Ketika senja yang berwarna jingga memamerkan keindahannya di langit barat di antara batas siang dan petang, mobil Melody mulai memasuki halaman luas rumahnya. Di garasi mobil yang cukup untuk di tempati empat mobil itu mata indahnya mendapati Pajero putih yang sangat di kenalnya. Cuek, itulah sikap yang dia rencanakan untuk menghadapi si pemilik mobil. Percuma banyak gaya di depannya karena pada akhirnya tetap akan mati gaya. Haha, Melody mentertawakan isi kepalanya barusan, setidaknya hatinya kini sudah merasa ringan. Sisil tidak kenapa-kenapa, tidak sedang sakit seperti kekhawatirannya. Masalah gadis itu dengan keluarganya-pun sudah terselesaikan dengan baik. Meski dengan konsekuensi untuk satu bulan ke depan dia harus bisa banyak meluangkan waktu membantu mempersiapkan keperluan resepsi pernikahan. Melody tak ingin kehamilan Sisil kenapa-kenapa jadi dia bersiap untuk membantu segala kerepotan gadis itu dan keluarganya semaksimal mungkin lahir dan batin.
Di ruang keluarga n
Di ruang kerja yang cukup luas dengan pernak-pernik nuansa ungu yang cantik khas warna kesukaan Melody. Gadis itu mengotak atik handphone di tangannya. Berkali-kali di lihatnya layar chat dengan Ansya yang selama beberapa hari ini tak nampak ada penambahan baris kalimat. Beralih ke riwayat panggilan, beberapa panggilannya ada, tapi tak nampak respon panggilan balasan dari cowok itu. Karena yang ada ketika beberapa kali dia mencoba meneleponnya, status nomor cowok itu adalah di luar jangkauan alias tidak aktif. Sesekali kening Melody mengernyit, sesekali bibirnya manyun cemberut. Ada marah, ada rindu, ada khawatir, ada penasaran dan beragam rasa gusar yang saat ini menderanya. Sebelumnya, setiap kali bisa berkomunikasi Ansya tetap seorang yang manis, tetapi beberapa waktu terakhir cowok ini memang sangat sering menghilang dari peredaran.Beralih ke layar chat dengan Alfa. Pagi tadi, bahkan ketika mungkin dia baru saja menggeliat bangun tidur, Alfa sudah mengirim foto selfinya
Melody tengah berbincang akrab dengan Bimo sambil berdiri tak jauh dari tempat duduk Dista. Mereka berdua ngobrol santai dan bercanda selayaknya teman. Sesekali pula nampak mereka berdua tertawa. Bimo tengah menceritakan salah satu temannya yang frustasi berat ketika dulu pernah menyatakan suka pada Melody dan ternyata mendapat penolakan. Sang teman yang awalnya sombong dan begitu percaya diri bahwa Melody akan menerimanya pada akhirnya frustasi dan menjadi pendiam. Padahal teman itu sebelumnya sangat sok dan banyak bicara, dia kaya, sering ganti-ganti cewek yang seolah-olah siapapun bisa dia miliki dengan mudah karena pundi-pundi uang sakunya yang selalu penuh."Gue dan teman-teman sekelas jaman waktu itu bener-bener berterima kasih sama kamu karena menolaknya. Sampai akhirnya kita bikin syukuran kecil-kecilan dengan borong makanan di kantin Mak Erni,” cerita Bimo.“Kalian jahat ya, temen sedih malah bikin syukuran,” Melody menanggapi sambil ketawa. Dia teringat cowok yang sa
“Elo cantik banget, Mel. Nyesel gue jadiin elo bridesmaid gue, kalah pamor,” goda Sisil yang udah sempurna dengan make up dan baju pengantinnya. “Ya udah, gue batal aja kalo gitu, males juga gue nampang-nampang banyak kesorot kamera kayak gini,” balas Melody. “Eh, sampek elo berani kabur, gue pecat elo dari jabatan sahabat gue,” ancam Sisil yang membuat Melody tertawa memamerkan gigi biji timunnya. “Astaga, elo ketawa gini tambah cantik, Mel. Gila make over lo hari ini, biasanya polos ga kesentuh make up sekarang amazing. Sini gue bisikin.” Melody mendekat sesuai permintaan Sisil. “Siap-siap aja kalo Alfa jatuh cinta sama elo,” bisik Sisil. “Jangan bikin rusak mood gue deh,” rajuk Melody menampilkan tampang cemberutnya. Sedangkan Sisil terbahak geli. “Eh, kalian ini udah pada dandan cantik tapi kelakuan tetep absurd,” semprot Chacha yang datang bersama Sinta, dua sahabat kuliah mereka yang di daulat Sisil juga untuk menjadi pen
Melody menatap layar handphone-nya dengan sedih. Entah sudah berapa lama dia tak berkomunikasi denga Ansya. Cowok itu semakin menghilang dari hidupnya, namun entah mengapa rasa di hatinya tak terkikis sedikitpun. Selama ini, Melody masih tetap berfikir positif, bahwa suatu saat dia akan muncul di hadapannya dengan penuh kasih sayang dan cinta tulus yang nyata. Tak ada lagi tempat baginya meletakkan hati selain pada cowok itu. Tidak juga kepada seorang Alfa. Karena yang di lihat Melody, sampai dengan saat ini Alfa masih berhubungan cukup baik dengan Hesta. Cowok itu begitu perhatian pada perempuan itu dan terlihat begitu menyayangi anak Hesta. Melody tengah bersiap jika pada saatnya nanti anak Hesta menjadi alasan bersatunya mantan dosen dan mantan mahasiswanya itu. Selisih umur bukan masalah, apalagi Hesta nampak cantik dan modis tak sedikitpun terlihat bahwa dia sudah memiliki satu orang anak. Bisa saja suatu saat nanti Alfa tiba-tiba juga menghilang dari hidupnya dan memperjuangka
Melody berjalan menuju parkir mobil sambil menenteng buket bunga yang dia terima dari Alfa. Sesekali senyumnya merekah membalas banyak sapa yang tertuju ke arahnya. “Al,” panggil Melody sambil menarik kemeja Alfa hingga cowok itu segera menghentikan langkahnya. “Kenapa?” tanya Alfa penuh heran melihat Melody yang meringis ke arahnya. “Gue capek hehe,” ujar Melody sambil menggerak-gerakkan kakinya yang memakai bawahan kain panjang yang agak sempit hingga mengganggu jalannya, tak bisa melangkah dengan cepat. “Mau gue gendong?” tanya Alfa penuh usil. “Ih, ogah.” “Trus mau elo gimana?” “Elo jalannya jangan cepet-cepet dong, gue capek ngikutinnya.” Alfa terkekeh menyadari kesalahannya. Lembut di usapnya kepala Melody, kemudian di rangkulnya bahu gadis itu. Perlahan mereka mulai kembali berjalan. “Berasa jalan sama nenek-nenek, deh.” “Nenek-nenek cantik, nggak malu-maluin kok di ajak jalan.” “Iya untun
Pada akhirnya proyek property perusahaan Fendy Atma yang bekerjasama dengan perusahaan Bimo di serahkan penanganan sepenuhnya ke tangan Melody. Fendy hanya memantau dari balik layar jika Melody membutuhkan masukan atau saran dari dirinya. Selain bisnis property, bisnis eksport import yang juga menjadi andalah bisnis Fendy sebagian besar urusannya juga sudah mulai di serahkan ke tangan putri tunggalnya ketika lelaki itu menilai bahwa Melody bisa memegangnya dengan baik.Untuk dua kepercayaan yang Fendy serahkan kepada Melody, salah satunya menjadi alasan bagi gadis itu untuk segera menuju ke kantor pusat perusahaan Bimo pada hari ini. Bos dari perusahaan itu mengundangnya untuk datang meeting di perusahaan mereka.Melody sudah berada di parkiran mobil hendak berangkat ke kantor Bimo ketika sebuah suara terdengar mengajaknya bicara.“Elo berangkat sama gue aja, Mel,” ajak Bimo yang mendekatinya sambil memegang beberapa map.“Kok elo ada di
Beberapa hari tak ada yang berubah dengan sikap Alfa kepada Melody setelah kejadian Melody bersama Bimo yang berjudul insiden meeting kala itu. Alfa tak mengungkitnya. Melody sendiri enggan membahasnya, karena sejujurnya dia bingung harus bersikap bagaimana. Petuah sisil untuk meminta maaf pada cowok itu belum dia laksanakan. Meski sudah ada komitmen yang agak manis di antara keduanya, tapi sepertinya rasa enggan dan tengsin masih mendominasi dalam keseharian mereka. Melody menunggu Alfa mengungkitnya. Dengan begitu dia akan memiliki kesempatan untuk berbicara menjelaskan sekaligus minta maaf padanya. Tapi dia tunggu berapa lama-pun tak nampak hilal pembicaraan mengenai masalah itu bakal terluncur dari bibir Alfa. Seperti biasa, Alfa nampak diam dan tak acuh seperti tak terjadi apapun.Dengan diam Alfa yang sudah menghabiskan makanannya memperhatikan Melody yang sedang menunduk makan di depannya. Tak banyak percakapan tercipta di antara keduanya. Siang ini mereka memutuskan u
Melody masuk ke ruang kerja Fendy dengan wajah tertekuk."Nah ini Melody, kebetulan kamu kesini," sapa Fendy kepada putri semata wayangnya begitu tubuh mungil itu melewati pintu, masuk dan duduk di kursi sebelah Bimo. Bimo menyambutnya dengan senyuman yang tak terbalas oleh Melody karena fikiran gadis itu tengah sibuk pada acara Alfa yang pamit keluar kantor."Ada apa, Pak?" tanya Melody dengan bahasa formalnya. Di dalam kantor emang dirinya membiasakan bersikap profesional, meski kalau di rumah jangan di tanya seberapa manjanya dia pada papa kesayangannya."Pak Bimo lagi jelasin jalannya proyek yang akan kita tangani mulai minggu depan. Pak Edward sudah deal dengan semua rencana kita, nah karena ini sudah mulai awal kamu yang pegang, jadi untuk koordinasi dalam perjalanan proyeknya nanti sebaiknya kalian lanjut urus berdua. Kecuali ada permasalahan yang membutuhkan masukan saya, Melody bisa konfirmasi supaya bisa bantu diskusikan ulang dengan Pak Edward d