"Habisi penjahat itu!"
"Bunuh dia!"
Seruan-seruan tersebut terlontar dari mulut para anggota Perguruan Luo, satu dari empat perguruan besar di Dataran Ji. Kemarahan mereka diarahkan kepada sosok yang berlutut di atas panggung eksekusi perguruan dengan dua kaki dan tangannya terikat rantai.
"Saudara-saudaraku!" Satu sosok lain bertubuh besar dan tegap dengan pedang di sisi pinggangnya berteriak lantang, mengalihkan fokus semua orang. Dengan wajah tegas, dia berkumandang, "Sesuai aturan perguruan, penganut ilmu sesat dan pembunuh saudara kita ini akan dieksekusi!"
Sorakan mengikuti pengumuman tersebut, puas karena keadilan yang mereka inginkan akan segera didapatkan.
Pria bertubuh besar dan tegap itu pun berbalik untuk menghadap sosok yang akan segera dia adili itu. Karena wajahnya tidak bisa dilihat para anggota lain, dia menyunggingkan senyuman penuh kemenangan seiring dirinya berlutut dengan satu kaki di hadapan lawan bicaranya.
"Luo Tan, Luo Tan, siapa yang menduga akan tiba hari kamu berlutut di hadapan semua orang?" cemooh pria bertubuh besar itu dengan ekspresi mengejek. "Ketua perguruan yang diadili anggota perguruannya sendiri, mungkin hanya dirimu yang akan menyandang status itu di dunia ini."
Ucapan pria bertubuh besar itu membuat Luo Tan mengangkat kepalanya. Matanya memancarkan aura kebencian yang sangat kental.
"Luo Liang," geramnya dengan suara parau. "Bila aku sungguh mati hari ini, akan kupastikan untuk membawamu ikut bersamaku!"
BUK!
"Urgh!"
Tinju keras yang diarahkan ke wajahnya membuat Luo Tan terpelanting ke samping, darah mengalir dari bibirnya. Seluruh tubuhnya tergeletak tanpa tenaga, hasil dari racun yang menyebar di tubuhnya.
KRAK!
"Ahh!"
Suara tulang patah yang memilukan terdengar mengikuti injakan Luo Liang pada kaki Luo Tan. Kepuasan tampak di wajah Luo Liang kala ekspresi tersiksa tampak di wajah mantan ketua perguruan sekaligus adik sepupunya itu!
"Arogan dan lancang. Apa kamu kira dirimu masih ketua perguruan yang terhormat?" ejek Luo Liang sebelum akhirnya menjambak rambut Luo Tan, memaksa saudaranya itu untuk menatap semua anggota perguruan di bawah panggung yang menatapnya penuh kebencian. "Lihat, kehormatan yang dahulu mereka tampakkan untukmu telah sepenuhnya sirna," ucap Luo Liang sebelum lanjut berbisik, "dan itu semua ... karena diriku."
Tangan Luo Tan mengepal kuat, membuat darah mengalir dari telapaknya. Dirinya yang merupakan ketua perguruan yang terhormat, juga kultivator tertinggi di Dataran Ji, berakhir menyandang status seorang pembunuh dan pengkhianat, semua karena fitnah dan jebakan saudara sepupunya sendiri.
Tidak terima! Luo Tan tidak terima!
Namun, satu pertanyaan masih bertengger di benak Luo Tan.
Dengan mata penuh amarah, Luo Tan bertanya, "Kenapa ... kamu melakukan semua ini?" Darah mengalir turun dari sudut bibirnya, serangan Luo Liang telah mengacaukan energi dalamnya. "Sebagai saudara, teman, dan juga rekan ... aku memercayaimu dan menyayangimu ... apa sebenarnya kesalahanku?!"
"Kenapa?" Luo Liang mengulangi dengan senyuman keji. "Salahkan dirimu datang ke tempat ini dan merebut semua yang seharusnya menjadi milikku." Pandangannya berubah gelap dan diselimuti kebencian mendalam. "Bocah yatim piatu tidak tahu diri yang datang dengan kesedihan memuakkan karena kematian orang tua bodohnya, tapi berakhir dipilih menjadi penerus kedudukan ketua perguruan oleh Kakek? Aku tidak terima!"
Setiap patah kata diucapkan dengan nada yang kian meninggi, menunjukkan amarah dan keirian dengki yang mendalam terhadap saudara sepupunya itu.
“Tapi tidak apa-apa. Semua rasa sakit hati dan kebencian yang kurasakan telah terbayar satu persatu. Dimulai dari kematian kakek kesayanganmu itu!”
DEG!
Tubuh Luo Tan membeku. "Apa maksudmu?"
Luo Liang pun berbisik dengan suara yang sangat rendah, "Aku ... yang meracuni dan membunuh tua bangka itu."
Seketika, mata Luo Tan langsung terbuka lebar, memperlihatkan urat matanya yang memerah. Tangannya mengepal kuat dan tubuhnya bergetar hebat. "Luo Liang!!! Kamu bajingan!!!" serunya penuh amarah. "Kakek adalah kakek kandung kita!"
Suara lantang Luo Tan membuat para anggota perguruan mengerutkan kening, mulai bertanya-tanya mengenai apa yang terjadi. Hal ini membuat satu sosok melangkah maju menghampiri Luo Liang.
"Laksanakan eksekusinya segera. Jangan membuang waktu lagi, Luo Liang," ucap wanita berwajah rupawan dengan tubuh molek yang mendadak menyentuh tangan Luo Liang. "Jangan sampai rencana kita gagal."
Suara lembut dan merdu itu membuat Luo Tan mengangkat pandangannya, dia menatap benci sosok yang sekarang berada di sisi Luo Liang. "Yun Xiang ...," panggilnya setengah menggeram.
Yun Xiang adalah saudari seperguruan Luo Tan dan Luo Liang. Tak hanya itu, dia juga tunangan Luo Tan.
"Jangan menyebut namaku, aku tidak sudi dipanggil olehmu," balas Yun Xiang dengan pandangan jijik.
Walaupun dirinya adalah tunangan Luo Tan, tapi Yun Xiang ... adalah orang yang bekerja sama dengan Luo Liang untuk menjatuhkan Luo Tan. Dia yang telah mencekoki tunangannya sendiri dengan racun agar tubuhnya digerogoti dari dalam.
"Langit melihat apa yang telah kalian perbuat!" teriak Luo Tan menyentak Yun Xiang. "Kalian berdua adalah– Akh!"
Ucapan Luo Tan terhenti akibat cekikan tangan Luo Liang di lehernya. Senyuman kejam mengembang di bibirnya. "Maaf, ya. Kekasihku tidak sabar untuk mengakhiri hidupmu, sama seperti para anggota yang lain!"
“Aku ... akan ... membu ... nuhmu!” Luo Tan berusaha mengerahkan tenaganya yang tersisa untuk melepaskan diri. Namun, sia-sia.
Luo Liang tertawa. Dia memperkuat cekikannya. “Sebaiknya kamu bersyukur karena mati di tanganku. Paling tidak, kultivasimu itu tidak akan sia-sia,” desisnya dengan suara rendah membuat Luo Tan terbelalak.
Luo Liang berniat menggunakan eksekusi ini untuk menyerap kultivasinya!
Tidak! Luo Tan tidak rela! Kalau harus mati, maka dia harus mati tanpa menguntungkan bajingan di hadapannya ini!
Tak ada cara lain, Luo Tan harus menggunakan jurus terlarang itu.
Dengan satu tangan yang terbebas, Luo Tan menempelkan telapak tangannya di dada. Hal itu membuat Luo Liang mengerutkan kening.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Luo Liang dengan alis tertaut.
Sebuah senyuman miring disunggingkan Luo Tan kepada Luo Liang. "Menghancurkan rencanamu ...."
Ketika nadi di tubuh Luo Tan bersinar, semua orang langsung terkejut, terutama Luo Liang yang langsung menyadari rencana saudaranya.
“J-jurus ini?! Kau–!”
Akan tetapi, dia terlambat bertindak.
"Sampai jumpa di neraka, Luo Liang ...."
Detik berikutnya, inti energi Luo Tan hancur sepenuhnya, menyebabkan ledakan keras yang mengerikan. Gelombang energi menghancurkan bangunan sekitar menjadi puing dan melemparkan semua orang menjauh dari pusat ledakan.
Itu ... adalah akhir dari riwayat Luo Tan, ketua Perguruan Luo yang menganut ajaran sesat.
Atau paling tidak ... itulah yang dikira semua orang.
*100 tahun kemudian*
Remaja lelaki berpakaian serba hitam mendadak membuka mata. Menatap langsung ke arah langit yang cerah tanpa awan.
Suara air mengalir di dekat tempatnya terbaring membuatnya yakin bahwa dia kini ada di dasar gunung. Mungkin tepatnya di dekat sungai dengan aliran air deras.
Dia masih hidup.
Menyadari hal itu, dia langsung mendudukkan diri dengan mata terbelalak. “Bagaimana bisa aku masih hidup?!”
“Bagaimana bisa aku masih hidup?!” Luo Tan sama sekali tidak menyangka dirinya masih bisa melihat matahari setelah meledakkan diri! Namun, saat dirinya terbangun, dia menyadari ada yang berbeda dari tubuhnya.Luo Tan menatap ke bawah, pada tubuh gempal yang dibalut pakaian murid berwarna putih yang kotor dengan darah dan tanah.Dia memeriksa cepat tubuhnya, lalu menyadari satu hal.“Ini … bukan tubuhku ….”Tepat di saat dia menyadari hal tersebut, Luo Tan merasakan pening yang sangat pada benaknya. Gelombang ingatan yang menerpa masuk membuatnya mengernyitkan dahi..Dengan cepat, Luo Tan melipat kedua kakinya dan duduk dengan kaki terliipat, mengambil posisi meditasi untuk menerima ingatan pemilik tubuh yang sebenarnya.‘Chen Yi … pemilik tubuh asli ini bernama … Chen Yi.’**Di pekarangan sebuah perguruan, terlihat satu murid junior bertubuh gempal dengan wajah penuh dengan jerawat tengah menghadap tiga pria dengan pakaian murid senior.“Chen Yi, pergilah mencari rumput merah di pu
*Tiga bulan setelahnya.*Mata Luo Tan yang sekarang berada di tubuh Chen Yi masih terpejam rapat. Sepintas dia terlihat seperti orang yang sedang tertidur nyenyak dalam keadaan duduk.Namun, sesungguhnya Luo Tan tengah mencoba meningkatkan kultivasinya. Sudah tiga bulan dia berada di hutan bambu ini seraya berusaha menembus energi Qi di nadi meridian Chen Yi yang tersumbat.Bulu matanya bergetar beberapa saat sebelum akhirnya terbuka walau secara perlahan. Sepasang bola mata berwarna hitam kelam menatap tajam ke depan. Batang bambu berdesau seiring tiupan angin yang kencang. Daun-daun layu berjatuhan ke tanah, membuat Luo berbisik, “Musim gugur ….” Luo Tan hampir tidak menyadari berapa lama waktu berlalu di dunia nyata. Namun, dia ingat betul dirinya telah hidup kembali tepat di penghujung musim semi.Luo Tan meregangkan kedua tangannya. Terdengar suara sendi yang saling beradu setelah lama tidak digerakkan. Dia berdiri tetapi tertegun sejenak ketika melihat lendir hitam menjijikka
“Kakak Senior Wei! Kakak Senior Wei!”Wei Quan yang sedang sibuk berkultivasi di kamarnya langsung membuka mata dengan kesal saat salah seorang adik seperguruannya berseru di luar kamarnya. “Ada apa ribut-ribut?! Apa kamu tidak tahu aku sedang berkultivasi?!” bentak Wei Quan saat membuka pintu.“Guru Lin Hua sudah kembali!”Alis kanan Wei Quan meninggi. “Bagus kalau Guru sudah kembali,” ujarnya dengan kening berkerut. “Kenapa kamu malah kelihatan panik?”Wei Quan sudah tahu bahwa gurunya langsung pergi mencari Chen Yi ke Gunung Awan saat mendengar tentang hilangnya bocah itu. Akan tetapi, sudah tiga bulan! Adik seperguruannya itu tidak mungkin bertahan di Gunung Awan dengan kemampuan kultivasinya yang buruk! Demikian, hal terbaik yang bisa Lin Hua temukan di Gunung Awan mungkin hanya tulang belulangnya aja!“Akan tetapi, Kak, Guru Lin Hua menemukan–”“Diam,” sergah Wei Quan saat melihat rombongan Lin Hua memasuki pekarangan tempat tinggal para murid. Walau bingung mengenai apa alas
“Kakak Senior Wei yang menyuruhku.”Jawaban Luo Tan membuat ekspresi Lin Hua sekejap berubah gelap. Dia langsung menoleh kepada Wei Quan dan bertanya, “Apa maksudnya ini, Wei Quan?” tanyanya. “Kenapa Chen Yi dipindahkan ke gudang?!”Jantung Wei Quan berdebar kencang, wajahnya pucat. Otaknya berputar cepat untuk mengeluarkan penjelasan yang tepat. Namun, dia tidak bisa menjawab!Semua murid pun menatap Wei Quan dalam diam. Mereka tahu bahwa ucapan Luo Tan benar, tapi mereka tidak berani ikut campur lantaran Wei Quan merupakan posisi paling bertalenta nomor tiga setelah dua murid pendamping Lin Hua yang tidak tahu apa-apa.“Ah, maaf, Guru. Sepertinya aku salah ingat.” Luo Tan mendadak angkat bicara, mengalihkan perhatian semua orang. Dia pun memijat kepalanya sedikit dan menampakkan ekspresi pusing. “Maksudku, Kakak Wei yang pindah tinggal di gudang dan memberikan kamarnya padaku karena katanya area gudang memiliki kumpulan Qi yang lebih murni.”Ucapan Luo Tan membuat Wei Quan dan teman
“Chen Yi?” Lin Hua memanggil muridnya lagi, menyadarkan Luo Tan dari lamunannya. “Kamu keberatan?”Wajah Lin Hua tampak serius, membuat Luo Tan tidak bisa menghindar kalau tidak mau membangkitkan kecurigaan darinya.“Tidak,Guru,” balas Luo Tan seraya mengulurkan tangan dan membiarkan Lin Hua memeriksa nadi meridiannya. Mata Lin Hua terpejam, dia pun meletakkan dua jarinya di garis nadi pergelangan tangan Luo Tan, memeriksa nadi meridian pria itu. Detik berikutnya, Lin Hua terperanjat ketika merasakan aliran energi Qi yang lancar di seluruh tubuh Luo Tan. Mata Lin Hua terbuka cepat. “Kamu berhasil memperlancar sumbatan dalam nadimu?!” tanyanya setengah berseru. “Bukan hanya itu, kamu sudah mencapai level kultivator dasar tingkat pertama!?”Ini adalah keajaiban!Sejak Chen Yi masih bayi, Lin Hua tahu nadi meridian pemuda itu tersumbat. Namun, Lin Hua masih bersikeras membawanya ke perguruan dengan harapan eliksir berkualitas tinggi bisa mengobati Chen Yi. Namun, sampai akhir … segala
Wei Quan berjalan ragu, begitu pula dua temannya yang mengiringi di belakang. Langkah mereka yang biasanya panjang, kini sengaja dilambatkan untuk mengulur waktu.“Apa yang kalian lakukan? Guru Lin sudah menunggu sejak tadi,” tegur Hu Lei tidak sabar. Dia sudah berjalan lebih dulu memimpin rombongan, tetapi terpaksa berbalik lagi karena Wei Quan dan teman-temannya tak kunjung muncul. “Aku tidak yakin ini ide baik, Guru Lin masih kelelahan. Mungkin pertemuan ini bisa ditunda agar beliau bisa beristirahat lebih dulu,” jawab Wei Quan.“Apa yang dikatakan Kakak Senior Wei itu benar. Lebih baik Guru Lin beristirahat dulu,” timpal salah seorang pengikutnya. Hu Lei menyipitkan mata, diamatinya Wei Quan yang berdiri gelisah. Terlebih lagi ketika Wei Quan menggunakan lengan bajunya untuk mengusap keringat di dahi. “Sebenarnya apa yang kamu takutkan Wei Quan? Sejak tadi kulihat tingkahmu sangat gelisah, seakan-akan kamu baru saja melakukan kesalahan besar.” Hu Lei berjalan lebih dekat untuk
Tidak jauh berbeda dengan Hu Lei yang sangat kebingungan, kening Lin Hua yang mulus juga berkerut karena jawaban yang terdengar aneh baginya. Seingatnya, dulu bocah itu tidak terlalu menyukai Wei Quan, bahkan sering menghindari kontak dengannya.Dagunya terangkat agak tinggi untuk mengamati Luo Tan. Gerakannya agak canggung karena selama ini Lin Hua lebih sering menunduk saat berbicara dengan muridnya itu sebelum berkultivasi.“Chen Yi,” panggilnya lembut. “Kalau kamu ingin meminta didampingi murid lain, katakan saja padaku. Aku akan segera menggantinya dengan murid yang lebih kamu sukai.”Mata hitam Luo Tan membalas tatapan Lin Hua dengan ketegasan yang tidak pernah wanita itu lihat selama ini. Membuat hati Lin Hua bergetar karena tajamnya pandangan Luo Tan.“Tidak perlu Guru Lin. Aku sudah cukup puas dengan Kakak Senior Wei.” Luo Tan menjura hormat pada Lin Hua untuk menyatakan rasa terima kasihnya yang mendalam.Lin Hua mendesah dalam hati. Meski Luo Tan sudah berulang kali menyata
“Kenapa tidak membongkar kebusukan Wei Quan?” Terdengar suara asing berseru di balik punggung Luo Tan. Bahu Luo Tan menegang. Matanya berubah nyalang ketika berbalik ke belakang. WHOOSH!Tiga bilah jarum perak meluncur cepat dari jari Luo Tan. Tepat menuju asal suara misterius yang telah mengejutkannya. TAK! TAK! TAK!“Ah!” Mengikuti suara jarum yang menancap sempurna di tembok kayu ruangan, jeritan anak kecil bisa terdengar.Luo Tan menatap jarum perak yang tepat mengenai dinding. Bilahnya masih bergetar karena kuatnya gerakan pria tersebut.Tepat di bawah tiga jarum itu terdapat seekor makhluk berwarna kuning yang seakan berjongkok sembari memerhatikan senjata yang hampir merenggut nyawanya. Makhluk serupa anak ayam itu menggigil ketakutan, bahkan paruhnya pun ikut gemetar. Dengan mata yang berair, menunjukkan dirinya berada di ambang tangis, makhluk itu menatap Luo Tan dengan ekspresi memelas. “K-kejam! Manusia kejam!” Dia maju beberapa langkah, menghindari jarum yang berada d