Setelah hari pemeriksaan elemen, hari pertama menghadiri kelas pun tiba. Luo Tan tengah mempersiapkan diri saat sebuah suara bercicit di kepalanya, “Aku ingin ikut!”Luo Tan mengernyitkan alisnya. Diliriknya ayam kecil berwarna kuning di sudut kamar, entah bagaimana caranya tetapi Luo Tan dapat memahami si ayam kecil tengah merajuk.“Apa yang ingin kamu lakukan di sana?” balasnya dingin seraya mengenakan sabuk sebagai pelengkap akhir seragam dari perguruan Merpati Putih.“Aku bosan meringkuk seharian di kamar sedangkan kamu bisa bersenang-senang di luar sana.”Luo Tan memutar bola matanya tanpa memberi tanggapan berarti.“Luo Tan, aku akan tetap mengikutimu walau kamu tidak mau membawaku!” Sayap Zha Ji yang berwarna kuning mengepak-ngepak penuh semangat. Bayangan akan menghirup udara segar membuatnya tidak sabar lagi segera keluar kamar“Terserah.”Sayap Zha Ji berhenti berkepak. Kepalanya yang mungil miring ke kiri lalu dia bertanya, “Kamu mengizinkanku keluar?”“Tentu.” Luo Tan mema
“Semuanya tenang!” Ma Yong mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk memenangkan para murid muda. Seruannya segera dituruti, mereka semua diam dan menunggu kalimat selanjutnya dari sang guru.Ma Yong tersenyum puas, sebelah tangannya mengusap dagu dengan rasa bangga. Dia senang karena semua murid baru tahun ini tampak begitu bersemangat.“Agar kalian lebih bersemangat, aku memutuskan untuk memberikan misi pertama pada kalian. Seharusnya misi pertama ini diberikan minggu depan tetapi melihat kalian yang penuh antusias rasanya lebih baik jika kuberikan hari ini saja.” Dia menyeringai senang lalu menunggu sorakan selanjutnya.Namun, tempat itu sunyi senyap. Hanya ada lirikan satu sama lain di antara kepala yang merunduk ke bawah.“Kenapa diam? Jangan katakan kalian takut menerima misi ini?!” Mata Ma Yong berkilat jenaka. Dia sudah ratusan kali menghadapi situasi serupa ketika murid-murid yang awalnya dipenuhi semangat mendadak menciut saat diberi misi pertama.“Mana yang tadi berteriak pa
Suasana di Gunung Awan tampak suram meski matahari sudah bersinar terang. Kabut mulai menebal ketika Luo Tan mendaki semakin tinggi.Dia berjalan santai tanpa menoleh ke arah manapun. Keadaan sepi seperti sekarang membuatnya merasa lebih tenang. Setidaknya dia aman dari Wei Quan yang terus merecokinya, telinga Luo Tan juga lebih nyaman karena tidak mendengar ocehan Zha Ji.Gunung Awan merupakan tempat yang unik. Ada hutan lebat dengan pepohonan menjulang tinggi sehingga menciptakan kesan mistis. Sedang di bagian lain hanya ada hamparan rumput dan bunga liar yang memanjakan mata.‘Monster jiwa seperti apa lagi yang akan kutemukan di sini?’ batin Luo Tan ketika mulai memasuki hutan lebat.“Apa pun monster jiwa yang Tuanku temui, tidak akan ada yang bisa mengalahkan kemampuanku!”Langkah Luo Tan langsung terhenti ketika mendengar suara melengking khas anak-anak itu. “Aku sudah meninggalkanmu di kamar!” desisnya.Meski ayam kecil itu tidak terlihat di depan mata Luo Tan tetapi dia bisa me
“Tuanku, kamu tidak apa-apa?” Zha Ji yang cerewet semakin cemas karena merasakan majikannya sudah terluka. “Diam.” Luo Tan bangkit dengan sedikit susah payah. “Kalau kamu berbicara sekali lagi, aku akan benar-benar membuatmu menjadi ayam goreng.”Lyo Tan tidak sempat mendengar sahutan Zha Ji karena dia harus berkelit dari serangan serigala perak yang mengamuk hebat. Tampaknya monster jiwa itu murka karena salah satu cakarnya telah terpotong. Mata Luo Tan yang tadinya sudah waspada kini terlihat berbeda. Pupil matanya mengecil sementara dia berusaha mengatur napas. Diamnya Luo Tan membuat serigala perak merasa mendapat kesempatan bagus. Dia melolong panjang sekali lagi lalu melompat dengan memamerkan taring panjangnya. Taring tajam itu dapat mengoyak daging manusia dengan mudah. Namun, Luo Tan tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Tangan kanan Luo Tan menggenggam Pedang Roh Pusaka kian erat. Ketika taring serigala perak hanya berjarak beberapa jengkal dari kepala Luo Tan, baru l
“Hewan raksasa apa itu?” “Lihat bulunya yang berwarna keperakan, sudah jelas itu serigala perak!” “Maksudmu monster jiwa serigala perak?!” Leher-leher murid perguruan dari berbagai tingkatan diulurkan lebih panjang sore itu. Hampir semuanya tercengang saat melihat seekor monster jiwa berukuran tidak biasa dibawa ke perguruan mereka. Sementara itu napas Wei Quan mulai mendengus-dengus kelelahan. Meski dirinya sudah mencapai kultivasi level tiga yang dapat menghancurkan batu gunung hanya dengan satu kepalan tinju, tetap saja badannya kelelahan karena membawa monster jiwa raksasa itu. BUM! Debu beterbangan ke berbagai arah ketika Wei Quan menghempaskan tubuh serigala perak ke halaman perguruan. Suara keras yang ditimbulkan oleh Wei Quan membuat perguruan semakin heboh. Bukan hanya murid level rendah, level menengah pun berhamburan mendekati asal suara. "Saudara Wei Quan, dari mana kamu mendapatkan serigala perak ini?" tanya temannya yang ikut tertarik mendengar kehebohan d
Luo Tan menggeleng pelan ketika merasakan kerumunan murid yang semakin banyak. Sehingga halaman perguruan yang sejak tadi sudah ramai kini menjadi sesak oleh mereka yang merasa penasaran. Sebagian dari murid mencibirkan bibir begitu mengetahui apa yang terjadi. Hampir semuanya percaya bahwa Wei Quan telah ikut campur dalam misi kali ini. Hanya segelintir yang memandang Luo Tan dengan rasa hormat. Meski pemuda itu terkenal lemah tapi hasil pengetesan elemen kemarin telah membuktikan dia tak bisa diremehkan begitu saja. “Guru Ma!” Puluhan murid tingkat satu masih ayak di belakang Yu Heng. “Mohon Guru Ma memberikan keadilan untuk kami semua.” “Menurut kalian apa yang harus dilakukan? Sedangkan Wei Quan dan Chen Yi sama-sama bersikeras mereka tidak melakukan kecurangan.” Meski demikian, sesungguhnya Ma Yong merasa penasaran dengan kemampuan Yu Heng maupun Luo Tan. Yu Heng melirik ke arah Luo Tan yang memandang lurus ke depan. Bibirnya membentuk senyum samar, seolah tak menganggap seri
"Sayang sekali," desah Yun Xiang saat melihat Luo Tan terluka. "Sebenarnya pukulan Yu Heng bisa dihindari dengan mudah."Dia datang dengan sedikit terburu-buru begitu mendengar ada keributan yang melibatkan Luo Tan di halaman perguruan. Yun Xiang sempat berharap akan melihat murid itu akan mengeluarkan segenap kemampuannya untuk melawan Yu Heng. Namun, dia hanya bisa menggelengkan kepala dengan prihatin setelah menyaksikan betapa mudahnya Luo Tan terluka. Tinju Yu Heng bukan hanya membuat Luo Tan terluka tetapi juga menimbulkan kekecewaan pada Yun Xiang. "Wakil Ketua, tampaknya anak itu tidak seistimewa perkiraan kita," gumam salah satu murid kepercayaannya. "Dia belum pantas menerima perhatian Wakil Ketua."Perempuan itu tidak menoleh ke arah muridnya, meski begitu dia pun kembali mendesah lantas menyesali tindakannya yang sedikit terburu-buru. "Apa aku salah mengira?" Yun Xiang masih menatap dari kejauhan, tetapi sinar matanya yang tadi dipenuhi harapan perlahan meredup. Dia pun
"Chen Yi, apa yang kamu lakukan sehingga Yu Heng terluka separah itu?" Ma Yong memegang cangkir tehnya dengan tenang. Namun, matanya diam-diam mengamati reaksi Luo Tan. Luo Tan memandang Ma Yong dengan tatapan polos. "Aku tidak mengerti apa yang Guru maksudkan."Ma Yong semakin lekat menatap murid Lin Hua tersebut. Pemuda itu telah berganti pakaian menjadi serba hitam karena seragam perguruannya ternodai darah dalam pertandingan tadi. Saat ini keduanya berada di kediaman Lin Hua. Sementara itu Wei Quan dipanggil masuk ke dalam kamar untuk mendampingi Lin Hua mengobati luka di tubuh Yu Heng. Sehingga hanya ada Luo Tan yang ditugaskan untuk menemani Ma Yong selama Yu Heng diobati. Walau sesungguhnya mereka sama-sama mengerti Ma Yong bisa saja meninggalkan tempat tersebut dan mempercayakan Yu Heng pada rekannya. Namun, dia enggan pergi. Setidaknya Ma Yong ingin mencari tahu dulu apa yang terjadi di arena. "Kamu tentu sudah mengerti apa yang kumaksudkan," ujar Ma Yong setelah meneguk