“Terima kasih,” ucap Pram seraya memberikan selembar uang berwarna biru sebagai tip kepada petugas hotel yang mengantarkannya ke dalam kamar. Walaupun Pram tak berlebihan dalam hal materi, tapi dia cukup punya pengertian untuk memberikan tanda terima kasih atas jasa seseorang.
Setelah terdengar pintu kamar itu tertutup, Pram meletakkan koper kecilnya ke dalam lemari di samping kamar mandi, lalu mengedarkan pandangan sejenak ke sekeliling ruangan.
Kamar hotel jenis VIP itu tampak cukup luas. Terdapat king size bed bersprei putih di tengah ruangan, didampingi dua meja nakas di kiri kanan. Ketika Pram membuka sepatunya dan menginjakkan kaki di karpet tebal yang terhampar menutupi lantai, empuk dan hangat menjalari kulit telapak kakinya.
Suhu kamar itu sebenarnya tidak terlalu dingin, tapi membuat Pram merasakan sensasi kesejukan yang membuatnya mengerjap-ngerjap karena kantuk yang tiba-tiba melanda.
Seharusnya dia tak merasakan kantuk itu, karena
Mendampingi Cinta menjalani syuting yang memakan waktu nyaris empat jam, membuat Pram terpaksa mengundur jadwal makan malamnya. Seharusnya di pukul tujuh tadi dia sudah mengisi perutnya, tapi di pukul sepuluh malam ini dia baru menyantap makan malamnya di restorant hotel di lantai dasar.Tapi Pram tetap menikmati, walaupun lambungnya hanya dia isi dengan sepiring nasi dan dua tusuk sate lilit khas Bali. Yang terpenting baginya adalah dia sudah memastikan Cinta dan Sabrina sudah kembali ke kamar dan menyantap hidangan makan malam mereka di sana.Tak lebih dari satu jam Pram berada di restorant itu, dia putuskan untuk kembali ke kamar segera. Dia pun ingin mengistirahatkan tubuhnya di sana, karena dia yakin tugasnya untuk malam ini sudah selesai.Ketika pintu lift di lobi terbuka, Pram masuk lalu menekan tombol angka sepuluh menuju lantai kamarnya berada. Pintu lift pun tertutup rapat, membawa Pram yang hanya seorang diri berada di dalamnya.Bunyi dentingan
Deburan ombak yang membelai telinganya sejak tiga puluh menit yang lalu ternyata tak mampu membuai dirinya memasuki alam mimpi. Berkali-kali dia mencoba mengatupkan kelopak matanya, namun rasa kantuk itu seakan enggan menghampiri.Suhu udara dari penyejuk ruangan dia pasang di derajat yang cukup rendah. Dan pintu balkon dia biarkan menganga. Hanya mengenakan kaos hitam dan celana pendek selutut, Pram lakukan itu semua agar tercipta suasana yang mendukungnya untuk memejamkan mata dan terlelap dengan segera.Namun tetap saja sepasang matanya berkhianat pada penat yang terasa di sekujur tubuhnya. Padahal dirinya kini sudah terlentang pasrah di atas ranjang, dengan lampu kamar yang dia redupkan.Tiba-tiba saja sekelebat bayangan wajah Cinta terlintas dibenaknya. Membuatnya kembali beranjak walaupun dengan setengah malas.Seakan ada perintah yang menggema di kepala, Pram meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja nakas, lalu menekan tombol dialling ke
Tak salah penyair bilang, bahwa matahari tenggelam bagaikan musik indah pengantar malam. Langit bagaikan ruang luas yang disoroti cahaya jingga. Dihiasi dengan kepakan sayap burung-burung yang berlalu lalang menemani suasana senja.Satu moment yang sangat ditunggu-tunggu kedatangannya oleh semua orang. Rasanya tak lengkap ketika berada di pantai tapi melewatkan begitu saja fenomena alam yang membius pandangan ini.Dari tempatnya berdiri di tepi pantai, Pram enggan berkedip menyaksikan panorama yang sangat mempesona tersaji di depan mata. Sang surya, yang telah tiba pada waktunya untuk menenggelamkan diri di garis batas cakrawala, mempersilahkan langit malam menyambut rembulan.Pram berdiri di samping Cinta yang juga terpana menyaksikan pemandangan cantik itu. Walaupun bukan pengalaman pertama kalinya untuk Cinta, namun sunset adalah satu keindahan lukisan alam yang tak pernah ingin dia lewatkan setiap kali dia berada di tepi lautan. Sekilas Pram me
Rasa cinta ternyata sedahsyat itu. Cinta mampu merubah sikap dan sifat, bahkan hidup seseorang. Cinta memang hanya datang pada hati yang terbuka dan siap untuk dimasuki. Cinta tak memerlukan alasan untuk datang dan bertahta pada dua hati yang memujanya. Demikian yang kini Pram rasakan. Dia tak pernah menduga bahwa rasa itu tumbuh di hatinya. Dan kian subur bagai jamur di musim hujan. Tanpa alasan, rasa itu kini bersemayam indah di dalam hati. Ruang hampa di dalamnya kini sudah terisi kembali oleh wajah seseorang yang jelita. Pintu hati yang sempat tertutup rapat, kini terbuka lebar dan terukir indah oleh sebuah nama, Aura Cinta Anastasia. Sambil menikmati sebatang rokok di teras kontrakannya, Pram membuka memorinya ketika berada di Pulau Bali tiga hari lalu. Semua moment manis yang dia lalui bersama Cinta tergambar satu per satu. Dan tanpa sadar senyuman mengembang di bibirnya saat mengingat ciuman hangat yang dia lakukan bersama Cinta dengan latar belakang sunset di
Wanita itu melemparkan senyum penuh arti pada pria di seberang mejanya kini. Senyum kepuasan karena melihat wajah pria itu menegang disertai bunyi gemeretuk rahang di dalam mulut menandakan emosi yang demikian hebat tengah melanda.Amarah yang sudah menggumpal di dalam dada nyaris tak terbendung lagi, manakala bola mata David menatap layar ponsel yang disodorkan Stephany. Menyaksikan adegan mesra gadis yang dia cinta bersama seorang pria yang tak pernah dia sangka mampu mengalahkannya, membuat sekujur tubuhnya serasa mendidih dan darahnya berdesir cepat hingga mencapai puncak kepala.Siang ini, David bertemu dengan Stephany di sebuah kafe hotel mewah setelah setengah jam yang lalu wanita cantik itu menghubunginya. Tak butuh waktu lama David datang demi mendengar berita menggemparkan yang akan Stephany utarakan. Apalagi jika bukan mengenai gadis pujaannya yang ingin dia rebut kembali. Untuk itu David rela membatalkan semua jadwal pemotretan untuk hari ini.
Pram pun berharap David menyerangnya. Karena dia ingin sekali melawan dan memberi pelajaran pada pria berambut klimis itu dengan menghajarnya saat ini juga. Bukan saja untuk melindungi Cinta yang memang sudah menjadi tugasnya, tapi karena perasaan tak rela jika Cinta termakan rayuan hingga hatinya luluh dan akhirnya jatuh kembali ke dalam pelukan David, lalu mengabaikan hatinya yang sudah dicuri Cinta begitu saja.“Sudahlah David, kamu dan Cinta nggak bisa bersama. Percuma kamu ngemis-ngemis begini. Cinta udah nggak mau sama kamu lagi.” Kali ini Sabrina angkat bicara, berdiri di sisi Pram.Namun, bukannya mengerti apa yang Sabrina katakan. David justru mengalihkan tatapan nyalangnya pada Sabrina. Dan meminta Sabrina agar diam dengan mengangkat tegas telunjuknya ke depan wajah Sabrina.“Kalian berdua ini cuma pekerja. Jadi jangan ikut campur urusan majikan!” hardik David dengan nada mengejek seraya menunjuk kasar Sabrina dan Pram bergantia
Motor yang Pram kendarai melaju keluar dari basement setelah tiga hari mengendap di parkiran khusus yang diperuntukkan bagi penghuni tetap di apartement, sepulangnya Pram dari Bandung untuk mendampingi Cinta menjalani aktivitas syuting selanjutnya.Sejurus kemudian, motor itu sudah membaur ke jalanan ibukota yang tampak lengang karena aktivitas yang mulai mereda di waktu malam.Tiga hari setelah Cinta menyatakan perasaan padanya, Pram seakan enggan untuk pulang ke kontrakan. Tak berbeda dengan seluruh manusia yang sedang jatuh cinta, Pram serasa tak ingin lama-lama berjauhan dari orang tersayang. Sedetik pun dia tak melihat sosok Cinta serasa dunianya gelap seketika.Begitupun dengan yang dialami Cinta. Ketika Pram minta ijin padanya untuk pulang sebentar ke kontrakan untuk mengambil beberapa pakaian, Cinta berusaha menahannya dengan merajuk manja.Walaupun tiga malam ini Pram tidur di sofa seperti biasanya jika dia menginap di sana, namun Cinta sudah mer
Ternyata emosi yang menggila mampu mengalahkan rasa sakit dan perih yang menyerang sekujur tubuh. Bahkan kepala yang begitu berat karena nyeri yang hebat sama sekali tak terasa begitu angkara murka menguasai diri.Demikian yang Pram alami ketika amarahnya meledak dahsyat karena terpancing oleh perbuatan David bersama kedua temannya tadi. Semua jenis dan kadar rasa sakit yang bergumul di dalam tubuh itu benar-benar tak berarti ketika emosinya memberontak tak terkendali.Padahal luka menganga di atas pelipisnya mengucurkan darah yang cukup deras hingga membanjiri setengah wajahnya. Ditambah lagi bagian perut dan dada yang terasa begitu sesak seakan isi di dalamnya berantakan lantaran menerima serangan yang tak kenal belas kasihan.Namun sepanjang perjalanan pulang dan akhirnya tiba di depan rumah, barulah Pram merasakan sekujur tubuhnya seakan remuk redam dan segala jenis rasa sakit itu serasa menusuk-nusuk organ bagian dalam. Dia parkirkan motornya