Share

Batu Bata Selai Cokelat

49

Sepanjang kuliah hari ini aku sulit berkosentrasi. Selain karena masih mengantuk, ucapan Papa kembali terngiang-ngiang di telinga. Aku tahu Papa sangat mengkhawatirkan anaknya yang manis ini, terutama karena beliau hafal dengan sifatku yang terkadang nekat.

Sore seusai kuliah, aku memacu motor menuju kediaman Mas Fa. Bukan untuk berlatih seperti biasa, tetapi untuk menumpang tidur sebentar, sebelum nantinya kami akan berangkat ke kafe.

Sesampainya di tempat tujuan, aku mengucapkan salam, kemudian langsung masuk dan merebahkan diri di kasur lipat. Namun, Mbak Yeni yang hari ini tidak bekerja, mengulurkan piring beraroma harum dan membuatku kembali bangkit.

"Tadi loyo, disodorin kue langsung semangat," seloroh Mas Fa yang masih sibuk di depan laptop.

"Martabak kan kesukaanku, jadi nggak boleh ditolak," kilahku di sela-sela mengunyah.

"Kamu tuh, martabak kesukaan, donat favorit, gorengan kegemaran, cake kedemenan. Semuanya diborong."

Aku mengulaskan senyuman lebar. Perkataan Mas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status