Share

Bab 3

"Ris.." panggil pak Abi saat dia tengah duduk diruang tengah sambil nonton tv.

"Iya pa.." jawab Risa dan menoleh kearah sang papa.

"Apa kamu ada yang ingin di ceritakan sama papa?" tanya sang papa, sebenarnya ingin menunggu Carisa bercerita tapi terlihat dari raut wajah yang ditunjukan sang putri sepertinya masalahnya sangat pelik.

"hmm... Tidak ada pa." jawab Carisa.

"Kamu yakin tidak ada yang ingin kamu ceritakan sama papa nak?" Tanya sang papa lagi.

"Iyaa pa.. aku pulang ke mari karena aku sangat rindu pada kalian," jawab Carisa.

"Terus kenapa suami kamu tidak menelfon sama sekali? dulu saja jika kamu kesini dia bolak balik menelfon terus nak," sahut sang mama.

Deg!

"M--mas Aditya lagi sibuk," jawab Carisa berbohong.

"Sibuk apa Ris? sampai-sampai gak ada waktu untuk keluarga? ini juga sudah malam dan besok hari sabtu, bukankah hari sabtu dikantor Aditya free ya? dan itupun hanya diisi kegiatan silaturahmi sesama karyawan saja bagi yang bisa ikut, ya ikut , kalau tidak ya juga gak apa-apa." ucap mama.

"Mama kok bisa tahu?" tanya Carisa.

"Yaa.. karena bos pemilik perusahaan itu teman papa dan mama" jawab papa.

"Hah? serius pa ma? Carisa baru tahu jika hari sabtu free, kok Mas Aditya gak cerita sama aku ya?" jawab carisa.

"Jadi selama ini kamu tidak tahu kegiatan Aditya diluaran sana? tanya sang papa dengan tatapan mengidentifikasi.

"Hmm.. iya pa" jawab Carisa lemah seraya menunduk.

Dia memang prnah bertemu suaminya check in dihotel bersama dengan wanita lain, tapi Carisa kira hari itu karena memang tanggal merah, jadi mereka check in dihari sabtu. Nyatanya memang kalau sabtu Aditya akan free dan ke kantor paling lama tiga jam saja.

Astaga kemana saja selama ini Mas Aditya, jika hari sabtu selalu pulang malam dan bilangnya lembur. Saat mereka tengah ngobrol ponsel Carisa berdering, ternyata Aditya yang menelfonnya.

"Siapa?" tanya sang mama.

"Mas Aditya ma.. tuh kan apa Carisa bilang dia pasti menghubungi Risa jika sudah selesai dengan pekerjaannya." jawab Carisa dengan tersenyum.

"Yaudah angkat disini saja kalau gitu" sahut papa.

Carisa langsung gelapan bagaimana jika Mas Aditya menelfonnya untuk menagih uang kuliah Nadin.

[Hallo.. assalamualaikum mas..] sapa Carisa.

[Waalaikumsalam.. kamu kapan pulang?] tanya Aditya.

[Minggu malam mas, pesawat terakhir sekitar pukul sembilan malam, kenapa memangnya?] tanya Carisa.

[hmm ya sudah, aku matikan dulu]

tit.. tit..

Telfonya langsung dimatikan sepihak oleh Aditya, membuat Carisa sedikit heran. Aditya menelfonya hanya untuk menanyakan kapan dia pulang padahal tadi dia marah-marah.

"Kenapa Ris?" tanya pak Abi.

"Gak.. ini Mas Aditya cuma tanya kapan Risa pulang," jawab Risa.

"Masa' iya sudah kangen, baru juga sehari ditinggal sama istri," celetuk bu Mira.

"Hmm.. mungkin Mas Aditya hanya ingin memastikan saja ma." ucap Carisa.

*****

Ditempat lain Aditya lagi bersenang-senang dengan selingkuhannya.

"Bagaimana sayang? tanya Jesika.

"Aman.. nanti menginap dirumahku ya sayang. Si bodoh itu pulangnya besok malam dari rumah orang tuanya." jawab Aditya.

"Hmm.. baguslah sayang, segera ceraikan dia Mas agar kita bisa menikah dan tinggal di istanamu ini," rayu Jesika.

"Sabar sayang.. Mas janji akan segera menikahi kamu," ucap Aditya seraya membelai rambut kekasihnya.

Saat ini mereka dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya, rencananya Aditya kan mengenalkan Jesika pada orang tuanya.

"Janji ya Mas..?" tanya Jesika.

"Janji sayang," Aditya segera mengecup kening Jesika dan melanjutkan perjalanan, tadi mereka sempat berhenti untuk menghubungi Carisa, memastikan carisa masih di kampung orang tuanya.

Aditya sebelumnya suka main wanita tapi semenjak mengenal Jesika dia hanya fokus pada Jesika tanpa mau mengenal wanita malam lagi, bahkan Aditya jarang menyentuh Carisa karena Jesika sudah menggantikan tugas Carisa di ranjang.

Aditya semakin gencar ingin menikahi Jesika karena dia merupakan anak dari seorang pengusaha yang katanya usahanya ada dimana-mana. Mereka melakukan hubungan dibelakang Carisa sudah jalan kurang lebih delapan bulan, dan selama itu hanya Jesika ibu Aditya yang tahu tentang kenaikan jabatan Aditya.

Jesika sengaja menyuruh Aditya agar tak memberitahu tentang kenaikan jabatannya pada Carisa karena dia takut uang milik Aditya akan dikuasai oleh istrinya.

"Yuk sayang turun, kita sudah sampai," ajak Aditya.

"Eh udah sampai Mas? Tanya Jesika.

"iya sudah sampai sayang," jawab Aditya.

Kediaman orang tua Aditya bukan berada diperumahan yang elit, tapi hanya di komplek yang ditinggali warga menengah ke bawah.

"Di sinii rumah orang tua kamu mas?" tanya Jesika.

"Iya sayang.. tapi rumah yang berada disebelah dua rumah milik orang tua mas, mereka mengontrak pada tetangga," jawab Aditya.

Ya, yang dikatakan Aditya memang benar, dulu ibu Sabrina mendapatkan warisan yang sangat banyak dari orang tuanya karena warisan milik adiknya juga direbut. Jadi sang adik menglah dan memberikan warisannya pada sang kakak, karena merasa uangnya banyak saat itu ada rumah disebelah yang kebetulan dijual. Akhirnya ibu Sabrina membeli dan mengontrakkan pada orang lain lumayan ada pemasukan setiap bulan. Dan juga membuka toko sembako yang lumayan besar disamping rumahnya.

"Terus toko itu mas?" Tanya Jesika.

"Itu usaha milik ibu juga sayang" jawab Aditya.

Jesika bernafas lega setidaknya nanti jika dia menikah dengan Aditya, Aditya tidak perlu memberikan uangnya pada keluarganya karena mereka sudah memiliki pemasukan uang sendiri. Dan juga Jesika memang berniat dinikahi Aditya meskipun dia pria beristri, dia yakin Aditya mampu membahagiakan dirinya. Selain jabatan dan gaji yang bagus, aditya sudah memiliki rumah dan mobil.

"Ayo sayang turun," ajak Aditya.

Jesika mengangguk dan turun dari mobil kekasihnya, tak lupa dia mengambil buah tangan yang dibelinya diperjalanan tadi.

"Assalamualaikum..." ucap Aditya seraya membuka pintu rumah.

"Waalaikumsalam... sama siapa Dit? tanya pak gilang, ayahnya Aditya yang sedang merokok diruang tamu dan menikmati secangkir kopi dihadapannya.

"Kenalin yah, namanya Jesika," jawab Aditya.

Jesika hanya tersenyum tanpa menyalami ayah Aditya karena dia merasa sedikit jijik, dia tak suka melihat orang merokok dan pastinya badannya bau.

"hmm.." sang ayah hanya berdehem saja.

Dari luar pintu sang ibu masuk, tadi dia ada ditoko sedang melayani pembeli yang berbelanja.

"Dit.." panggil ibu sabrina.

Aditya langsung menoleh dan mecium tangan ibunya, diikuti oleh Jesika. pak gilang hanya mendengkus karena tadi Jesika tak mau mencium tangannya.

"Siapa Dit?" Tanya sang ibu.

"Saya Jesika tante" ucap Jesika.

"Nama yang cantik seperti orangnya, ada hubungan apa kalian berdua?" tanya ibu sabrina langsung tanpa basa basi.

"Kami sepasang kekasih bu.." jawab Aditya dengan santai.

"Terus Carisa mu kamu kemanain Dit?! bentak pak gilang, dia sangat tidak suka melihat perselingkuhan. cukup sekali dia merasakan diselingkihi oleh wanita masa lalunya.

"Tenang saja yah.. selama Carisa tidak tahu pasti aman," jawab Aditya.

"Mas.." Lirih Jesika dia ingin protes kenapa Aditya tak mengatakan jika akan menceraikan Carisa didepan orangtuanya.

"Sabar sayang, ini baru pertama kamu kesini, kita harus mengantongi restu dulu," bisik Aditya.

Jesika pun akhirnya mengangguk paham dengan rencana Aditya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status