Amanda sedih, kenapa mereka tidak bisa seromantis orang-orang yang baru menikah? Seharusnya di minggu pertama pernikahan, mereka bisa menikmati kebersamaan. Tapi suaminya itu malah masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Yang membuat Amanda resah, dia harus sekantor dengan wanita yang menaruh hati padanya.Amanda ingat bagaimana Annisa begitu bahagia saat membicarakan tentang rencana perjodohannya dengan Wisnu. Sebagai sesama wanita, Amanda tahu Annisa sudah jatuh cinta dan berharap Wisnu akan menjadi suaminya. Tapi setelah itu Amanda tidak faham apa yang terjadi hingga Wisnu datang ke kotanya dan menikah dengan dirinya.Wisnu sangat menghormati ayah Annisa. Apa karena itu, Wisnu juga memperlakukan Annisa melebihi pegawainya yang lain? Tapi bagaimana jika Amanda tidak suka dengan kedekatan mereka? Apakah Wisnu mau menjaga jarak dengan wanita itu hanya karena alasan tersebut? Sepertinya pria itu akan menemukan banyak alasan formal untuk tidak membenarkan perasaan Amanda terhadap Annisa.
Amanda sedang melihat Moana seperti biasa melakukan aktifitas kesukaannya. Menyiram tanaman-tanaman yang tumbuh subur dan indah di pekarangan samping. Pandangannya beralih pada rumah besar di sampingnya. Dia tidak melihat Purwa sejak kemarin. Membuatnya jadi cemas, apa jangan-jangan Purwa sakit? Amanda jadi mencemaskan Purwa.Tiba-tiba dari pintu depan Amanda melihat Ujang yang tampak ngos-ngosan. Amanda bangkit dan segera menghampiri Ujang. Dia tampak terburu buru hingga Amanda berpikir ada sesuatu yang terjadi.“Kang Ujang ada apa?” tanya Amanda.Ujang masih mengatur napas. Belum selesai Ujang akan berkata, Amanda sudah khawatir saja terjadi sesuatu dengan Purwa.“Ya ampun Kang Ujang, apa ada sesuatu yang terjadi pada Om Purwa? Ayo kita segera kesana!” ujar Amanda yang segera keluar menuju Vila Purwa. Beberapa langkah saja sudah sampai.Melihat Amanda berlari Ujang jadi ikutan berlari. Moana dan Marina yang kebetulan melihat mereka jadi ikutan panik. Mereka pun mengikuti Amanda dan
Felix berjalan terburu menghampiri Amanda yang sudah duduk di sebuah kafe menunggunya. Dia tidak mengira Amanda menerima tawaran malam mingguannya.“Maaf, aku terlambat,” ucap Felix yang langsung duduk di depan Amanda. “Karena sepertinya kamu tidak bisa jalan malam ini, aku menggantikan temanku yang piket di UGD. Tadi ada pasien gawat yang butuh penanganan”“Tidak apa kok, Felix. Aku tadi memang sudah jalan-jalan di Mall ini, teringat tawaran kamu, jadinya hubungi kamu, deh! Kalau tahu kamu repot, aku gak mungkin lah ganggu kamu. Maaf, ya!”“Hehe, kok malah minta maaf, kamu masih sama ya seperti dulu. Tetep jadi cewek yang manis. Aku takut jatuh cinta lagi nih, sama kamu”Felix mulai mengeluarkan jurus merayunya. Tapi melihat Amanda terdiam dia jadi penasaran apakah gadis ini sudah punya kekasih? Dia bahkan belum sempat bertanya seperti itu tapi sudah asal menggoda saja.“Kamu sudah punya pacar?”Amanda menggeleng.“Berarti ada kesempatan lagi, dong buat aku?”“Maaf felix, aku sudah p
Ceklik!Suara pintu mobil ditutup setelah Amanda masuk kedalam, sementara Wisnu berjalan putar ke pintu kemudi.Tadi, Amanda sampai gemetaran dan cemas Wisnu akan menghajar Felix seperti apa yang sudah dilakukannya pada Ardi waktu itu. Jika Ardi memang pantas mendapat pukulan Wisnu karena hampir melecehkannya, tapi Felix bukan pria seperti itu. Untungnya Wisnu tidak melakukannya.“Kenapa tidak memberitahuku kalau balik ke Batu?” tanya Amanda membuka obrolan dan berharap Wisnu tidak salah paham padanya. Tapi hatinya menciut saat melirik Wisnu yang mengeratkan rahangnya. ‘Oh, aku hanya ingin menghilangkan rasa cemburuku karena wanita itu selalu ada bersamamu’Tidak mendapat jawaban dari Wisnu, Amanda melengos. Menatap pohon yang bergerak dari jendela mobil. Pikirannya menjadi semrawut dan teringat hal yang sudah-sudah. Perjuangannya menebus liontin mamanya, diperlakukan buruk di kantor Wisnu, dipaksa menikah, dan bahkan setelah menikahpun dia merasa tidak memiliki hak untuk sekedar menc
Wisnu mencium lembut bibir Amanda kemudian semakin lama terasa semakin menggebu. Lidah mereka saling bertaut dan saling menyesap satu sama lain. Tangannya mulai merayap kesemua lekuk-lekuk tubuh indah itu dan melepas kimono yang digenakan Amanda dengan begitu mudahnya. Tangan Amanda pun tampak tidak sabar melepaskan kemeja Wisnu.Melihat keelokan tubuh yang seksi itu, tangannya tak tahan untuk bermain-main di area favorit para pria. Mengulumnya dan mempermainkannya seolah mengadon bahan roti. Membuat Amanda mulai mendesah nikmat.“Enak sayang?” tanya Wisnu iseng karena reaksi istrinya yang keenakan.“Engg…” Amanda hendak protes Wisnu masih bisa mengisenginya saat dirinya gelonjotan.Wisnu tersenyum dan ingin membuat istrinya itu lebih gelonjotan lagi dengan aksinya. Bibir dan lidahnya mulai bermain. Menyesap dan menjilati areola, sementara jari jemarinya mulai turun kebawah perutnya. Memberikan rangsangan di bagian vitalnya.“Emmmm, Aaaaah…” suara itu keluar seperti nada yang merdu d
Sinar matahari bahkan belum muncul namun Wisnu sudah membangunkan Amanda. Dibelainya pipi Amanda dan dicuiminya dengan lembut. Amanda hanya menggumam sebenatar kemudian melanjutkan tidurnya. Wisnu sekali lagi membangunkannya dan mata itu mulai terbuka lemah.Amanda yang baru tersadar merasakan sekujur tubuhnya seperti remuk. Dia mengeliat untuk menyamankan tubuhnya. Bajunya sudah berganti dan tidak ada lagi bekas-bekas pertumpahan darah semalam. Wisnu pasti sudah membersihkannya. Dia sungguh pria yang perhatian. Namun teringat tentang semalam bahwa Pria ini sudah menyiksanya habis habisan, bibirnya pun mengerucut sebal.“Jahat!” gerutu Amanda memukul dada Wisnu.“Siapa yang jahat?” tanya Wisnu masih membelai lembut wajah istrinya yang semakin menarik itu. “Kau kan yang semalam menginginkannya!” Wisnu mengingatkan Amanda. Amanda hanya memonyongkan mulutnya. Wisnu menciumnya lembut.“Mana aku tahu kalau rasanya sesakit itu,” tukas Amanda.“Itu tidak akan sakit lagi setelah kita melakuka
Ponsel Wisnu berbunyi lagi. Amanda membiarkannya saja karena kesal. Tampak Wisnu merasa terganggu dan sepertinya terbangun. Amanda pura-pura masih terlelap saat Wisnu menggapai-gapai ponselnya, melihat siapa yang menelpon lalu merijeknya.‘Dia tidak mengangkat panggilan itu?’ batin Amanda membuka satu matanya dan melihat Wisnu bangkit ke kamar mandi. Hal sekecil itu saja sudah membuatnya merasa sangat bahagia. Dia memang seharusnya percaya pada suaminya itu.Amanda merapikan sprei tempat tidur mereka. Peristiwa panas semalam dan sepagi tadi masih jelas tergambar. Rasanya pertemuan mereka begitu singkat dan tiba-tiba saja sekarang sudah menjadi istrinya. Entah, pria itu nekat atau bagaimana, karena berani mengambil keputusan menikahinya meski baru sebulan mereka berpacaran. Nyatanya perasaannya menjadi begitu manis karena ternyata hubungan mereka sekaligus menyambungkan silaturrahmi Mamanya dengan mantan suaminya dulu. Kedepan, Amanda berharap semua berjalan lebih baik lagi.“Sarapan d
Amanda membaca pesan dari Lesty bahwa bulan depan dia akan pulang kampung karena Dion akan melamarnya. Dia bahagia sekali mendengarnya. Mudah-mudahan bulan depan Wisnu belum ada rencana membawanya ke Jakarta.Sebenarnya dia juga sudah harus menyiapkan penelitiannya untuk tugas akhir bulan depan. Kalau ditunda-tunda nanti malah ribet sendiri kalau keduluan dia hamil. Eh, baru juga semalam mereguk indahnya surga dunia, sudah mikir hamil saja.Tiba-tiba Amanda menghubungi sahabatnya itu dan ingin curhat. Tadinya ragu dan hendak membatalkan panggilan, namun telat karena Lesty sudah menerima panggilannya.“Iya sahabatku yang sudah merasakan surga dunia,” goda Lesty saat mengangkat telpon Amanda.“Apaan sih kamu, Les!” tukas Amanda“Gimana, gimana, Say? Bagi-bagi dong pengalaman pecah daranya, aku kan juga harus cari pengalaman, nih?” Lesty terus mencandai.“Jangan bilang siapa-siapa ya, Lest. Aku baru semalam nih ML.” Amanda kurang bersemangat“Lhoo, nungguin apa baru semalam ML-nya? Diman