Hujan deras turun semalam, tetesan air masih terlihat jelas di atas daun sebelum akhirnya terjatuh ke tanah dan bercampur dengan genangan yang perlahan terserap tanah.Sebuah pembakar dupa berbentuk bunga lotus mengepulkan asap tipis. Aroma dupa yang telah familiar mengisi seluruh kamar Yun Xiang sementara pemiliknya baru saja membuka mata.Shen Xixi berdiri di sisi ranjang Yun Xiang untuk membantu gurunya bangun. Gadis berkulit seluruh salju itu membungkuk ketika Yun Xiang bertanya serak padanya.“Bagaimana?”“Dia terlihat tidak peduli, Wakil Ketua.”Yun Xiang mengerutkan kening. “Tidak ada reaksi darinya?”Shen Xixi kembali menggeleng. Dia bergegas mengambil pakaian yang sudah dipersiapkan olehnya tadi malam.“Wakil Ketua, Anda tidak penasaran dengan nasib Yu Fang?” tanyanya hati-hati seraya membantu Yun Xiang berpakaian.Yun Xiang hanya mendengus sinis. Wajahnya yang cantik tampak kontras dengan tatapannya yang dingin dan kejam.Hanya beberapa orang yang tahu seperti apa sifat Yun
“Wakil Ketua Yun Xiang masih penasaran padamu.” Wei Quan memulai pembicaraan di antara mereka.Luo Tan melirik ke arah Wei Quan tanpa mengatakan apapun. Dia membimbing Wei Quan yang sesekali terhuyung ke depan.Seharusnya dia belum boleh keluar kamar tetapi Wei Quan bosan hanya berbaring sepanjang hari. Dia membujuk Luo Tan dengan susah payah agar bersedia mengajaknya keluar.“Di mata Wakil Ketua kamu bukan murid biasa. Dan itu memang benar, aku sendiri masih tidak mengerti bagaimana bisa murid lemah sepertimu ternyata memiliki elemen ganda.”Bibir Luo Tan semakin menipis. Sejak tadi dia sudah berusaha menyembunyikan kebenciannya pada Yun Xiang tetapi Wei Quan terus saja menyebut nama perempuan itu.Dada Luo Tan bergemuruh karena kebencian dan amarah yang bergulung menuntut untuk diluapkan. Namun, dia berhasil menahannya karena sadar kemampuan Luo Tan saat ini masih belum sebanding dengan Yun Xiang.Dia hanya akan mati konyol untuk kedua kalinya di tangan pengkhianat itu. Nama baik Lu
Pelajaran hari itu berjalan dengan damai dan lancar. Setidaknya di permukaan tidak ada gejolak yang berarti.Lin Hua mengajar dengan tenang, sementara murid-murid tingkat satu belajar tekun di bawah pengawasannya mengenai teknik mantra.Selesai pelajaran Luo Tan bergegas pulang ke kamarnya. Tentunya setelah mengantarkan Wei Quan yang terus menggerutu karena tubuhnya terasa nyeri.Pakaian putihnya sudah berganti menjadi pakaian warna hitam. Kalau bukan karena aturan perguruan Merpati Putih yang mengharuskan semua murid baru berpakaian putih, Luo Tan tidak akan mau mengenakannya dengan suka rela.“Anda sudah kembali, Tuan.” Zha Ji berciap girang menyambut kedatangan Luo Tan.Monster jiwa berbulu kuning itu bertengger di atas meja teh. Satu set teh telah terhidang di sana dengan uap tipis yang bergerak di udara.“Zha Ji sudah menyiapkan teh untuk Tuan,” ucap Zha Ji dengan nada bangga. Seperti biasa, sayapnya yang mungil selalu berkepak cepat tiap kali merasa senang.Luo Tan duduk di deka
Luo Tan lebih menyukai alam terbuka ketika bermeditasi. Akan tetapi saat ini dia tidak bisa memilih tempat yang cocok untuknya.Walau kamar yang sekarang ditempatinya memang kurang cocok, Luo Tan memutuskan untuk menerima apa yang diberikan padanya.Mata Luo Tan terpejam, tarikan napasnya melambat ketika dia berhasil memisahkan diri dari kesibukan yang terjadi di sekitar perguruan.Wajahnya melembut seiring jiwanya mulai mengembara melintasi pegunungan yang hijau, hutan lebat tak berpenghuni dan sungai yang mengalir deras.Dia bisa merasakan sejuknya mata air, tenangnya pemandangan Gunung Awan, bebas dari semua emosi yang menjeratnya selama ini.Luo Tan menyatu sempurna dengan alam. Meridian dalam tubuh yang tersumbat perlahan-lahan terbukaKolam Qi dalam dirinya terasa meluap-luap dan menjadi lebih luas. Sehingga Luo Tan merasa tubuhnya juga menjadi lebih ringan.“Tuan sudah berada di tingkat delapan. Biasanya orang lain akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa naik satu tingk
"Habisi penjahat itu!""Bunuh dia!"Seruan-seruan tersebut terlontar dari mulut para anggota Perguruan Luo, satu dari empat perguruan besar di Dataran Ji. Kemarahan mereka diarahkan kepada sosok yang berlutut di atas panggung eksekusi perguruan dengan dua kaki dan tangannya terikat rantai."Saudara-saudaraku!" Satu sosok lain bertubuh besar dan tegap dengan pedang di sisi pinggangnya berteriak lantang, mengalihkan fokus semua orang. Dengan wajah tegas, dia berkumandang, "Sesuai aturan perguruan, penganut ilmu sesat dan pembunuh saudara kita ini akan dieksekusi!"Sorakan mengikuti pengumuman tersebut, puas karena keadilan yang mereka inginkan akan segera didapatkan.Pria bertubuh besar dan tegap itu pun berbalik untuk menghadap sosok yang akan segera dia adili itu. Karena wajahnya tidak bisa dilihat para anggota lain, dia menyunggingkan senyuman penuh kemenangan seiring dirinya berlutut dengan satu kaki di hadapan lawan bicaranya."Luo Tan, Luo Tan, siapa yang menduga akan tiba hari ka
“Bagaimana bisa aku masih hidup?!” Luo Tan sama sekali tidak menyangka dirinya masih bisa melihat matahari setelah meledakkan diri! Namun, saat dirinya terbangun, dia menyadari ada yang berbeda dari tubuhnya.Luo Tan menatap ke bawah, pada tubuh gempal yang dibalut pakaian murid berwarna putih yang kotor dengan darah dan tanah.Dia memeriksa cepat tubuhnya, lalu menyadari satu hal.“Ini … bukan tubuhku ….”Tepat di saat dia menyadari hal tersebut, Luo Tan merasakan pening yang sangat pada benaknya. Gelombang ingatan yang menerpa masuk membuatnya mengernyitkan dahi..Dengan cepat, Luo Tan melipat kedua kakinya dan duduk dengan kaki terliipat, mengambil posisi meditasi untuk menerima ingatan pemilik tubuh yang sebenarnya.‘Chen Yi … pemilik tubuh asli ini bernama … Chen Yi.’**Di pekarangan sebuah perguruan, terlihat satu murid junior bertubuh gempal dengan wajah penuh dengan jerawat tengah menghadap tiga pria dengan pakaian murid senior.“Chen Yi, pergilah mencari rumput merah di pu
*Tiga bulan setelahnya.*Mata Luo Tan yang sekarang berada di tubuh Chen Yi masih terpejam rapat. Sepintas dia terlihat seperti orang yang sedang tertidur nyenyak dalam keadaan duduk.Namun, sesungguhnya Luo Tan tengah mencoba meningkatkan kultivasinya. Sudah tiga bulan dia berada di hutan bambu ini seraya berusaha menembus energi Qi di nadi meridian Chen Yi yang tersumbat.Bulu matanya bergetar beberapa saat sebelum akhirnya terbuka walau secara perlahan. Sepasang bola mata berwarna hitam kelam menatap tajam ke depan. Batang bambu berdesau seiring tiupan angin yang kencang. Daun-daun layu berjatuhan ke tanah, membuat Luo berbisik, “Musim gugur ….” Luo Tan hampir tidak menyadari berapa lama waktu berlalu di dunia nyata. Namun, dia ingat betul dirinya telah hidup kembali tepat di penghujung musim semi.Luo Tan meregangkan kedua tangannya. Terdengar suara sendi yang saling beradu setelah lama tidak digerakkan. Dia berdiri tetapi tertegun sejenak ketika melihat lendir hitam menjijikka
“Kakak Senior Wei! Kakak Senior Wei!”Wei Quan yang sedang sibuk berkultivasi di kamarnya langsung membuka mata dengan kesal saat salah seorang adik seperguruannya berseru di luar kamarnya. “Ada apa ribut-ribut?! Apa kamu tidak tahu aku sedang berkultivasi?!” bentak Wei Quan saat membuka pintu.“Guru Lin Hua sudah kembali!”Alis kanan Wei Quan meninggi. “Bagus kalau Guru sudah kembali,” ujarnya dengan kening berkerut. “Kenapa kamu malah kelihatan panik?”Wei Quan sudah tahu bahwa gurunya langsung pergi mencari Chen Yi ke Gunung Awan saat mendengar tentang hilangnya bocah itu. Akan tetapi, sudah tiga bulan! Adik seperguruannya itu tidak mungkin bertahan di Gunung Awan dengan kemampuan kultivasinya yang buruk! Demikian, hal terbaik yang bisa Lin Hua temukan di Gunung Awan mungkin hanya tulang belulangnya aja!“Akan tetapi, Kak, Guru Lin Hua menemukan–”“Diam,” sergah Wei Quan saat melihat rombongan Lin Hua memasuki pekarangan tempat tinggal para murid. Walau bingung mengenai apa alas