Wisnu memeluk Amanda dan mencium kepalanya meski Amanda berusaha menolaknya. Dia berusaha dengan tenang menghadapi Amanda yang tampak merajuk itu. Dari tempat mereka berada, bisa terlihat pemandangan yang menawan serta paralayang paralayang yang berkelebat seperti layang-layang.Seorang pramusaji datang membawakan minuman dan cemilan untuk mereka. Sambil sedikit berbasa-basi menyapa dua pasangan itu.“Pemandangan dari sini akan terlihat lebih romantis dan indah di malam hari. Ada promo paket menginap untuk hari ini dan besok. Kami juga memberikan bonus makan malam gratis yang akan kami siapkan langsung ke tempat ini. Jadi jika berkenan silahkan menghubungi resepsionis di nomor yang ada pada brosur,” ucap pramusaji itu. Setidaknya menjeda kebekuan di antara dua insan yang sejak tadi hanya saling diam itu.“Terima kasih atas penawarannya, aku akan menanyakannya dulu pada istriku,” ujar Wisnu pada pramusaji itu.“Sama-sama, Pak. Selamat menikmati!” Kemudian berlalu turun meninggalkan pas
Marina masih merasa tidak enak dengan ucapannya yang menyinggung perasaan Moana kemarin. Karena itu dia berinisiatif untuk meminta maaf agar hubungan mereka tidak kaku. Dilihatnya Moana sedang menyiram bunga di samping rumah. Dia memperhatikannya sambil duduk di bangku kayu menunggu Moana menyelesaikan kegiatannya.“Ada apa, Na?” tanya Moana tanpa mengalihkan fokusnya.“Tidak enak saja sama, Kakak! Aku minta maaf, ya?”Moana meletakan alat semprotnya, mencuci tangan lalu menghampiri adiknya itu.“Tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku hanya tidak suka harus membicarakan tentang masalah itu. Bisa melihat Amanda menikah saja sudah bersyukur sekali. Tidak tahu apa akan diberikan umur panjang untuk melihatnya melahirkan cucu-cucuku?”Marina tercenung. Dia kemudian mengenggam jemari kakaknya.“Kenapa pesimis begitu, sih, Kak? Bukankah kakak setiap hari semakin membaik?”“Aku tahu itu, tapi aku selalu dihadapkan pada sebuah ketakutan-ketakutan tentang hari di mana aku harus meninggalkan semuan
Amanda termenung menatap bunga-bunga yang sudah mulai bermekaran. Aroma harumnya tercium menyegarkan indra penciumanannya. Batinnya masih meraba-raba akankah dia hanya disibukan dengan urusan seperti ini? Hari ini percaya besoknya dihancurkan lagi.Bisa jadi semua ini karena Amanda yang terlalu merasa memiliki seorang Wisnu. Amanda merasa saat ini adalah istri sah-nya, sehingga akan cemburu jika ada wanita lain yang dekat dengan suaminya. Merasa mungkin mereka bisa merebut Wisnu darinya.Ah, ini childish sekali!Wisnu bukan barang yang hanya bisa dia simpan saja dan tidak ada yang boleh mengaguminya. Dia tidak boleh seperti ini terus. Dia harus merubah sikapnya menjadi lebih dewasa. Hingga pada akhirnya Amanda mengambil satu keputusan.“Kok, begitu?” Moana dan Marina terkejut mendengar ucapan Amanda.“Bukannya kalian sudah akan berangkat besok? Kenapa dibatalkan?” Marina penasaran.“Mama dan Tante tahu sendiri, kan. Ada masalah besar di perusahaan, Mas Wisnu sangat sibuk. Lagi pula,
Amanda terbangun dan butuh beberapa saat untuk mengingat di mana dia sekarang? Semalam mereka baru sampai Jakarta di pukul 02.00 dini hari. Karena apartemen Wisnu lebih dekat jaraknya dari bandara, maka diputuskan mereka menginap di apartemen dulu. Dia meraba-raba tempat di sampingnya. Kosong? Di mana Wisnu? “Mencariku?” sapa Wisnu muncul lalu membuka tirai blackout. Amanda menyipitkan kedua matanya lantaran cahaya langsung menyerbu masuk saat tirai itu dibuka. Di nakas sudah ada secangkir air mineral. Sepertinya memang disediakan untuknya. Siapa lagi kalau bukan pria ini. Dia memang sangat perhatian, termasuk hal-hal kecil ini. Amanda jadi suka luluh dengan perhatiannya itu. Meski terkadang dia sebal sendiri karena tidak banyak tahu tentang bagaimana Wisnu sebelum bertemu dengannya, hingga membuat Amanda jadi terus salah paham atas dirinya. Modal percaya saja tidak cukup untuk menghindarkan dirinya dari pikiran-pikiran buruk. Amanda mengambilnya lalu meneguk hampir habis. T
Amanda dan Wisnu menyempatkan diri mengunjungi rumah mereka dan menyapa beberapa ART di sana. Titik dan Damar begitu bahagia melihat Amanda menginjakan kaki kembali ke rumah tuan mereka. Terlebih kedatangannya kali ini bukan sebagai perawat Purwa lagi, tapi sebagai Nyonya Wisnu Hendra Dinata.“Duh, Bu Amanda tambah cantik saja!” Damar pangkling dengan Amanda. Matanya berkaca-kaca lantaran pasangan impiannya ternyata beneran menikah. Seandainya waktu itu dia mengajak taruhan pada Ujang dan Titik, pasti kali ini Damar sudah punya banyak uang.“Kok nangis, Damar? Gak suka saya datang?” Amanda mencandai Damar yang perasaannya halus itu.“Oh, Enggak, Bu! Ini tangisan bahagia saya!” sahut Damar cepat-cepat menghapus air matanya. Sementara Titik hanya nyengir saja melihat Damar secengeng itu.Amanda jadi terkekeh sekaligus terharu karena disambut dengan penuh emosional oleh mereka.“Mbak Amanda mau saya buatkan apa?” Titik bertanya“Oh, saya jadi rindu masak bareng Bik Titik, kita masak sama
Amanda geram setelah membaca pesan-pesan dari Ardi. Pria ini sangat memuakan sekali. Sudah mencoba melecehkannya tapi dengan percaya diri masih berani mengirim pesan padanya. Apalagi mengirimkan beberapa foto bersamanya saat di Bali. Amanda jadi berpikir jika saja Wisnu melihat foto-foto ini, apakah dia akan cemburu seperti dirinya yang mencemburui foto-foto masa lalunya. Tapi ini hanya foto bersama saja, tidak ada unsur mesra di sana. Sementara foto Wisnu yang dikirim nomor pria misterius itu terlihat sekali kemeesraannya.Tunggu!Jangan-jangan nomor misterius yang mengirimkan foto-foto Wisnu bersama wanita itu, adalah orang yang sama! Yah, bisa jadi.Tapi, kalau Ardi pengirimnya, berarti mereka sebelum ini sudah saling kenal?Wisnu pernah mengatakan bahwa nomor misterius itu punya dendam padanya hingga ingin menghancurkan rumah tangganya. Sementara Ardi di salah satu pesannya juga menuliskan bahwa Wisnu pria yang brengsek. Jadi, tidak menutup kemungkinan juga kalau mereka ternyata s
Annisa tertunduk lemas, membimbing ingatannya kembali.Siang itu Wisnu datang ke apartemennya dengan tidak memberitahu terlebih dahulu. Sontak Umi dan Abi Annisa terkejut karena mereka juga sedang mempersiapkan diri untuk mengunjungi Purwa. Fatimah—Uminya Annisa—merasa sumringah kehadiran pria yang sudah disangkanya akan menjadi menantunya itu. Dia sudah jatuh hati dan sangat bahagia akan bermenantukan seorang pimpinan perusahaan besar di Indonesia. Bukan karena itu saja, Fatimah juga tahu Wisnu adalah murid suaminya, tentu dia juga sudah banyak tahu tentang agama.“Padahal, kami sudah bersiap akan bersilaturrahmi nanti sore ke Pak Purwa, kau sudah datang saja!” ucap Mirza menepuk bahu Wisnu.“Ehm, Abi, pasti Nak Wisnunya pengen buru-buru ini?” Fatimah menggoda, dia menyenggol putrinya yang hari ini sengaja tampil lebih cantik itu. Annisa menjadi semakin berbunga-bunga saja.“Haha, Annisa baru mengatakannya seminggu ini. Dan tentu ini membuat kami terkejut sekaligus bahagia,” tukas Mi
Annisa masih sangat penasaran wanita seperti apakah yang berhasil menarik hati seorang Wisnu. Ketika abi-nya baru datang dari undangan pernikahan Wisnu, dia ditunjukan beberapa foto yang sempat diabadikan Mirzha untuk dirinya sendiri. Dia begitu terkejut karena ternyata wanita itu adalah, Amanda. Perawat Purwa yang kata Bella berusaha centil dan menggoda pria yang dirawatnya. Hati Annisa merasa sangat tidak terima.“Dia itu perawat Pak Purwa, Umi!” Annisa membahas foto itu saat dia mengunjungi orang tuanya.“Lho, yang kata temanmu itu suka centil dan berusaha menggoda Pak Purwa?” Fatimah terkejut.“Benar, aku tidak suka sekali padanya. Kelihatan banget, kan kalau dia centil!”“Dia gadis yang baik, kelihatan dari mukanya dia anak baik!” Mirzha yang mendengar obrolan anak dan ibu itu menyahut saat melintas. Mirzha sudah bertemu langsung dan sempat mengobrol sebentar dengan Amanda. Dari sikapnya Mirzha sudah bisa menilai, Amanda anak yang baik. Terlebih sangat sopan dan menghormati oran