"Aghhh …." Nara mengeluh, meremas perut sendiri karena terasa nyeri dan sakit. Nara sakit perut karena terlalu banyak memakan mangga ketika tadi malam. Ditambah dia sedang gugup dan haid, sakit perut tersebut semakin menjadi-jadi.Nara saat ini dalam toilet, di kantor tetapi sejak tadi dia bertapa di sini. Nara gugup karena dia berencana meminta maaf pada Zavier karena kejadian semalam, dia Nara merasa bersalah sebab membuat suaminya harus mendapat pukulan dari Daddynya sendiri akibat Nara mengadukan masalah pribadi antara keduanya pada mertuanya. Sekarang Nara belajar jika tidak semua isi pikiran dan masalah bisa diumbar, meskipun itu pada orang terdekat. Kadang kala ada saatnya kita menyelesaikan sendiri, tanpa menyeret orang lain dalam masalah tersebut. Kedepannya, Nara berjanji untuk lebih hati-hati lagi. Tadi malam, Zavier mau berbicara padanya. Akan tetapi--Nara tidak tahu sekarang. Nara ditinggal dan Zavier berangkat lebih dulu ke kantor. Apa mungkin Zavier kembali marah? "A
"Jangan terburu-buru juga kali, Nara. Aku tahu kita semua ingin lebih dekat dengan Sang Pencipta, tapi caranya nggak gini, Nar," ucap Lex berkata setengah berteriak pada Nara yang saat ini memboncengnya. Dia menemani Nara ke rumah sakit. Entah perempuan ini sedang bercanda atau tidak mengenai statusnya, tetapi Nara mengatakan jika suaminya kecelakaan dan saat ini sedang diperiksa di rumah sakit.Mereka ke sana naik motor Karina, sedangkan Karina sendiri kembali ke tempat magang sebab adanya pengawasan dari dosen pembimbing. Karina bertugas untuk mengamankan dirinya dan Lex. Lex menemani Nara sebab dia takut perempuan mengendarai motor secara gila. Sialnya, apa yang dia takutkan terjadi. "Diam atau aku turunin kamu?!" teriak Nara setengah kesal. Faktanya meskipun dia patah hati karena Zavier menghamili Amanda, tetapi Nara sangat menghawatirkan kondisi suaminya. Bagaimana jika kondisi Zavier sangat buruk? Nara membenci Zavier, tetapi dia tidak bisa mencegah dirinya untuk berhenti p
"Bukan kamu yang membonceng?" Nara menatap Sereya dengan raut muka ditekuk. Berapa kali dia harus mengatakan jika dia tidak membonceng Lex dan kecelakaan tersebut bukan salah mereka?! "Yaudah deh, kalau tidak percaya tanya saja Lex. Aku malas bicara sama kamu," ketus Nara, melayangkan tatapan sayu tetapi bercampur kesal pada Kakaknya.Dia satu ruang rawat dengan Lex, dan luka keduanya sudah mendapatkan perawatan dari dokter. Luka pada bagian betis Nara dijahit, lututnya diperban dan diberikan alat khusus agar kakinya tidak banyak bergerak. Pundak Nara yang memar cukup parah juga sudah diobati. Sedangkan Lex, pipinya diperban sebab helem yang dia kenakan ada bagian yang pecah lalu mengenai wajah. Tangannya diperban lalu diberikan alat khusus agar tidak banyak bergerak serta kakinya yang juga sudah mendapat pengobatan. Kedua lutut pemuda tersebut sama-sama memar parah. "Lex, kamu yang membonceng atau Nara. Jawab yang jujur atau lukamu cubit!" ancam Sereya galak, melayangkan tatapan
"tetapi mungkin kearogananmu tak akan ada artinya jika kamu tahu hubungan antara Zavier dengan adikmu sendiri.""Hubungan Zavier dan Nara? Cih, bodoh. Tentu saja aku sangat tahu. Nara adik kesayanganku, apapun yang berhubungan dengannya pasti tidak luput dari pengawasanku. Termasuk pengganggu murahan sepertimu." Sereya mendorong cukup kuat pundak Amanda, "enyah sekarang juga."Amanda mengepalkan tangan, tetapi dia tidak berani melawan sebab melihat seorang pria berwajah dingin dari ruangan Zavier. Amanda memilih beranjak dari sana, melangkah buru-buru karena takut dengan sosok tersebut. Pria itu menatapnya saja, Amanda sudah merinding ketakutan. Karl Alarich Adam, Daddy dari Zavier Kingsley Adam. Rumor mengatakan sang Tuan Karl mudah menghilangkan siapapun yang dibenci atau tidak disukai olehnya. Dan Amanda-- dari tatapan pria mengerikan tersebut, dia tahu jika sang Tuan Karl tidak menyukai dirinya. Oleh sebab itu dia buru-buru pergi. "Siapa wanita tadi, Sereya?" tanya Alarich pada
"Amanda. Dia hamil anak Kak Zavier kan. Acieee … Kak Zavier bakalan jadi Papa. Selamat!"Zavier menaikkan sebelah alis, menatap Nara dengan sorot tak terbaca. Sejenak pria itu diam, hanya memandang wajah imut istrinya. Bibir perempuan ini tersenyum, membentuk sebuah lengkungan yang indah. Akan tetapi matanya berkaca-kaca, seperti ingin menangis dan kentara memancarkan kekesalan. Lalu tangan Nara mengepal kuat, menahan marah ataupun perasaan kalut yang melanda. Zavier menghela napas secara pelan. Satu tangannya terulur untuk menyentuh pucuk kepala Nara, akan tetapi dengan kasar tangannya ditepis oleh Nara. Jelas bukan? Istrinya sedang menahan marah padanya. Senyuman ini hanya palsu, mungkin yang Nara rasakan padanya saat ini adalah ingin membunuhnya. "Jadi kemarin kau kabur dari kantor karena mendengarkan percakapanku dengan Amanda?" tanya Zavier, kembali berusaha untuk menyentuh pucuk kepala Nara. Lagi-lagi Nara menolak, bahkan dia berniat turun dari hospital bed. Namun karena kondi
Setelah beberapa hari di rumah sakit, Nara akhirnya dibolehkan kembali. Karena kondisi Nara belum pulih sepenuhnya, dia dibawa pulang ke rumah mertuanya. Dia dan Zavier akan tinggal di sana. Si Oskar--kucing suaminya juga telah kembali ke rumah ini. Kasihan kucingnya, sebab kembali pulang kampung ke rumah ini. "Nara, kamu bisa diam di rumah saja kan, Sayang. Kaki kamu belum sembuh, jalan saja kamu masih kesusahan," tegur Aeera pada Nara yang keukeuh ingin ke kantor hari ini. Aeera tidak masalah menantunya beraktivitas di luar, hanya saja untuk saat ini jangan. Kaki Nara belum sembuh, luka di lutut maupun betis Nara masih perlu perawatan. "Hari ini dosen Nara ada kunjungan ke tempat kerja. Habis itu Nara juga harus ikut ke kampus untuk mengantar laporan, Mah," jawab Nara yang sudah siap ingin berangkat ke kantor. "Tapi kaki kamu belum sembuh, Nara." "Nggak sakit lagi kok, Mah. Aman," jawab Nara sembari tersenyum lebar untuk meyakinkan sang mama mertua jika kakinya baik-baik saja.
"Ck, Amanda menolak tes DNA dengan alasan kandungannya lemah. Aku tidak punya bukti apapun, tapi bukan aku pelakunya, Za. Demi Tuhan, bukan aku yang memperko … Nara?!" ucapan Kenan berhenti begitu saja, mendadak panik setengah mati ketika melihat lebih tepatnya Zavier tengah menggendong Nara. Sial! Lalu bagaimana sekarang? "Nara sudah tahu. Kau tidak perlu panik berlebihan," ucap Zavier, melangkah dengan begitu tenang ketika lift terbuka-- masih dalam posisi menggendong tubuh istrinya. Kenan mengikuti, berjalan di belakang Zavier dengan wajah pucat pias. Meskipun Nara sudah tahu, tetapi nasibnya tetap saja terancam. Yah, terancam tidak mendapat restu dari Nara. Alasan kenapa Zavier sulit untuk tak ikut campur dengan masalah Amanda adalah ini--Kenan tertuduh sebagai ayah bayi dalam perut Amanda. Masalah antara Kenan dan Amanda benar-benar menyita emosi. Selain karena Kenan sepupu Zavier, Kenan juga merupakan kekasih dari sahabat Zavier--kekasih Sereya. Sedangkan Nara, itu sebabnya
"Ti--tidak Zavier. A-aku hanya mengatakan aku sedang hamil pada Tuan Karl, tetapi Tu--Tuan Karl sepertinya salah paham," jawab Amanda dengan gugup, hanya dapat mencuri pandang pada Zavier sebab dia mulai merasa terancam oleh sosok tersebut. Disela rasa gugupnya, Amanda terus berpikir bagaimana caranya agar dia bisa membalikkan keadaan jadi berpihak padanya. Rencananya untuk mendapatkan Zavier dengan cara mengaku hamil anak pria ini pada kedua orang tua Zavier, bisa dipastikan seratus persen gagal. Tiba-tiba mata Amanda tak sengaja mengarah pada Nara. Beberapa hari yang lalu, dia baru tahu jika perempuan menyebalkan itulah yang menikah dengan Zavier, bukan Sereya. Pantas Zavier sangat memperhatikan Nara. Amanda mengira Zavier berselingkuh dengan Nara, ternyata dia hanya salah menduga. Namun, tak masalah baginya karena Sereya berpacaran dengan Kenan. Dengan fakta tersebut harusnya Amanda bisa mengontrol keadaan. Zavier menyayangi Sereya sebagai teman, dan Nara menyayangi kakanya tent