Api unggun yang tadinya dinyalakan oleh Sion dan yang lainnya menunggu kepulangan Serphen dan rekan mereka tiba-tiba padam. Membuat satu-satunya sumber cahaya yang mereka miliki sekarang adalah obor di tangan George.
Suara gumaman aneh tersebut kemudian terhenti, membuat pergunungan terkutuk Knox menjadi sunyi. Namun, sedetik kemudian, suara tawa histeris yang mengerikan menggantikan. Suara tawa yang mirip sekali dengan suara tawa manusia namun sekaligus bukan.Hahahahaha!Hihihihi!Hahahaha!"Sialan, ada seberapa banyak mereka?!" penuh kemarahan, Thermis, ksatria wanita muda berkulit coklat manis mengumpat. Dia menatap sekeliling dengan mata kirinya, sebab mata kanannya tertutup penutup mata. Berambut perak panjang yang diikat satu, dia adalah ksatria bermata satu yang cukup terkenal."Mereka semakin banyak." Ophelia yang dari tadi diam membisu berujar pelan. Berambut pirang panjang dan bermata hijau cemerlang, dia adalah seorang wanita anggun berusia awal tiga puluh yang biasanya selalu tersenyum. Hanya saja, untuk sekarang ini, kerutan di dahi menggantikan senyum di wajahnya yang cantik.Seperti sedang mempermainkan mereka semua, suara tawa histeris yang ada kembali berhenti digantikan tangisan pelan penuh kesedihan yang sangat menyayat hati.Huhuu...Huhuu...Huhuu...Serphen yang menatap sekeliling penuh kewaspadaan bergerak pelan. Menatap George, Reffa, Thermis dan Ophelia sejenak, mereka berlima bergerak segera mengelilingi Sion yang merupakan tuan mereka. Dia tahu, keadaan mereka tidak menguntungkan. Makhluk yang mereka hadapi adalah makhluk yang seperti kegelapan, dan pergunungan terkutuk Knox yang tidak memiliki cahaya sedikitpun adalah medan pertempuran paling merugikan bagi mereka."Yang Mulia, maaf. Tapi, peganglah obor ini," menyerahkan obor yang ada di tangannya pada Sion, George tersenyum. "Dan, sebisa mungkin tetaplah berada dalam ruang lingkup perlindungan kami."Sion mengangguk kepala dan menerima obor tersebut. Menatap semua ksatria pengawalnya, dia berujar keras. "Ini adalah perintah! Aku tidak mengijinkan seorangpun mati di sini!! Kalian dengar??!""Kami mematuhi perintah anda, Yang Mulia!!""Kami mengerti, Yang Mulia!!"Berteriak menjawab perintah Sion, kesepuluh ksatria pengawal Kaisar Heriors tidak gentar sedikitpun dengan keadaan mereka. Mereka adalah ksatria dengan harga diri, martabat dan kebanggaan tinggi, mereka tidak akan pernah hancur dalam kondisi apapun.Suara tanggisan yang ada kemudian terhenti. Perlahan, dalam ruang lingkup cahaya obor yang ada, mereka bisa melihat makhluk apa yang tadinya mengelilingi mereka mulai mendekat.Makhluk apa itu, seperti kata Serphen tadi, Sion juga tidak tahu. Badan tinggi mereka berbentuk seperti manusia, dengan sepasang kaki, tangan, badan dan kepala. Hanya saja, mereka sangat kurus bagaikan tinggal tulang. Kulit mereka berwarna hitam legam, dan tidak memiliki wajah maupun rambut."Apa itu??" Reis tidak dapat menyembunyikan perasaan terkejutnya saat melihat makhluk-makhluk yang mendekati mereka. Matanya terbelalak menatap tidak percaya apa yang ada di depannya. Dua puluh tahun hidupnya, tidak pernah dia melihat makhluk seperti itu.Berdiri ditempat, para makhluk hitam tersebut kemudian mulai mengeluarkan suara teriakan aneh. Sebuah mulut lebar dengan gigi runcing panjang tidak beraturan muncul di kepala mereka yang tidak memiliki wajah. Lidah mereka yang panjang dan bercabang seperti ular terjulur keluarAhhh!!!Kyaa!!!Ahhh!!!Bergerak cepat, para makhluk hitam itu mulai berlari dan meloncat menyerang Sion dan kesepuluh pengawalnya. Jari-jemari mereka memanjang dan meruncing bagaikan cakar bintang buas yang mengincar mangsanya.Kecuali Serphen, George, Reffa dan Ophelia yang sedang melindungi Sion, yang lainnya bergerak maju menyerang, termasuk Alexis yang terluka. Pedang mereka mengeluarkan cahaya, tanda mereka yang merupakan Ksatria Aura menggunakan kekuatan aura mereka.Aura.Aura adalah kekuatan luar biasa yang dapat dikendalikan seorang ksatria. Seperti penyihir yang menggunakan sihir, para ksatria menggunakan aura. Pedang yang diselimuti aura dari seorang ksatria aura memiliki kekuatan penghancur yang luar biasa. Batu karang maupun papan besi baja tebal akan hancur jika menerima serangannya. Namun, itu tidak berlaku untuk para makhluk hitam yang Sion dan pengawalnya hadapi sekarang, makhluk tersebut tidak terluka sedikitpun meski tertebas oleh pedang aura."Makhluk terkutuk apa ini?!" berteriak marah dengan frustasi, Reis berusaha menghindar dan menyerang para makhluk hitam tersebut. Gerakan mereka sangat acak dan membabi-buta.Tidak ada yang menjawab pertanyaan Reis. Mereka semua berusaha berkonsentrasi penuh melawan musuh, terutama Alexis yang berusaha kewalahan. Dia benar tidak tahu apa dia akan selamat dalam pertempuran kali ini.Serphen yang melihat keadaan para bawahannya tahu bahwa mereka tidak akan dapat bertahan lama melawan makhluk-makhluk hitam tersebut. Terlebih lagi, jumlah mereka yang tidak seimbang semakin memperparah keadaan.Para makhluk hitam yang semakin banyak hingga tidak dapat dihadapi Harris, Reis, Alexis, Thermis, Tiffa, Nilla mulai bergerak menyerang Serphen, George, Reffa dan Ophelia yang melindungi Sion. Pertarungan tidak terhindari lagi.Sion juga tidak berdiam diri, menggunakan aura pedang, dia juga mulai menyerang sambil mempertahankan obor di tangannya. Tapi, seperti yang lainnya, dia juga mulai kewalahan. Wajah tersenyum istri serta putranya terbayang, dan dia menggertakkan rahangnya kuat. Dia tidak bermaksud mati konyol disini seperti ini! Tidak sebelum dia menemukan Elixir untuk menyembuhkan putranya!Memusatkan auranya, Sion memantulkannya keluar dari pedang di tangan. Serangan aura kuat melesat keluar dengan cepat serta kuat menyerang musuh-musuh di depannya. Namun, dia yang terlalu fokus dengan serangan tersebut sama sekali tidak menyadari kehadiran salah satu makhluk hitam yang meloncat dari belakang ke arahnya."Yang Mulia!! Belakang anda!!""Yang Mulia!! Awas!!"Teriakan Serphen dan Ophelia terdengar sangat keras. Berusaha mengapai Sion, mereka berdoa dalam hati penuh kepanikan, berharap mereka tidak akan terlambat, begitu juga dengak para pengawal lainnya yang telah menyadari apa yang terjadi.Sion sendiri segera menoleh ke belakang dan menyadari kehadiran makhluk yang telah mengarahkan tangan cakar panjang kepadanya. Semua seakan bergerak sangat lambat, gerakan makhluk hitam tersebut, jari-jemari runcing yang terarah padanya, tawa penuh kengerian yang ada, lidah panjang bagaikan ular yang terjulur keluar, lalu—dari sampingnya, sebuah bola cahaya kecil melesat cepat melubangi kepala makhluk hitam tersebut.Bom!Terpental jauh dan jatuh ke belakang, kepala makhluk hitam yang menyerang Sion meledak. Tidak bergerak sedikitpun, tubuh hitam makhluk tersebut dengan cepat menyusut bagaikan terhisap ke dalam tanah hingga tidak meninggalkan bekas.Sion yang sangat terkejut dengan apa yang terjadi tidak bergerak, begitu juga dengan para pengawalnya. Bahkan para makhluk hitam yang menyerang mereka secara membabi-buta tadi juga ikut terhenti.Perlahan, mata Sion terarah ke sumber datangnya bola cahaya yang menyelamatkannya. Tidak jauh di samping mereka yang sedang bertarung, dia melihat sosok seseorang berdiri dengan dua bola cahaya yang terbang dan berputar di atasnya.Serphen dan yang lainnya juga menyadari kehadiran sosok tersebut. Menatapnya, mereka tidak tahu apakah yang di samping mereka tersebut adalah manusia atau makhluk aneh lainnya. Sekilas, dia terlihat seperti manusia yang menggunakan jubah panjang berwarna hitam dengan kerudung yang menutupi kepalanya, dan juga, dua bola cahaya yang berputar di atasnya, mereka tahu itu adalah sihir. Penyihir, kah?Sosok misterius itu berjalan mendekat, dan para makhluk hitam yang ada seketika melompat ke belakang sambil menyeringai marah. Tapi, diam di tempat, mereka tidak menyerang membabi buta lagi seperti sebelumnya.Berhenti berjalan. Sosok misterius itu kemudian mengangkat tangan kanannya. Dari sekelilingnya, ratusan bola cahaya kecil bermunculan. Melayang terbang, bola cahaya tersebut menerangi kegelapan tempat mereka berada dengan jelas. Menekuk jari kelingking, manis dan tengahnya, sosok itu mengarahkan jari telunjuknya ke arah para makhluk-makhluk hitam yang semakin menyeringai penuh kemarahan,
Kwakk! Kwakk! Kwakk!Kwakk! Kwakk! Kwakk!Kwakk! Kwakk! Kwakk!Suara aneh mengerikan terdengar dari belakang mereka bersamaan dengan getaran hebat di tanah. Tidak melihatpun, Sion dan yang lainnya tahu, ada makhluk aneh yang mendekat. Dari suara dan getaran yang ada, jumlahnya juga sangat luar biasa.Tidak membuang waktu, Sion dan yang lainnya segera berlari mengejar sosok yang telah berlari di depan mereka terlebih dahulu. Apapun yang ada di belakang mereka sekarang, mereka tidak mau menghadapinya.Berlari terus tanpa melihat ke belakang, Sion dan pengawalnya bisa merasa jelas makhluk-makhluk di belakang mereka mengejar. Suara yang ada semakin kuat, begitu juga dengan getaran di tanah tempat mereka berpijak. Sosok misterius yang ada di depan mereka kemudian mengangkat tangan kanannya dan menunjuk sesuatu di depan.Menatap arah yang ditunjuk sosok tersebut, Sion dan yang lainnya kemudian melihat pintu sebuah gua. Pintu gua tersebut tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil. A
Sion dan pengawalnya tidak tahu di mana mereka berada sekarang. Dunia di luar pintu gua yang mereka lihat bukanlah tempat yang mereka kenal. Cahaya matahari sore dan langit tetap sama, tetapi sekeliling mereka terasa sungguh aneh. Pohon-pohon yang ada sangat besar dan tua, bahkan banyak dari pohon, tumbuhan dan bunga yang mereka lalui adalah jenis tumbuhan yang tidak pernah mereka lihat selama ini. Udara yang ada juga sangat bersih dan segar. Tempat ini terasa seakan bukanlah lagi benua Avelon di mana mereka hidup.Berlari mengikuti pria berambut hitam bagaikan langit malam tersebut, Sion dan yang lainnya menatap lekat punggunya. Mereka yakin dia manusia, secara fisik, dia tidak berbeda dengan mereka. Kalaupun yang ada, perbedaannya terletak pada warna kulit putih bersih, garis-garis muka dan juga warna rambut serta mata."Alexis," memanggil Alexis yang ada di punggungnya, Harris menoleh menatap wajah pucat pasi rekannya tersebut. "Kau masih hidup, kan?"Alexis tertawa pelan mendengar
Alexis menggerakkan lengannya dan jari-jemarinya. Kedua matanya yang masih terbelalak sama sekali tidak dapat menyembunyikan perasaan takjud dan tidak percaya yang ada. Apakah dia sedang bermimpi? Bagaimana bisa lengannya yang telah putus dapat kembali?Menatap kembali wanita berambut hitam yang tersenyum kepadanya, Alexis tidak tahu harus berkata apa. Dia tahu dia harus mengucapkan terima kasih akan keajaiban yang diberikan padanya, tapi dia benar tidak dapat menemukan suaranya.Menggerakkan tangannya lagi, telapak tangan wanita berambut hitam itu terarah pada Alexis. Cahaya hangat kembali muncul dan menyembuhkan luka-luka lainnya yang ada. Badannya yang terasa berat menjadi ringan, dan meski tidak pulih seratus persen, dia tahu, dirinya telah selamat dari pintu kematian.Menatap terus wanita berambut hitam yang telah menyembuhkan seluruh lukanya, Alexis kemudian mengucapkan terima kasih dengan ekspresi tidak percaya yang masih belum menghilang di wajahnya. Suaranya bergetar pelan. "
"Aku benar-benar bisa melihat dengan sempurna!!" berseru penuh kebahagiaan, Thermis menatap Nilla yang sedari tadi terus mengamati mata kanannya."Bagaimana bisa?" gumam Nilla pelan. Sadar akan ucapannya yang bisa mengundang salah paham, dia segera menjelaskan. "Ah—maksudku, bagaimana bisa ada kekuatan penyembuh yang bisa menyembuhkan mata seseorang yang telah hancur lima tahun lalu?"Thermis mengangguk kepala, dia mengerti kebingungan Nilla, dan bahkan sesungguhnya dia juga tidak akan percaya dengan kemampuan tersebut jika tidak melihat dan mengalaminya sendiri.Menoleh menatap George yang sedang sparing dengan Reis dan Tiffa, Thermis tersenyum. Dia bisa melihat tawa di wajah George yang terus bergerak dengan cepat dan enerjik. Sepetinya, pria paruh baya tersebut juga sangat bahagia dengan apa yang terjadi padanya. "Tapi, aku tidak peduli. Kurasa George dan Alexis juga tidak peduli," tersenyum lagi, dia menoleh pada Alexis yang duduk tidak jauh darinya. "Benar, kan?"Alexis tertawa k
Duduk mengelilingi api unggun yang dinyalakan, Tiffa menarik selimut yang diberikan Yue kepadanya. Meski berada dalam tempat terbuka pada malam hari, dia tidak merasa kedinginan sedikitpun berkat selimut yang ternyata terbuat dari bulu Fire Bear.Fire Bear.Fire Bear adalah monster sihir besar yang sangat ditakuti banyak orang. Mereka disebut Fire Bear karena mereka bisa menggunkan sihir menyelubungi seluruh tubuh mereka dengan api yng sangat kuat. Mereka juga sangat kuat dan agresif, sekali mengamuk, akan dibutuhkan satu pasukan untuk mengehentikannya. Untungnya, Fire Bear memiliki habitat yang cukup jauh dari pemukiman manusia, mereka bahkan tergolong monster yang langkah. Bulu mereka sendiri bernilai sangat tinggi dan dicari banyak orang, sebab bulu tersebut adalah bahan baku utama untuk membuat Armor tahan akan api yang berkualitas tinggi. Karena itulah, Tiffa tidak mengerti, bagaimana Ling dan Yue memiliki bulu Fire Bear sebanyak ini dan diberikan pada mereka sebagai selimut.Men
Tidak ada yang aneh dalam sup daging buatan Ling. Masakannya sungguh enak. Dengan daging, kentang wortel serta sayuran yang banyak, satu mangkuk sudah cukup mengenyangkan perut Sion dan yang pengawalnya.Mengamati Ling dan Yue yang juga telah selesai makan, Sion melihat sepasang suami-istri itu sedang berbincang penuh senyum dengan Xing Xing yang tertidur pulas dalam pelukan sang ibu. Dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi mereka terlihat sangat harmonis dan—dapat dipercaya. Bolehkah?—bisakah dia mempercayai mereka yang dia sendiri tidak yakin manusia atau bukan?"Yang Mulia," panggil Ophelia pelan. Dia mengerti sekali apa yang ada dalam pikiran Sion sekarang, sebab, bagaimanapun juga dia melihatnya tumbuh besar. "Hamba merasa, kita bisa meminta bantuan mereka."Sion dan yang lainnya menoleh menatap Ophelia. "Kenapa kau berkata seperti itu, Ophelia?" tanya Sion."Hamba merasa mereka dapat dipercayai." Jawab Ophelia. Kedua matanya menatap lurus Sion tanpa keraguan."Ophelia dan
Nilla kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Berusaha memutar otak memikirkan cara menyampaikan keinginan Sion, dia menutup matanya. Membuka mata, dia menghapus semua gambar yang ada dan mulai membuat gambar baru. Menggambar wajah Ling dan Yue sebisa mungkin, dia menarik sebuah garis menghubungkan keduanya, lalu di tengah garis tersebut, dia menarik satu garis turun dan menggambar wajah Xing Xing."Itu kita, kan?" tanya Yue pelan. Kedua mata hitamnya menatap lekat gambar Nilla yang menurutnya sangat bagus. Tangannya menepuk punggung Xing Xing yang masih tertidur pulas meskipun mereka dari tadi bersuara. "Dan, itu gambar silsilah keluarga, kan?""Kurasa juga begitu." Balas Ling. Menatap Nilla bingung, dia tidak tahu apa yang ingin disampaikannya dengan menggambar silsilah keluarga mereka.Nilla mengangkat kepala dan menunjuk gambarnya lalu Ling, Yue dan Xing Xing. Melihat mereka mengangguk kepala tanda mengerti, dia tersenyum dan kembali menggambar sebuah silsilah keluarga denga