Share

Bab 22

Motor meluncur dengan kecepatan sedang saat meninggalkan kafe. Farhan menambah kecepatan saat kami telah berada di jalan raya.

Dinginnya udara malam terasa kian menusuk hingga ke tulang sumsum. Reflek aku melingkarkan kedua tangan ke perut pemuda itu. Samar ia tersenyum sambil mengusap pelan pipi kiriku yang bertengger di pundaknya. Ada perasaan damai yang menyusup lembut di dalam sini.

Dalam situasi seperti ini, aku mencoba tidak terlalu peduli akan perasaan Farhan. Mungkin memang ada kalanya cinta tidak perlu diucapkan. Karena yang lebih penting dari semua itu sikap dan perbuatan, bukan?

Apa gunanya kata cinta digaungkan, jika pada kenyataannya malah menyakitkan. Seperti yang berkali-kali dilakukan Bang Fajar.

Ingat laki-laki itu, pikiranku kembali menerawang pada banyaknya panggilan tak terjawab tadi. Sejujurnya perasaanku tidak enak. Mengingat sifatnya yang temperamen, mustahil ayah dari anakku itu tidak akan melakukan apa pun.

Tanpa sadar aku menarik napas panjang.

"Kenapa?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mary Angel
kumenangissss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status