Share

Chapter 2

Api unggun yang tadinya dinyalakan oleh Sion dan yang lainnya menunggu kepulangan Serphen dan rekan mereka tiba-tiba padam. Membuat satu-satunya sumber cahaya yang mereka miliki sekarang adalah obor di tangan George.

Suara gumaman aneh tersebut kemudian terhenti, membuat pergunungan terkutuk Knox menjadi sunyi. Namun, sedetik kemudian, suara tawa histeris yang mengerikan menggantikan. Suara tawa yang mirip sekali dengan suara tawa manusia namun sekaligus bukan.

Hahahahaha!

Hihihihi!

Hahahaha!

"Sialan, ada seberapa banyak mereka?!" penuh kemarahan, Thermis, ksatria wanita muda berkulit coklat manis mengumpat. Dia menatap sekeliling dengan mata kirinya, sebab mata kanannya tertutup penutup mata. Berambut perak panjang yang diikat satu, dia adalah ksatria bermata satu yang cukup terkenal.

"Mereka semakin banyak." Ophelia yang dari tadi diam membisu berujar pelan. Berambut pirang panjang dan bermata hijau cemerlang, dia adalah seorang wanita anggun berusia awal tiga puluh yang biasanya selalu tersenyum. Hanya saja, untuk sekarang ini, kerutan di dahi menggantikan senyum di wajahnya yang cantik.

Seperti sedang mempermainkan mereka semua, suara tawa histeris yang ada kembali berhenti digantikan tangisan pelan penuh kesedihan yang sangat menyayat hati.

Huhuu...

Huhuu...

Huhuu...

Serphen yang menatap sekeliling penuh kewaspadaan bergerak pelan. Menatap George, Reffa, Thermis dan Ophelia sejenak, mereka berlima bergerak segera mengelilingi Sion yang merupakan tuan mereka. Dia tahu, keadaan mereka tidak menguntungkan. Makhluk yang mereka hadapi adalah makhluk yang seperti kegelapan, dan pergunungan terkutuk Knox yang tidak memiliki cahaya sedikitpun adalah medan pertempuran paling merugikan bagi mereka.

"Yang Mulia, maaf. Tapi, peganglah obor ini," menyerahkan obor yang ada di tangannya pada Sion, George tersenyum. "Dan, sebisa mungkin tetaplah berada dalam ruang lingkup perlindungan kami."

Sion mengangguk kepala dan menerima obor tersebut. Menatap semua ksatria pengawalnya, dia berujar keras. "Ini adalah perintah! Aku tidak mengijinkan seorangpun mati di sini!! Kalian dengar??!"

"Kami mematuhi perintah anda, Yang Mulia!!"

"Kami mengerti, Yang Mulia!!"

Berteriak menjawab perintah Sion, kesepuluh ksatria pengawal Kaisar Heriors tidak gentar sedikitpun dengan keadaan mereka. Mereka adalah ksatria dengan harga diri, martabat dan kebanggaan tinggi, mereka tidak akan pernah hancur dalam kondisi apapun.

Suara tanggisan yang ada kemudian terhenti. Perlahan, dalam ruang lingkup cahaya obor yang ada, mereka bisa melihat makhluk apa yang tadinya mengelilingi mereka mulai mendekat.

Makhluk apa itu, seperti kata Serphen tadi, Sion juga tidak tahu. Badan tinggi mereka berbentuk seperti manusia, dengan sepasang kaki, tangan, badan dan kepala. Hanya saja, mereka sangat kurus bagaikan tinggal tulang. Kulit mereka berwarna hitam legam, dan tidak memiliki wajah maupun rambut.

"Apa itu??" Reis tidak dapat menyembunyikan perasaan terkejutnya saat melihat makhluk-makhluk yang mendekati mereka. Matanya terbelalak menatap tidak percaya apa yang ada di depannya. Dua puluh tahun hidupnya, tidak pernah dia melihat makhluk seperti itu.

Berdiri ditempat, para makhluk hitam tersebut kemudian mulai mengeluarkan suara teriakan aneh. Sebuah mulut lebar dengan gigi runcing panjang tidak beraturan muncul di kepala mereka yang tidak memiliki wajah. Lidah mereka yang panjang dan bercabang seperti ular terjulur keluar

Ahhh!!!

Kyaa!!!

Ahhh!!!

Bergerak cepat, para makhluk hitam itu mulai berlari dan meloncat menyerang Sion dan kesepuluh pengawalnya. Jari-jemari mereka memanjang dan meruncing bagaikan cakar bintang buas yang mengincar mangsanya.

Kecuali Serphen, George, Reffa dan Ophelia yang sedang melindungi Sion, yang lainnya bergerak maju menyerang, termasuk Alexis yang terluka. Pedang mereka mengeluarkan cahaya, tanda mereka yang merupakan Ksatria Aura menggunakan kekuatan aura mereka.

Aura.

Aura adalah kekuatan luar biasa yang dapat dikendalikan seorang ksatria. Seperti penyihir yang menggunakan sihir, para ksatria menggunakan aura. Pedang yang diselimuti aura dari seorang ksatria aura memiliki kekuatan penghancur yang luar biasa. Batu karang maupun papan besi baja tebal akan hancur jika menerima serangannya. Namun, itu tidak berlaku untuk para makhluk hitam yang Sion dan pengawalnya hadapi sekarang, makhluk tersebut tidak terluka sedikitpun meski tertebas oleh pedang aura.

"Makhluk terkutuk apa ini?!" berteriak marah dengan frustasi, Reis berusaha menghindar dan menyerang para makhluk hitam tersebut. Gerakan mereka sangat acak dan membabi-buta.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Reis. Mereka semua berusaha berkonsentrasi penuh melawan musuh, terutama Alexis yang berusaha kewalahan. Dia benar tidak tahu apa dia akan selamat dalam pertempuran kali ini.

Serphen yang melihat keadaan para bawahannya tahu bahwa mereka tidak akan dapat bertahan lama melawan makhluk-makhluk hitam tersebut. Terlebih lagi, jumlah mereka yang tidak seimbang semakin memperparah keadaan.

Para makhluk hitam yang semakin banyak hingga tidak dapat dihadapi Harris, Reis, Alexis, Thermis, Tiffa, Nilla mulai bergerak menyerang Serphen, George, Reffa dan Ophelia yang melindungi Sion. Pertarungan tidak terhindari lagi.

Sion juga tidak berdiam diri, menggunakan aura pedang, dia juga mulai menyerang sambil mempertahankan obor di tangannya. Tapi, seperti yang lainnya, dia juga mulai kewalahan. Wajah tersenyum istri serta putranya terbayang, dan dia menggertakkan rahangnya kuat. Dia tidak bermaksud mati konyol disini seperti ini! Tidak sebelum dia menemukan Elixir untuk menyembuhkan putranya!

Memusatkan auranya, Sion memantulkannya keluar dari pedang di tangan. Serangan aura kuat melesat keluar dengan cepat serta kuat menyerang musuh-musuh di depannya. Namun, dia yang terlalu fokus dengan serangan tersebut sama sekali tidak menyadari kehadiran salah satu makhluk hitam yang meloncat dari belakang ke arahnya.

"Yang Mulia!! Belakang anda!!"

"Yang Mulia!! Awas!!"

Teriakan Serphen dan Ophelia terdengar sangat keras. Berusaha mengapai Sion, mereka berdoa dalam hati penuh kepanikan, berharap mereka tidak akan terlambat, begitu juga dengak para pengawal lainnya yang telah menyadari apa yang terjadi.

Sion sendiri segera menoleh ke belakang dan menyadari kehadiran makhluk yang telah mengarahkan tangan cakar panjang kepadanya. Semua seakan bergerak sangat lambat, gerakan makhluk hitam tersebut, jari-jemari runcing yang terarah padanya, tawa penuh kengerian yang ada, lidah panjang bagaikan ular yang terjulur keluar, lalu—dari sampingnya, sebuah bola cahaya kecil melesat cepat melubangi kepala makhluk hitam tersebut.

Bom!

Terpental jauh dan jatuh ke belakang, kepala makhluk hitam yang menyerang Sion meledak. Tidak bergerak sedikitpun, tubuh hitam makhluk tersebut dengan cepat menyusut bagaikan terhisap ke dalam tanah hingga tidak meninggalkan bekas.

Sion yang sangat terkejut dengan apa yang terjadi tidak bergerak, begitu juga dengan para pengawalnya. Bahkan para makhluk hitam yang menyerang mereka secara membabi-buta tadi juga ikut terhenti.

Perlahan, mata Sion terarah ke sumber datangnya bola cahaya yang menyelamatkannya. Tidak jauh di samping mereka yang sedang bertarung, dia melihat sosok seseorang berdiri dengan dua bola cahaya yang terbang dan berputar di atasnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status