Share

Part 21

Dibandingkan dengan Sigit? Farrel hanya tertawa dalam hati. Seandainya Bu Marni tahu, seperti apa anak yang begitu dibanggakan itu. Maka dia tidak akan membandingkan dirinya dengan Farrel sekalipun.

Farrel sadar, dia memang tidak punya pekerjaan tetap. Dicap berandalan, suka mabuk-mabukan, dan hal itu adalah semacam aib jika hidup di lingkungan pedesaan. Sekali lagi, pemuda jangkung berambut nyentrik berwarna biru itu tersenyum miris.

"Syangnya aku dan Sigit sangat berbeda, Budhe. Aku nggak suka digaji, aku maunya gaji orang. Budhe, ini undangan untuk Sigit, besok lusa ada tahlilan di rumah Pak Aziz. Tolong sampaikan ya Budhe," jawab Farrel dengan sikap tak acuhnya sambil mengulurkan selembar kertas undangan ke arah perempuan paruh baya itu.

"Yowes, nanti malam kalau dia pulang aku kasihkan Rel."

"Terima kasih Budhe, pulang dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Bu Marni sambil mengamati undangan tahlilan tujuh hari Hasan di tangannya.

"Kasihan ya, masih muda, ganteng. Si Hasa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status