Pada keesokan harinya, Yu Zhen berpamitan untuk mencari Shen Ji dan tentu saja Yu Shan mengijinkannya. Pria itu melepas kepergian putranya di pintu gerbang kediaman Keluarga Guo dengan dikawal oleh beberapa orang pengawal. Meskipun ada sedikit rasa bersalah dan berat hati, tetapi ucapan seseorang tidak boleh diingkari. Huan Li terlihat sibuk menyiapkan seekor kuda untuk Yu Zhen, sedangkan yang lainnya hanya berjaga-jaga saja. "Ayah, Zhen'er berangkat sekarang. Tolong sampaikan salam dan maaf kepada ibu." Yu Zhen membungkus tinjunya dengan tangan kiri sambil membungkukkan sedikit badannya ke depan."Baiklah, pasti akan ayah sampaikan. Semoga saja kamu berhasil menemukan Ji'er, dan kembali dengan selamat, Anakku," sahut Yu Shan sambil memegang sepasang senjata pedang yang terbungkus sarung khusus, dan menyerahkannya kepada Yu Zhen."Bawalah sepasang Pedang Batu Bintang Merah untuk berjaga-jaga. Di luar sana banyak bahaya yang mengintai dan bisa saja menyerangmu kapan saja." Yu Shan be
Melihat hal buruk terjadi di depan mata, Yu Zhen segera meloncat dari atas punggung kuda sembari menarik salah satu Pedang Batu Bintang Merah yang ada di belakang punggungnya.Pemuda itu melesat secepat kilat dengan menggunakan ilmu peringan tubuh Langkah Angin dan mulai sibuk menangkis puluhan batang anak panah yang meluncur deras hendak membunuh Yu Ling, kakaknya.Trang!Trang!Trang!Terdengar suara bising akibat tabrakan batang-batang anak panah berbahan kayu besi ketika beradu dengan pedang batu bintang yang terus terayun di udara. Bilah batu hitam itu menebas ke segala arah dengan sangat cepat. Terkadang membelah, memotong dan menghancurkan senjata musuh hingga menjadi serpihan tak berbentuk hanya dalam sekejap mata.Puluhan batang anak panah berhasil dijatuhkan oleh Yu Zhen, sedangkan Yu Ling sendiri hanya bisa terpaku dengan mata terbelalak lebar dan napas yang bagai terhenti. Tubuh pemuda itu juga bergetar hebat disertai guyuran keringat dingin. Terlebih lagi, beberapa batang
Jika membicarakan tentang perasaan takut, Yu Ling adalah orang paling sensitif terhadap sesuatu yang menakutkan. Namun, saat ini ia juga tidak bisa menarik diri untuk kembali dan memilih untuk terus melangkah maju meski hatinya merasa tidak nyaman.Terlebih lagi, serangan hujan anak panah yang nyaris merenggut nyawa mereka adalah pengalaman mengerikan yang masih membuat tubuh dan hatinya bergetar.Dia membayangkan, andai Yu Zhen tidak datang tepat waktu, akankah saat ini dirinya masih bisa bernapas?Sambil membayangkan kembali peristiwa tadi, Yu Ling berucap, "Tentu saja aku sangat takut. Tapi, aku tetap ingin pergi bersamamu. Hanya berdiam diri di tempat itu membuat badanku sakit semua."Namun Yu Ling menegaskan. "Ayo, kita lanjutkan pencarian!"Yu Ling menjalankan kudanya secara perlahan. "Hei, apa lagi yang kamu tunggu?""Oh!" Yu Zhen tersadar dan langsung mengikuti kakaknya."Kak, apakah Kakak sengaja melarikan diri untuk mengindari pertemuanmu dengan Nona Shi?" Yu Zhen merasa pen
Telapak tangan Yu Ling sedingin es ketika sesekali mengusap lengannya yang sudah ditumbuhi bulu kuduk."Aku juga tidak tahu, Kak. Aku merasa seperti tidak ada kehidupan di desa ini.""Atau, kita berputar balik saja? Di Desa Likeng mungkin ada tempat yang sedang kita cari." Yu Zhen menoleh ke arah kakaknya yang tampak mulai lemas akibat lelah dan lapar. "Bagaimana, Kak?""Ya sudah, apa boleh buat! Keadaan desa ini juga sangat aneh." Yu Ling memperhatikan pintu-pintu dan jendela rumah penduduk yang tertutup di siang hari. "Bahkan tak ada satu pun yang menampakkan diri, meskipun hanya sekadar untuk menyapa kita.""Ayo, kita pergi sekarang!" Yu Ling memutuskan.Yu Zhen dan Yu Ling memutar kudanya dan bergerak kembali menuju gerbang desa. Mereka sekarang sudah berada di tepi Desa Niuping yang terbengkalai dan seperti sudah lama ditinggalkan penghuninya.Angin berbisik melalui reruntuhan bangunan, mengusik debu dan kenangan yang terpendam. Di hadapan mereka, rumah-rumah kosong dengan pintu
Seorang pelayan pria penjaga arak yang melihat kedatangan Yu Zhen. Lelaki itu bermata cekung, iris abu-abu seperti rambut dan jenggotnya. Ia juga memiliki sedikit bungkuk di punggung, tetapi ada kesan bijaksana, kesetiaan dan ketenangan pada wajahnya. Pria itu pun tak bisa untuk tidak bertanya, "Tuan Muda Kedua?"Yu Zhen berhenti sejenak di anak tangga dan menoleh. "Oh, Paman Sun rupanya. Salam, Paman." "Salam kembali, Tuan Muda Kedua." Paman Sun Tao membungkuk hormat dengan sedikit dalam. "Tuan Muda Kedua, siapakah wanita dalam gendonganmu itu?" tanya Sun Tao, salah seorang pelayan pria setengah tua yang memang sudah mengenalnya. Pelayan tersebut tengah menjaga pintu ruangan tempat penyimpanan arak."Aku juga tidak tahu siapa orang ini, Paman Sun. Kami menemukannya di jalan." Yu Zhen berkata jujur."Menemukannya di jalan?" Paman Sun Tao bergumam heran."Dia hantu." Yu Ling datang menyahut."Hantu?" Paman Sun Tao sampai terlonjak kaget dengan suara Yu Ling. Lelaki itu menoleh ke ara
"Salam, Paman. Salam, Bibi."Walaupun Yu Ling memiliki sifat yang terkadang membuat orang lain merasa kesal, tepi ia masih tetap menghormati saudara-saudara Yu Shan, ayahnya."Ling'er, jadi itu kamu?" Yu Shu menggerakkan kepalanya ke arah lain, mencari seseorang. "Aku tadi seperti mendengar suara adikmu.""Oh, Bocah Bau itu. Dia ke sana!" Yu Ling menunjuk ke arah kamar yang ada di ruang lainnya. "Dia juga membawa seorang hantu wanita yang kami temukan di pinggir jalan tadi.""Hantu wanita?" Yu Shu lagi-lagi dibuat tekejut oleh perkataan Yu Ling."Iya, Paman. Paman tinggal lihat saja sendiri." Yu Ling melangkah masuk dengan sedikit menabrak lengan Yu Shu sambil meneguk araknya."Paman, terima kasih atas hadiahnya. Aku suka arak ini!" Yu Ling mengangkat guci arak dengan wajah cerah. "Kamu ini!" Yu Shu berseru, mengangkat tangan dan lalu berkacak pinggang sambil menggelengkan kepala. "Heehh. Arak itu seharusnya satu minggu
Yu Zhen menggeleng. "Tidak terluka, tapi mengapa lenganmu ini berdarah?" Qu Fei tidak kalah khawatir. "Zhen'er, ikut bibi ke ruang pengobatan. Lukamu ini harus segera diobati. Qu Fei menarik tangan Yu Zhen untuk dibawa ke ruang pengobatan. Akan tetapi, Yu Zhen menahannya dengan lembut.Yu Shu memberi isyarat kepada Yu Zhen agar segera mengikuti Qu Fei. "Aku tidak apa-apa, Paman, Bibi. Ini bukan darahku," jawab Yu Zhen sambil menyingsingkan sedikit lengan bajunya, memperlihatkan jika tidak ada luka apa pun di sana.Demi melihat tangan Yu Zhen baik-baik saja, Yu Shu dan Qu Fei merasa lega. "Baguslah kalau kamu tidak terluka. Tapi, jika itu bukan darahmu, lalu darah siapa?" Qu Fei merasa penasaran. "Dia." Yu Zhen menunjuk ke dalam kamar, tepatnya ke arah wanita yang ia baringkan di atas pembaringan. "Dia?" Qu Fei memerhatikan secara saksama sesosok tubuh seorang wanita yang terbaring di atas pembaringan bersampul kain biru tua. "Siapa gadis itu, Zhen'er?""Zhen'er juga tidak tahu,
"Kami juga sangat tidak menyangka kalau para manusia bertopeng itu tiba-tiba datang menyerang kami. Aku bahkan sampai terpisah dengan Shi Qin, adikku!" Saat mengisahkan ini, mata Shi Qian terasa panas dan ada genangan air mata di sana. Sepasang mata besar yang berkaca-kaca itu tampak sayu namun terlihat semakin cantik. Terlebih lagi ketika ia berkedip dan sebaris bulu mata panjang nan lentik berhasil menjatuhkan air sejernih kristal di sana.Shi Qian menangis saat teringat pada adiknya yang juga lari entah ke mana saat mereka dikejar oleh beberapa manusia bertopeng yang membantai siapa pun dengan kejam.Saat gadis itu terisak sembari memeluk lutut, maka orang lain pun tak bisa untuk tidak merasa bersedih. Qu Fei ikut menitikkan air mata dengan hati dipenuhi keprihatinan. Ia mengangkat tangannya, menyentuh bahu Shi Qian untuk menghibur nona ketiga dari Keluarga Shi. "Adik Qian, tenanglah. Kakak tahu kalau kejadian itu membuat semua orang merasa marah dan sedih. Kita hanya bisa berhar