Lavendra terbangun di sebuah ruangan yang gelap dengan sedikt cahaya dari ujung. Dengan sayup-sayup, ia melihat sendiri bahwa ruangan tersebut kecil dan juga kosong. Dimana dirinya?Sambil melihat ke sekitar, Lavendra mengamati dengan amat baik dimana dirinya ini berada. Namun, suara dari luar telah memberikan jawaban kepada dirinya yang tengah terkurung di dalam tersebut.“Hahaha, hebatkan?” Suara Rosa terdengar sangat jelas.“Tentu saja. Aku tidak menyangka bahwa kamu benar-benar mengikuti kemana pun Daza pergi,” ucap dari Lora.“Aku sudah bilang akan membantumu, jadi aku memaksimalkannya,” jawab Rosa.Benar-benar gila. Wanita-wanita penggila Daza benar-benar berada di level yang sangat berbahaya. Lavendra memilih untuk tidak bersuara selama beberapa saat. Ia ingin mendengar, apalagi yang akan dibicarakan oleh wanita-wanita gila itu di belakang Lavendra.“Huhhh, ternyata meledakkan pesisir pantai tidak buruk sama sekali,” ujar dari Lora. “Haha, selama tidak ketahuan, tidak m
Mendengar Riko yang berkata demikian tentu saja tidak membuat Daza merasa senang. Justru dirinya merasa makin marah dan kesal karena apa yang barusan dikatakan oleh orang tersebut.“Kamu gila?! Setelah rekanmu menculik Lavendra, sekarang kamu mau sok membantu?!” Pekik dari Daza yang begitu marah.“Aku sungguh ingin membantu! Aku bisa menjamin aku tidak berbohong!” tegas dari Riko.“Oh ya?! Kamu bisa menjamin apa kalau kamu mau membantu menemukan Lavendra?!” kesal dari Daza yang makin menjadi.“Aku akan melakukan apa pun yang Lavendra minta, setelah dia ketemu! Kamu bisa pegang omonganku!” Riko kembali meyakinkan.Melihat bagaimana Riko bersungguh-sungguh, dengan tatapan mata yang tegas dan juga kelihatan sedikit gemetar, membuat Daza berpikir kembali. Yap, dengan begitu ia akan makin mudah menyeret orang ini ke balik jeruji besi yang ada.“Berikan aku alasan, kenapa kamu sangat ingin membantu,” pinta Daza yang sudah mulai tenang, dan tidak marah seperti sebelumnya.“Karena aku sangat
Sudah terlanjur kebakar jenggot, Lora yang kala itu melihat Rosa, langsung berlari ke arahnya dan dengan sangat keras menampar wajah Rosa. PLAKKHHH. Suaranya renyah sekali. Lavendra bisa melihatnya dari dalam sana.Rasanya mau tertawa, tapi tidak bisa sama sekali. Lavendra merasa puas, meski sebenarnya tenaganya sekarang sangat lah kecil sekali untuk bisa memberikan reaksi.“Kamu suka dengan Daza?!” Lora langsung bertanya dengan sangat to the point.Rosa seketika tidak memberikan respon langsung. Wajahnya seperti membeku dan mulutnya tertahan oleh dirinya sendiri. Sekarang dia tidak akan bisa lagi mengelak dan juga tidak akan mampu menghindar.Rosa sempat melirik ke arah Lavendra, karena dia pasti sudah tahu kalau Lora mendengarnya dari Lavendra. Siapa lagi yang akan memberitahunya kalau bukan dirinya? Hanya Lavendra yang tahu jelas kalau Rosa juga menyukai Daza.“Tidak! Mana mungkin aku menyukai Daza,” Rosa mencoba mengelak dengan senyumnya yang sudah kaku tersebut.Lora tampaknya ti
Tampaknya pun, memang Riko sangat menyesali apa yang telah ia perbuat tersebut. Meski tidak secara langsung dia ikut campur akan apa yang dilakukan oleh Lora, tetapi ia merasa sangat bersalah.Daza memang semulanya sangat menyesalkan apa yang telah terjadi pada Lavendra. Ia marah pada 3 orang yang memang dari awal menargetkan Lavendra sebagai target mereka. Namun, ia berhasil meredakan emosinya kepada Riko.Pria ini mau bertanggungjawab dan juga tentunya merasa bersalah saja sudah lebih dari cukup. Justru, Daza merasa paling marah pada Lora dan juga Rosa. Dua wanita yang secara terang-terangan telah menyakiti Lavendra.“Kamu sudah menemui Lora dan Rosa?” tanya Riko.“Belum, mungkin tidak malah,” jawabnya sambil menggelengkan kepala.“Yah, memang mending tidak usah,” ucap Riko.“Kenapa?” Daza melihat jelas ada sesuatu yang disembunyikan oleh Riko setelah pertanyaannya dijawab oleh Daza tersebut.“Kamu tidak tahu? Kukira sipir memberitahumu,” Riko masih tampak mengulur.“Tidak ada. Mema
Setelah beberapa saat berlalu. Operasi Lavendra berjalan dengan baik, dan pastinya aman lancar sampai akhir. Namun, hasilnya belum kelihatan sama sekali. Daza tidak percaya bahwa Lavendra hanya kejang saja, karena pasti ada sesuatu yang terjadi sampai-sampai dia akhirnya berakhir di operasi.Lavendra masih belum sadar. Ia masih harus tetap berbaring dan masih menggunakan oksigen pada hidungnya.Dokter memanggil Daza. Dirinya pergi ke ruangan tempat dokter berada, setelah Diana ia inta untuk menggantikannya mengawasi Lavendra.Saat masuk, Daza mendapati sudah ada orang tuanya dan juga orang tua Lavendra berada di sana. Saat menatap ke arah mereka semua, tertera jelas ada kesedihan yang mendalam dan juga tampak jelas raut wajah kesedihan.Degup jantungnya makin lama makin cepat ia rasakan. Daza seperti sudah bisa tahu bahwa pasti ada sesuatu yang buruk, sampai-sampai tidak ada yang mau melihat ke arah dirinya tersebut.Dengan berusaha tetap tenang, Daza duduk di depan dokter yang memang
Meski begitu, Daza masih belum bisa melakukan seperti apa yang diminta oleh istrinya tersebut. Tetap saja rasa bersalah akan terus menghantui dirinya dan akan membuatnya merasa tidak nyaman selamanya.Lavendra terus mengelus kepala Daza. Ia tahu kalau suaminya tidak akan semudah itu melupakan sesuatu. Namun, ia juga tahu kalau pasti suaminya bisa menerima semua yang sudah terlanjur terjadi.Sejak saat itu, Daza terus menemani Lavendra selama proses pemulihan. Tidak pernah sekalipun ia meninggalkannya atau bahkan untuk bekerja sekali pun. Orang tua Daza maupun Lavendra juga secara bergantian menjenguk.Lavendra merasa bisa lebih tenang karena lebih banyak dukungan orang-orang yang ada di sampingnya. Hingga ia akhirnya bisa kuat menghadapi semua yang terjadi pada dirinya tersebut.Dan selang beberapa hari, putusan sidang pengadilan atas kejahatan yang dilakukan oleh Rosa, Lora, dan Riko pun sudah tiba. Lavendra tidak datang, Daza bilang itu tidak perlu sama sekali.Dirinya hanya menonto
Daza benar-benar tahu bagaimana memperlakukannya dan bagaimana menghargai setiap perilaku yang telah ia perbuat. Lavendra benar-benar merasa tersentuh sampai bisa saja menangis mendengar alasan yang dikatakan oleh Daza.“Awalnya aku ingin mendiskusikan nama anak kita denganmu. Tapi, sepertinya takdir memintanya untuk memiliki nama lebih cepat dan lebih indah,” sambung Daza.Lavendra kemudian memeluk Daza. Ia merasa sangat senang kala tersebut. Sampai-sampai ia merasa terharu atas keputusan dari Daza yang baginya sudah cukup besar untuk Lavendra ini.“Terima kasih. Dia pasti sangat senang, mendapatkan nama yang indah dari ayahnya,” ungkap Lavendra.Daza yang semula berusaha tegar dan kelihatan tenang, mendadak saja meneteskan air mata setelah mendengarnya. Mereka berdua hanya bisa saling menenangkan dan juga saling menguatkan saja. Ini adalah takdir mereka yang harus diterima dengan lapang dada.Lavendra membawakan sedikit bunga cantik dan juga mainan kecil yang diletakkan di atas maka
Lavendra mulai mengurangi rasa perhatian atas permintaan orang tua Daza. Mereka meminta begini supaya bisa membuat Daza sadar bahwa bukan hanya dia yang perlu diperhatikan. Dan benar saja, cara itu bekerja dengan baik.Lavendra memilih sibuk dengan memberikan resep kepada para calon pekerjanya nanti. Tentu saja ini dia lakukan bukan tanpa alasan juga. Ia harus segera membuka kafenya untuk mencari kesibukan lainnya.Di satu waktu, Lavendra sedang membandingkan merek coklat yang nantinya ia akan pakai sebagai pasokan supaya menjaga kualitas atas dessert yang akan dia buat nantinya. Tidak perlu waktu lama, tetapi ia harus menguji beberapa.“Honey,” Daza yang menontonnya daritadi akhirnya memanggil.“Ya?” Lavendra langsung menjawab.“Bisa kita bicara sebentar?” ajaknya.Melihat raut wajah beserta bagaimana tatapannya, Lavendra tahu, bahwa Daza aka berbicara sangat serius kepadanya. Akhirnya ia memasukkan dahulu coklat yang sudah ia keluarkan ke dalam pendingin dahulu.Daza mengajaknya ber