Pelajaran hari itu berjalan dengan damai dan lancar. Setidaknya di permukaan tidak ada gejolak yang berarti.Lin Hua mengajar dengan tenang, sementara murid-murid tingkat satu belajar tekun di bawah pengawasannya mengenai teknik mantra.Selesai pelajaran Luo Tan bergegas pulang ke kamarnya. Tentunya setelah mengantarkan Wei Quan yang terus menggerutu karena tubuhnya terasa nyeri.Pakaian putihnya sudah berganti menjadi pakaian warna hitam. Kalau bukan karena aturan perguruan Merpati Putih yang mengharuskan semua murid baru berpakaian putih, Luo Tan tidak akan mau mengenakannya dengan suka rela.“Anda sudah kembali, Tuan.” Zha Ji berciap girang menyambut kedatangan Luo Tan.Monster jiwa berbulu kuning itu bertengger di atas meja teh. Satu set teh telah terhidang di sana dengan uap tipis yang bergerak di udara.“Zha Ji sudah menyiapkan teh untuk Tuan,” ucap Zha Ji dengan nada bangga. Seperti biasa, sayapnya yang mungil selalu berkepak cepat tiap kali merasa senang.Luo Tan duduk di deka
Luo Tan lebih menyukai alam terbuka ketika bermeditasi. Akan tetapi saat ini dia tidak bisa memilih tempat yang cocok untuknya.Walau kamar yang sekarang ditempatinya memang kurang cocok, Luo Tan memutuskan untuk menerima apa yang diberikan padanya.Mata Luo Tan terpejam, tarikan napasnya melambat ketika dia berhasil memisahkan diri dari kesibukan yang terjadi di sekitar perguruan.Wajahnya melembut seiring jiwanya mulai mengembara melintasi pegunungan yang hijau, hutan lebat tak berpenghuni dan sungai yang mengalir deras.Dia bisa merasakan sejuknya mata air, tenangnya pemandangan Gunung Awan, bebas dari semua emosi yang menjeratnya selama ini.Luo Tan menyatu sempurna dengan alam. Meridian dalam tubuh yang tersumbat perlahan-lahan terbukaKolam Qi dalam dirinya terasa meluap-luap dan menjadi lebih luas. Sehingga Luo Tan merasa tubuhnya juga menjadi lebih ringan.“Tuan sudah berada di tingkat delapan. Biasanya orang lain akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa naik satu tingk
"Habisi penjahat itu!""Bunuh dia!"Seruan-seruan tersebut terlontar dari mulut para anggota Perguruan Luo, satu dari empat perguruan besar di Dataran Ji. Kemarahan mereka diarahkan kepada sosok yang berlutut di atas panggung eksekusi perguruan dengan dua kaki dan tangannya terikat rantai."Saudara-saudaraku!" Satu sosok lain bertubuh besar dan tegap dengan pedang di sisi pinggangnya berteriak lantang, mengalihkan fokus semua orang. Dengan wajah tegas, dia berkumandang, "Sesuai aturan perguruan, penganut ilmu sesat dan pembunuh saudara kita ini akan dieksekusi!"Sorakan mengikuti pengumuman tersebut, puas karena keadilan yang mereka inginkan akan segera didapatkan.Pria bertubuh besar dan tegap itu pun berbalik untuk menghadap sosok yang akan segera dia adili itu. Karena wajahnya tidak bisa dilihat para anggota lain, dia menyunggingkan senyuman penuh kemenangan seiring dirinya berlutut dengan satu kaki di hadapan lawan bicaranya."Luo Tan, Luo Tan, siapa yang menduga akan tiba hari ka
“Bagaimana bisa aku masih hidup?!” Luo Tan sama sekali tidak menyangka dirinya masih bisa melihat matahari setelah meledakkan diri! Namun, saat dirinya terbangun, dia menyadari ada yang berbeda dari tubuhnya.Luo Tan menatap ke bawah, pada tubuh gempal yang dibalut pakaian murid berwarna putih yang kotor dengan darah dan tanah.Dia memeriksa cepat tubuhnya, lalu menyadari satu hal.“Ini … bukan tubuhku ….”Tepat di saat dia menyadari hal tersebut, Luo Tan merasakan pening yang sangat pada benaknya. Gelombang ingatan yang menerpa masuk membuatnya mengernyitkan dahi..Dengan cepat, Luo Tan melipat kedua kakinya dan duduk dengan kaki terliipat, mengambil posisi meditasi untuk menerima ingatan pemilik tubuh yang sebenarnya.‘Chen Yi … pemilik tubuh asli ini bernama … Chen Yi.’**Di pekarangan sebuah perguruan, terlihat satu murid junior bertubuh gempal dengan wajah penuh dengan jerawat tengah menghadap tiga pria dengan pakaian murid senior.“Chen Yi, pergilah mencari rumput merah di pu
*Tiga bulan setelahnya.*Mata Luo Tan yang sekarang berada di tubuh Chen Yi masih terpejam rapat. Sepintas dia terlihat seperti orang yang sedang tertidur nyenyak dalam keadaan duduk.Namun, sesungguhnya Luo Tan tengah mencoba meningkatkan kultivasinya. Sudah tiga bulan dia berada di hutan bambu ini seraya berusaha menembus energi Qi di nadi meridian Chen Yi yang tersumbat.Bulu matanya bergetar beberapa saat sebelum akhirnya terbuka walau secara perlahan. Sepasang bola mata berwarna hitam kelam menatap tajam ke depan. Batang bambu berdesau seiring tiupan angin yang kencang. Daun-daun layu berjatuhan ke tanah, membuat Luo berbisik, “Musim gugur ….” Luo Tan hampir tidak menyadari berapa lama waktu berlalu di dunia nyata. Namun, dia ingat betul dirinya telah hidup kembali tepat di penghujung musim semi.Luo Tan meregangkan kedua tangannya. Terdengar suara sendi yang saling beradu setelah lama tidak digerakkan. Dia berdiri tetapi tertegun sejenak ketika melihat lendir hitam menjijikka
“Kakak Senior Wei! Kakak Senior Wei!”Wei Quan yang sedang sibuk berkultivasi di kamarnya langsung membuka mata dengan kesal saat salah seorang adik seperguruannya berseru di luar kamarnya. “Ada apa ribut-ribut?! Apa kamu tidak tahu aku sedang berkultivasi?!” bentak Wei Quan saat membuka pintu.“Guru Lin Hua sudah kembali!”Alis kanan Wei Quan meninggi. “Bagus kalau Guru sudah kembali,” ujarnya dengan kening berkerut. “Kenapa kamu malah kelihatan panik?”Wei Quan sudah tahu bahwa gurunya langsung pergi mencari Chen Yi ke Gunung Awan saat mendengar tentang hilangnya bocah itu. Akan tetapi, sudah tiga bulan! Adik seperguruannya itu tidak mungkin bertahan di Gunung Awan dengan kemampuan kultivasinya yang buruk! Demikian, hal terbaik yang bisa Lin Hua temukan di Gunung Awan mungkin hanya tulang belulangnya aja!“Akan tetapi, Kak, Guru Lin Hua menemukan–”“Diam,” sergah Wei Quan saat melihat rombongan Lin Hua memasuki pekarangan tempat tinggal para murid. Walau bingung mengenai apa alas
“Kakak Senior Wei yang menyuruhku.”Jawaban Luo Tan membuat ekspresi Lin Hua sekejap berubah gelap. Dia langsung menoleh kepada Wei Quan dan bertanya, “Apa maksudnya ini, Wei Quan?” tanyanya. “Kenapa Chen Yi dipindahkan ke gudang?!”Jantung Wei Quan berdebar kencang, wajahnya pucat. Otaknya berputar cepat untuk mengeluarkan penjelasan yang tepat. Namun, dia tidak bisa menjawab!Semua murid pun menatap Wei Quan dalam diam. Mereka tahu bahwa ucapan Luo Tan benar, tapi mereka tidak berani ikut campur lantaran Wei Quan merupakan posisi paling bertalenta nomor tiga setelah dua murid pendamping Lin Hua yang tidak tahu apa-apa.“Ah, maaf, Guru. Sepertinya aku salah ingat.” Luo Tan mendadak angkat bicara, mengalihkan perhatian semua orang. Dia pun memijat kepalanya sedikit dan menampakkan ekspresi pusing. “Maksudku, Kakak Wei yang pindah tinggal di gudang dan memberikan kamarnya padaku karena katanya area gudang memiliki kumpulan Qi yang lebih murni.”Ucapan Luo Tan membuat Wei Quan dan teman
“Chen Yi?” Lin Hua memanggil muridnya lagi, menyadarkan Luo Tan dari lamunannya. “Kamu keberatan?”Wajah Lin Hua tampak serius, membuat Luo Tan tidak bisa menghindar kalau tidak mau membangkitkan kecurigaan darinya.“Tidak,Guru,” balas Luo Tan seraya mengulurkan tangan dan membiarkan Lin Hua memeriksa nadi meridiannya. Mata Lin Hua terpejam, dia pun meletakkan dua jarinya di garis nadi pergelangan tangan Luo Tan, memeriksa nadi meridian pria itu. Detik berikutnya, Lin Hua terperanjat ketika merasakan aliran energi Qi yang lancar di seluruh tubuh Luo Tan. Mata Lin Hua terbuka cepat. “Kamu berhasil memperlancar sumbatan dalam nadimu?!” tanyanya setengah berseru. “Bukan hanya itu, kamu sudah mencapai level kultivator dasar tingkat pertama!?”Ini adalah keajaiban!Sejak Chen Yi masih bayi, Lin Hua tahu nadi meridian pemuda itu tersumbat. Namun, Lin Hua masih bersikeras membawanya ke perguruan dengan harapan eliksir berkualitas tinggi bisa mengobati Chen Yi. Namun, sampai akhir … segala