“Astaga, sebenarnya ada apa lagi ini?” gumam Dewa sembari menyugar kasar rambutnya."Apa yang beliau katakan?" tanya Dewa kemudian kepada Rasti.Dewa begitu penasaran kenapa William malah menemui Rasti. Dan juga ada rasa takut di hati Dewa, jika William menyakiti ibunya atau menyinggung perasaan ibunya. Selama ini, dia sudah berusaha untuk memproteksi orang-orang yang bertemu dengan Rasti, namun dia tidak tahu jika mertuanya yang malah datang ke rumah mereka dan bertemu ibunya."Ibu tidak tahu sebenarnya pernikahan seperti apa yang sedang kau jalani bersama Kalila, sehingga orang tua Kalila datang kemari hanya meminta ibu untuk memperingatkan kau agar segera meninggalkan Kalila," jawab Rasti menerawang."Yang Ibu lihat selama ini kalian baik-baik saja, walaupun ibu juga melihat kalau kalian itu tidak pernah akur. Tapi, Ibu tidak melihat sesuatu yang serius bermasalah dengan kalian. Apalagi kau juga mengatakan cara rumah tangga orang itu berbeda-beda.”“Namun, ketika kedatangan Willia
“Bukan itu kan maksudnya? Kau tidak mungkin melakukan pernikahan kontrak, kan?” tanya Rasti.Dan dsri wajahnya terlihat kalau Rasti sangat takut dengan jawaban Dewa.“Kenapa kau diam, Dewa?” “Apa benar kalian menikah kontrak?” tanya Rasti lagi saat belum mendapatkan jawaban dari Dewa.Dewa hanya bisa menganggukkan kepalanya, dan Dewa memang tidak akan pernah bisa berbohong kepada ibunya dalam waktu yang lama, akhirnya dia pasti akan jujur dan terbuka kepada Rasti."Di saat itu tiba, aku akan menjadi seorang single yang mungkin akan mencari istri lagi. Aku takut jika yang aku nikahi adalah adik satu ayah, itu yang aku tidak mau,” jawab Dewa.“Walaupun sebenarnya aku juga tidak mengharapkan perpisahan dengan Kalila. Aku harap juga pernikahan ini meskipun awalnya hanyalah pernikahan yang berdasarkan sebuah perjanjian, pada akhirnya akan membuat kami menjadi pasangan yang saling mencintai dan melengkapi," lanjut Dewa pelan.“Astaga, mengapa seperti ini,” gumam Rasti lemah.Rasti hanya me
"Mama…," panggil Dewa terkejut ketika melihat siapa orang yang datang ke rumah mereka di malam ini.Ternyata yang datang malam-malam seperti itu adalah ibunya Kalila, entah mungkin kedatangan William siang tadi tidaklah cukup bagi mereka yang hanya bertemu dengan Rasti. Entah mau apa lagi Nyonya William yang bernama Dilara itu datang di malam ini."Jangan panggil aku mama, aku tidak pernah mau dipanggil mama oleh anak kupu-kupu malam seperti kau," ujar Nyonya William sambil tersenyum mengejek.Nyonya Dilara, atau ibunya Kalila memandang Rasti dengan pandangan yang jijik. Kemudian dia duduk di salah satu kursi yang kosong yang tepat berada di samping Dewa.Sementara itu Dewa dan Rasti masih memilih diam mendengar penghinaan yang terus dilakukan oleh Dilara. Walaupun sebenarnya amarah Dewa benar-benar memuncak ketika masih ada saja orang-orang yang menghina ibunya."Mama, jika memang kedatangan Mama ke sini hanya untuk menghina Ibuku, sebaiknya Mama tinggalkan saja rumah ini. Karena ak
“Apa kau tidak mendengarku?” tanya Dilara menatap Dewa dengan tajam.“Dengar, kok,” jawab Dewa santai."Pergilah kemanapun yang kalian suka, sampai Kalila benar-benar tidak tahu kalian berada di mana. Karena kami tidak mungkin terus-terusan membiarkan anak kami hidup bersama seseorang yang bahkan derajat hidupnya jauh di bawah. Kami pun tidak tahu asal muasal kalian dari mana, bahkan semua orang saat ini tahu kalau Kalila menikahi seorang lelaki dari lokalisasi.”Kembali Dilara menjeda kalimatnya. Nafasnya tampak tidak teratur, anehnya sudah tua masih saja sibuk dengan harta."Dan ingat pergilah malam ini, karena kemungkinan besok Kalila akan kembali ke sini. Jadi, sebelum Kalila kembali kalian tinggalkan kota ini. Dan jangan pernah bermain-main denganku. Aku tidak pernah suka dengan orang yang bermain-main dan mengingkari janji," lanjut Dilara sambil menatap tajam ke arah Dewa.“Hahaha….”Hal yang tidak terduga terjadi, Dewa tertawa tergelak-gelak ketika melihat apa yang dilakukan ol
Hening tidak ada seorangpun yang menjawab."Hei! Siapa yang berada di sana?!" teriak Dewa lebih keras.Dua orang security yang bertugas di pos mendengar Dewa berteriak kemudian berlari mendekat ke arah Dewa. Dia pikir Dewa memanggil mereka."Siap, Pak! Ada apa?" tanya kedua orang tersebut sambil memberikan hormat kepada Dewa.Keduanya memang tidak heran jika melihat Dewa sedang duduk di taman dekat kolam ikan tersebut, karena hal itu sering sekali dilakukan Dewa dalam menikmati malam bersama rokoknya. Karena Dewa tidak pernah merokok di dalam rumah, walaupun Kalila juga merokok. Namun, Dewa tidak akan pernah membuat rumah mereka dipenuhi dengan asap.Hal itulah yang membuat Dewa selalu pergi menjauh saat dia ingin merokok, pergi ke balkon ataupun di taman tersebut itu merupakan dua tempat yang benar-benar menjadi favorit Dewa.Seperti malam ini, Dewa memilih taman dekat kolam pastinya agar bisa sambil menikmati embusan angin malam yang segar."Kalian tidur?" tanya Dewa dengan menyeli
Keesokan harinya….Dewa berusaha untuk tidak menceritakan apa yang dia alami itu kepada ibunya. Dia tidak ingin membuat ibunya merasa ketakutan dengan semua itu. Rasti akan dengan mudah terpengaruh dengan keadaan yang menakutkan, apalagi setelah kedatangan William dan Dilara."Ari, apakah kau tahu di mana rekomendasi tempat pemasangan CCTV yang bisa dipercaya?" tanya Dewa kepada Ari ketika dia sudah sampai di kantor.Hari ini pikiran Dewa rasanya benar-benar bercabang, dia tidak bisa memikirkan mengenai urusan kantor, dia masih memikirkan keamanan di rumahnya."Bapak mau pasang CCTV? Dimana? Di kantor yang baru?" tanya Ari kemudian.Dewa hanya mengangguk sambil tersenyum, dan mengatakan dia rencana akan memasangnya di rumahnya."Semalam, rumahku mengalami teror yang tidak terduga. Seseorang melemparkan batu sebesar ini kepadaku dan beruntungnya tidak mengenai apapun di sana. Namun, aku masih penasaran ada orang yang masih mengirimkan teror-teror seperti itu. Jadi, aku ingin memasangka
"Apa yang aku pikirkan? Jangan gila, Kalila," ujar Kalila kepada dirinya sendiri.Kalila sedang menyangkal dirinya kalau dia mengharapkan perhatian dari Dewa. Namun, seberapapun usaha Kalila menyangkal tentang perasaannya kepada Dewa, itu tidak bisa dibohongi karena Kalila merasa dia merindukan dan mengharapkan perhatian Dewa seperti biasanya. Sementara itu Dewa memilih duduk di balkon sambil menghabiskan satu batang rokok yang berada di tangannya. Dewa juga kemudian melihat CCTV yang sudah dipasangkan oleh temannya Ari itu, dan benar-benar mengagumkan hasilnya, seseorang tidak akan menyangka jika di rumah mewah bisa lebih dari sepuluh titik kamera tersembunyi yang sudah terpasang.Bahkan Dewa bisa mengontrol CCTV tersebut dari ponsel yang berada di tangannya, Dewa tidak ingin terjadi hal apapun kepada keluarganya, lebih baik dia memasang proteksi yang begitu banyak sejak awal."Semoga dengan CCTV ini bisa mengungkapkan siapa pelaku yang selama ini selalu mengganggu keluarga ini," u
“Kepalaku pusing kalau memikirkannya,” gumam Dewa yang sepertinya mulai tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Kalila tersebut."Semua orang berpotensi melakukan hal itu. Dan juga kau jangan lupakan begitu saja, kalau kau saat ini sudah menjadi orang yang sangat sangat terkenal. Jadi, ada kemungkinan orang yang merasa tersaingi dengan kau melakukan hal itu,” jawab Kalila."Dunia bisnis itu begitu kejam, Dewa. Orang yang bahkan terlihat baik di depanmu, bisa jadi itulah pengkhianat," ujar Kalila kemudian mengambil segelas kopi yang terletak di atas meja. Dewa menatap Kalila dengan pandangan yang menyelidik setelah mendengar kata-kara dari Kalila itu."Jangan kau pandang aku seperti itu, jika aku ingin melakukan hal itu kepadamu, aku tidak perlu menyiapkan teror. Aku hanya perlu menyiapkan satu buah kawat di dalam kamar kita dan aku akan membunuhmu secara langsung, jika aku ingin melakukan itu," kekeh Kalila yang membuat Dewa tergelak."Aku hanya menatap kagum kepadamu, bukan aku me