Lalu gantung mayatnya selama tiga hari. Dan jika kedua orang tua ini belum berhenti menangisi putra mereka, kau habisi saja keduanya."

"XUAN TAO MING...!"

!!!

Teriakan kasar dari lelaki tua yang merupakan ayah dari anak laki-laki yang disiksa itu membuat semua orang yang ada di halaman istana, sekaligus raja sendiri menjadi terkejut.

Lelaki tua yang sudah putus asa dan diselimuti amarah itu menunjuk ke arah sosok yang paling ditakuti. Dia berteriak, "Kau mendapatkan singgasana itu dengan cara yang hina! Maka suatu hari nanti, kau akan digulingkan dengan cara yang lebih hina! Jika putraku mati hari ini, maka itu akan menjadi awal dari kehancuranmu..!"

!!

******

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status