Share

4 - Kelicikan

Hanya sekali pukulan, meja yang terbuat dari giok langsung pecah. Sosok yang melakukan tindakan kasar itu tidak lain adalah Raja Xuan Tao Ming sendiri.

Pria yang mempunyai tubuh perkasa dan wajah garang tersebut nampak menatap tajam ke arah wanita cantik berpakaian merah yang tidak lain adalah selir ketiganya, Nona Xia Yi Zhan.

Wanita yang mempunyai tahi lalat di bawah mata sebelah kanannya itu adalah sosok yang berpengaruh besar dalam setiap sepak terjang Xuan Tao Ming. Bahkan wanita itulah yang memudahkan Xuan Tao Ming menguasai Kerajaan Datong.

"Kau bilang .... Seorang anak laki-laki akan nenjadi kematianku? Siapa ...? Katakan siapa dia?" Raja Xuan Tao Ming bertanya dengan suara yang dingin.

"Saya tidak tahu siapa anak itu. Dewi Nuwa memberikan penglihatan padaku, bahwa kekuasaan Tuanku akan mulai terguncang."

"Ha ha ha," Raja Xuan Tao Ming tertawa dan menggeleng pelan. Tawanya lantas berhenti saat dia menatap tajam ke arah selirnya.

Raja Xuan Tao Ming berkata, "Kerajaan yang berhasil kuraih dengan tangan ini ... Tidak akan mungkin diguncangkan hanya dengan kerikil kecil. Bahkan kerajaan lain yang menentangku pun rata dengan tanah. Apa kau pikir, anak kecil bisa membuatku takut?"

"Anda yang berkuasa, Yang Mulia. Tidak ada Raja yang begitu agung sepertimu." Nona Xia Yi Zhan berujar, "Namun yang kulihat adalah masa depan. Kekuasaan Yang Mulia akan hancur dan bersamaan dengan itu----Kematian juga akan menghampirimu."

Pandangan Raja Xuan Tao Ming semakin memburuk. Dia berjalan menghampiri selirnya dan dengan suara yang dingin berkata, "Aku adalah abadi. Tidak ada kematian untukku. Ramalanmu kali ini membuatku sangat marah,"

"Maaf, Yang Mulia. Saya mengatakan apa yang diperlihatkan Dewi Nuwa,"

"..............." Raja Xuan Tao Ming terlihat mengepalkan kedua tangannya. Dia pun berjalan pergi dan memberi isyarat agar Xia Yi Zhan mengikutinya.

Mereka pergi ke aula istana. Raja Xuan Tao Ming sebelumnya telah menyuruh salah satu pelayan untuk memanggilkan penasehat kerajaan. Sosok itu adalah pria tua dengan janggut putih yang bernama, Wu Bei Han.

"Salam Yang Mulia! Semoga Yang Mulia panjang umur," Wu Bei Han membungkuk dan memberi hormat. Dia merasa gugup karena tiba-tiba dipanggil seperti ini.

Raja Xuan Tao Ming melirik ke arah Wu Bei Han sebelum menoleh ke arah selir ketiganya itu. Dia berkata, "Yi Zhan. Lihat dengan baik bagaimana Raja-mu ini menghabisi kematiannya sendiri,"

Raja Xuan Tao Ming menatap Wu Bei Han dan berkata, "Sebarkan undangan ke seluruh kerajaan ini...! Aku ingin semua anak di Kerajaan Datong menghadiri perjamuan ulang tahun Ibu Suri. Hanya anak-anak saja yang diundang dalam perjamuan, jadi pastikan semua anak hadir. Bila ada orang tua yang mencegah anak-anak mereka datang, kau tinggal habisi mereka semua."

Wu Bei Han terkejut. Dia sebelumnya sudah menduga bahwa Raja Xuan Tao Ming pasti memiliki rencana hingga memintanya datang kemari. Dan jujur saja, dirinya bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh tirani kejam ini selanjutnya.

Selir ketiga Raja Xuan Tao Ming adalah seorang peramal yang luar biasa. Jika firasat Wu Bei Han benar, maka ucapan dari Raja Xuan Tao Ming barusan bermaksud untuk menghabisi seluruh anak di Kerajaan Datong ini.

Wu Bei Han berekspresi pucat. Dirinya tidak memiliki cukup keberanian untuk sekadar menyampaikan pendapatnya. Keputusan Raja Xuan Tao Ming ini bisa membuat Kerajaan Datong mengalami dampak yang buruk.

"Yang Mulia," Xia Yi Zhan buka suara. Dia berujar pelan, "Pertimbangkan kembali keputusan Anda. Jika Anda menghabisi seluruh anak, maka apa yang akan terjadi dengan kerajaan ini?"

Wu Bei Han mengangguk cepat, dirinya sangat setuju dengan ucapan selir Xia Yi Zhan. Dia kembali mendengar wanita cantik itu berbicara.

"Laki-laki," Xia Yi Zhan membelai pelan rambutnya dan berkata, "Saya belum mengatakannya. Kematian Yang Mulia adalah seorang anak laki-laki, berusia sekitar 13 atau 14 Tahun. Hanya itu yang diperlihatkan Sang Dewi padaku,"

'Wanita penyihir ini ...' Wu Bei Han sama sekali tidak senang dengan ucapan Xia Yi Zhan. Selir ketiga Raja Xuan Tao Ming ini terlalu mencampuri banyak hal dan seakan mengendalikan tindakan Sang Raja.

"Anak laki-laki?" Raja Xuan Tao Ming berbalik dan menatap tajam ke arah Xia Yi Zhan. Dia pun bersuara dingin, "Apa kau yakin itu anak laki-laki?"

Xia Yi Zhan mengangguk pelan. Dia membenarkan. Raja Xuan Tao Ming menyeringai dan lantas menoleh, dia menatap Wu Bei Han.

"Penasehat Wu, kau dengar itu?" Raja Xuan Tao Ming berkata, "Undang semua anak laki-laki berusia 13 sampai 14 Tahun untuk menghadiri perjamuan."

"Ya-Yang Mulia," Wu Bei Han menelan ludah. Suaranya bergetar saat berkata, "A-ada 58 orang anak laki-laki berusia sekitar 13 dan 14 Tahun di kerajaan ini. 20 orang merupakan putra bangsawan. A-apakah saya juga perlu mengirimkan undangan ke-kepada mereka?"

Raja Xuan Tao Ming tiba-tiba berjalan dan langsung meraih leher Wu Bei Han. Dia membuat pria tua itu terkejut bukan main, apalagi saat dia mencengkeram leher Wu Bei Han dengan kuat.

Raja Xuan Tao Ming berkata dengan suara yang dingin. "Aku ingin semua anak laki-laki yang kusebutkan tadi. Tidak peduli dari kalangan mana dia berasal, aku mau semuanya. Dan sebaiknya kau tidak membuat kesalahan atau aku akan menjadikanmu makanan peliharaanku. Sekarang pergi..!"

Wu Bei Han terbatuk saat cengkeraman pada lehernya mulai dilepaskan. Dia pun dengan segera memberi hormat dan lalu pergi untuk menjalankan perintah Raja Xuan Tao Ming. Sungguh, lehernya terasa sakit sekali.

*

*

"Mereka masih hidup," Shuang Fei terlihat memeriksa kondisi Jiang Sheng Yan dan juga anak laki-laki berusia 10 Tahun itu. Hanya saja raut wajah Shuang Fei sama sekali tidak terlihat baik.

"Meski selamat, tapi kondisi mereka kritis. Kita harus segera membawanya ke tabib," Shuang Fei menatap ke arah Li Chen dan Xiao Ling. Dia mengatakan bahwa kedua orang yang diperiksanya mengalami luka yang parah.

Li Chen mengangguk, dia pun menoleh ke arah Xiao Ling dan berkata. "Ling'Er, kau sebaiknya pulang. Aku dan Saudara Fei akan membawa paman dan juga putranya ini ke tempat tabib Mu. Kau jangan berkeliaran lagi, mengerti?"

"Mn, baik." Xiao Ling mengangguk dan meminta agar Li Chen dan Shuang Fei berhati-hati. Dia pun pergi meninggalkan kedua temannya itu.

Li Chen dan Shuang Fei mengangkat Jiang Sheng Yan dan putra pria tua itu. Mereka memang kesulitan, tapi untung saja kediaman Tabib Mu tidak jauh dari tempat ini.

Li Chen dan Shuang Fei menggunakan Tenaga Dalam untuk menguasai ilmu meringankan tubuh. Teknik mereka cukup baik, namun memang belum sepenuhnya ahli.

Ketika berada di kediaman Tabib Mu, Jiang Sheng Yan dan putranya mulai diobati. Tabib Mu sendiri merupakan orang cukup dikenal oleh Li Chen dan juga Shuang Fei. Mereka bahkan akrab dengan tabib tersebut.

"Aiyo ... Kau membuat masalah lagi," Tabib Mu menggeleng pelan dan menatap ke arah Li Chen yang sedang duduk di salah satu kursi. Anak laki-laki berusia 14 Tahun itu nampak memakan salah satu buah yang tersaji di meja.

Tabib Mu berkata, "Bagaimana kau bisa menculik tawanan dari Raja Xuan Tao Ming, bahkan di depan banyak orang? Apa kau tidak waras?!"

"Ayolah, Paman Mu." Li Chen memakan apel di tangannya dan berkata, "Kenapa kau terus menyalahkanku? Saudara Fei juga melakukannya,"

"Shuang Fei pemuda yang baik, dia tidak mungkin sepertimu." Tabib Mu berkata, "Jika Shuang Fei melakukan kesalahan, kau pasti terlibat di dalamnya."

"Astaga ..." Li Chen tidak percaya akan mendengar ucapan itu. Dia pun berkata, "Apa di matamu aku ini sangat buruk?"

"Memang kapan kau pernah baik?"

Li Chen tersentak, "Paman Mu..! Kau sangat keterlaluan,"

Shuang Fei menahan senyumannya. Dia baru akan bicara saat sebuah suara terdengar. Dia tersentak dan langsung menoleh ke arah pintu.

"Tabib Mu..! Tabib Mu..! Apa Senior-ku ada di sini..?"

Li Chen menoleh. Dia mengenali suara itu dan melihat Shuang Fei berjalan ke arah pintu. Saat dibuka, yang datang rupanya adalah Jun Wu.

Li Chen, Shuang Fei dan Tabib Mu nampak mengerutkan kening saat melihat raut wajah Jun Wu yang begitu khawatir. Bahkan bila diperhatikan dengan baik, anak laki-laki berusia 13 Tahun itu kemungkinan besar berlari sekuat tenaga hingga sampai di sini.

"Ada apa denganmu?" Shuang Fei bertanya sebab napas Jun Wu tersengal-sengal.

Jun Wu sendiri berusaha menenangkan dirinya. Dia memang berlari sekuat yang dia bisa dan mencari Li Chen. Sulit untuk menemukan seniornya itu, tetapi syukurlah dia ingat bahwa terkadang Li Chen sering mengunjungi kediaman Tabib Mu.

"Senior ..." Jun Wu mulai buka suara. Dia menatap ke arah Shuang Fei sebelum pandangannya mengarah pada Li Chen.

Jun Wu berkata, "Senior harus segera pulang. Guru ... Guru ..."

!!

Li Chen dan Shuang Fei terkejut ketika Jun Wu tiba-tiba saja meneteskan air mata. Rasanya seakan anak laki-laki itu sudah menahan diri untuk tidak menangis.

"Apa yang terjadi dengan Feng Mu?" Tabib Mu juga ikut kaget. Dia menatap ke arah Jun Wu dan menunggu jawaban dari anak laki-laki itu.

"Guru ... Guruku-"

"Tabib Mu," Li Chen berbicara pada Tabib Mu sambil menyentuh bahu Jun Wu. Dia berkata, "Anak ini terlalu cengeng. Itu bukan masalah. Aku akan pulang dan memeriksa kondisi guru. Paman Mu tolong rawat saja kedua orang itu,"

"Kau harus segera memberitahuku bila ada sesuatu yang terjadi dengan Feng Mu," Tabib Mu memang tidak bisa meninggalkan kediamannya. Dia punya kewajiban yang besar di tempat ini.

Li Chen mengangguk pelan. Dia menoleh ke arah Shuang Fei dan memberi isyarat mata. Mereka pun pergi meninggalkan kediaman Tabib Mu bersama Jun Wu.

Lokasi yang menjadi rumah bagi Li Chen dan teman-temannya adalah sebuah pemukiman yang berlokasi di dalam Hutan Bai Xu. Tempat itu merupakan desa kecil dan hanya di huni oleh sekitar 27 kepala keluarga.

Orang-orang di sini menggantungkan hidupnya pada Hutan Bai Xu. Mereka berburu hewan liar dan menjualnya sebagian untuk membeli beras di pasar yang ada di kota.

Li Chen dan teman-temannya terkenal di desa ini. Meski masih tergolong anak-anak, semangat juang dan rasa keadilan mengalir seperti darah di dalam tubuhnya.

Li Chen dan teman-temannya mempunyai peran besar di desa ini. Merekalah yang memikul beban dalam pembayaran pajak atas tanah yang warga desa ini tempati.

Di bawah didikan orang bernama Feng Mu, Li Chen dan teman-temannya belajar tentang Wulin (seni bela diri). Mereka diajari bela diri dan keterampilan yang berhubungan dengan obat, penyamaran dan penggunaan senjata.

Di usianya yang ke-14 Tahun, tentu masih banyak yang harus dipelajari oleh Li Chen. Namun di mata warga desanya, dia adalah sosok yang sudah sangat hebat dan mereka menyayanginya.

"Senior ...!" salah seorang anak berseru ketika melihat Li Chen yang baru saja tiba, diikuti oleh Shuang Fei yang membawa Jun Wu bersamanya.

Ada sebuah rumah kayu sederhana dengan halaman yang luas. Pintu gerbang yang terbuat dari bambu kuning itu serta papan nama bertuliskan 'Jembatan Yue Long [月龙桥]' menjadi penyambut kedatangan siapa pun ke tempat ini.

Li Chen melihat teman-temannya yang berjumlah sekitar 21 orang. Mereka memiliki usia yang berbeda-beda dan ekspresi wajah mereka semua tidak jauh berbeda dengan ekspresi Jun Wu.

"Senior Fei ...! Senior Chen ...!" salah satu anak perempuan menghampiri Shuang Fei dan Li Chen. Dia memeluk Li Chen dan menangis.

"Ada apa denganmu?" Li Chen mengusap air mata anak perempuan itu bernama YingYing tersebut.

"Guru ..." YingYing terisak, dia kesulitan melanjutkan ucapannya.

Kekhawatiran yang nampak pada anak perempuan tersebut membuat Li Chen tersentak. Dia pun bergegas memasuki kediaman untuk bertemu dengan gurunya.

Detak jantung Li Chen berpacu kencang. Apalagi napasnya mulai sesak ketika melangkah memasuki rumah berdinding kayu tersebut. Di dalam kamar utama, langkah Li Chen berhenti saat dia melihat ada beberapa temannya lagi dan nampak mengelilingi seorang pria yang terbaring di tempat tidur.

Kehadiran Li Chen membuat anak-anak di dalam ruangan itu berbalik dan menatapnya.

"........... Apa yang terjadi?" Li Chen berusaha bersikap setenang mungkin walau binar matanya tidak bisa menyembunyikan perasaannya saat ini.

******

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status