Share

BAB 77: Kisah Kelam Hutan Terlarang-9

“Gila sekali mereka! Apa tidak dihentikan saja genderangnya?” tanya salah seorang masyarakat adat.

“Tidak bisa. Kalau dihentikan, mereka akan semakin tidak terarah dan justru menyebar ke mana mana. Persebaran api mungkin akan semakin tidak terkendali,” ucap Jogoboyo sambil membaca situasi.

“Saya akan turun, Jogoboyo. Tim penabuh gendang akan butuh bantuan lebih!” kata Ayah Sambara.

“Sambara ikut Ayah!” ucap Sambara sambil memegang tangan Ayahnya.

“Tidak, Sambara. Kau di sini saja membantu Jogoboyo dan lainnya! Kau ‘kan penembak jitu, lakukan tugasmu di sini bersama yang lain. Kau mengerti, Nak?” kata Ayah Sambara sambil memegang kepala Sambara.

Sambara pun mau tidak mau mengangguk.

“Bagus, Sambara. Ayah bangga padamu, Nak. Ingatlah, tidak ada yang perlu disesali setelah ini. Semua yang terjadi memang harus terjadi, jika memang malam ini harus ada banyak pengorbanan, maka itu tidak lain untuk masa depan yang lebih baik nanti. Kau mengerti, Sambara?”

“Iya, Ayah,” lirih Sambara.

Sambara
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status