Share

Bab 23

“Alhamdulillah, akhirnya kamu telah bangun, Sayang.” Itu kata yang pertama aku dengar saat membuka mata. Kata yang membuat aku merasa sangat dicintai

Aku mengedarkan pandang. Ruangan serba putih dan senyum semringah Farhan menyambut.

Pemuda itu menggenggam jemari tanganku dan menciumnya berkali-kali. Untuk pertama kali aku melihat ia menitikkan air mata.

Entah berapa lama aku tenggelam dalam pengaruh obat dan segala tetek bengek peralatan medis ini.

“Han?” panggilku pelan.

Berusaha untuk bangkit, namun laki-laki itu buru-buru menahan.

“Jangan bangun dulu!”

“Tapi pegal,” sahutku dengan mata berkaca-kaca.

Entahlah.

Saat ini rasanya aku ingin menangis. Berbagai perasaan berkecamuk mengingat apa yang terjadi. Kenapa harus seperti ini?

Sejak dulu aku bukan seseorang yang suka mencari masalah. Sedapat mungkin, jika mengalah adalah solusi terbaik, maka akan aku lakukan. Tak peduli siapa yang benar dan siapa yang salah.

Mungkin sifat yang terlalu pasrah itulah yang dimanfaatkan Bang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status