Satu jam mendengar ucapan sang Dokter membuat Revan tidak bisa tenang. Bagaimana mungkin bisa terjadi seperti itu. Penjelasan Dokter sama sekali tidak bisa diterimq oleh akal sehat suami Mayang. Dari mana obat itu berasal?'Istri Anda mengkonsumsi obat penggugur kandungan. Dan terakhir diminum adalah tiga jam dari sekarang.' Ucapan Dokter itu masih terngiang di telinga Revan saat ini.Revan tidak tahu sama sekali perihal obat penggugur kandungan yang diminum oleh sang istri. Selama ini, Mayang hanya tampak meminum vitamin dari dokter Bima--Dokter Spesialis Obgin. Dari manakah obat itu berasal? Revan merasa harus berbicara secara langsung pada Mayang."Gimana, Van?" tanya Murni saat Revan datang.Murni masih di tempat yang sama. Revan mengembuskan napas kasar. Masalah yang dihadapi sangat rumit saat ini. Revan sama sekali tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah ini."Van, apa Mayang dan bayinya baik-baik saja?" tanya Murni yang saat ini harap-harap cemas."Mereka baik, doakan s
Ara merasakan perjalanan pulang kali ini sangat lama. Perasaan istri pertama Revan itu tidak enak. Firasatnya mengatakan jika ada sesuatu yang akan terjadi. Ara meraba dadanya yang mendadak sakit."Mau masuk ke halaman atau di sini saja, Bu?" tanya sopir taksi saat berada di depan rumah milik Ara.Tidak biasanya gerbang rumah Ara tertutup rapat. Ara tidak paham dan langsung menoleh ke arah sopir taksi. Gegas, Irma segera membayar ongkos taksi itu. Ara mengembuskan napas kasar karena tidak sadar jika sudah sampai di depan rumahnya."Di sini saja, Pak. Biar saya buka dulu gerbangnya." Irma membuka pintu mobil dan segera turun.Sopir taksi itu mengangguk sebagai jawaban lalu membantu menurunkan barang bawaan mereka. Ara jelas tampak sangat tidak baik-baik saja. Ia menekan bel yang ada di depan gerbang. Mbok Ijah yang kebetulan berada di halaman rumah segera membukakan pintu."Non Ara, ya, Allah, kenapa seperti ini?" tanya Mbok Ijah ketika melihat Ara sangat kacau.Tidak ada jawaban yang
Tidak butuh waktu lama bagi Haris untuk mendapatkan semua bukti siapa penjual obat terlarang itu. Orang suruhan Haris membawa kedua orang itu yang tak lain adalah mafia yang pernah bekerja sama dengan Haris beberapa waktu lalu. Mereka sangat terkejut saat bertemu. "Bagaimana bisa?" Haris kali ini ingin tahu lebih banyak tentang siapa yang membeli obat itu.Dua orang itu jelas ketakutan. Mereka masuk ke dalam kandang singa yang sedang kelaparan. Haris punya kekuatan untuk melenyapkan mereka berdua. Kasus ini jelas membuat Haris tidak habis pikir."Saya tidak tahu jika Mayang adalah istri dari menantu Anda. Kami hanya menjual obat itu saja. Mayang membeli obat itu sejak hamil lima bulan. Mungkin kemarin dia minum dalam dosis yang luar biasa tinggi." Salah satu dari mereka menceritakan hal itu. "Wanita itu sudah sejak lama ingin menggugurkan kandungannya. Alasannya tidak nyaman dalam keadaan hamil dan harus bekerja," kata salah satu dari mereka."Apa ada bukti tentang hal itu?" tanya Ha
Mayang tampak gugup saat wanita paruh baya itu duduk tak jauh dari tempatnya berdiri. Darsih datang tanpa memberikan kabar pada Mayang dan juga Revan. Ia terkejut saat melihat berita di televisi jika Ara masuk penjara. Tidak main-main, Ara dituduh melakukan percobaan pembunuhan berencana."Ayolah, jangan suka bermain drama. Kalian bukan aktor dan aktris. May, kamu memang anakku, tapi aku juga paham, bagaimana sifat jahat kamu. Ibu, ingatkan, jangan sampai kamu menerima akibat dari apa yang kalian lakukan." Darsih mengatakan dengan nada dingin."Ibu, kalo datang itu kasih kabar. Jangan seperti ini. Ibu, tahu 'kan, kalo aku nggak suka ada yang datang mendadak?" Mayang tampak tidak suka dengan kedatangan Darsih saat ini."Oh ... begitu rupanya? Ibu tahu, jika ada kabar aku datang, kalian pasti akan merapikan drama ini. Drama menjijikkan hanya demi harta. Di mana letak hati kamu? Di mana perasaan kamu? Kalian bisa menikah karena kebaikan hati Ara!" Darsih membentak kedua orang tanpa piki
Mendengar kata obat, otak Murni mendadak berpikir keras. Obat apa yang dimaksud sang putra. Rasanya Ara juga tidak paham dengan obat-obatan. Lagi pula, istri pertama Revan itu hanya sibuk bekerja saja dari pagi hingga malam. "Obat apa yang kamu maksud?" tanya Murni dengan sangat hati-hati.Embusan napas berat keluar dari mulut Revan saat ini. Beban yang dipikul sangatlah berat.Tidak mudah ketika menerima keadaan anak dengan kondisi berbeda. Apakah Mayang mau menerima sang putra?"Obat penggugur kandungan. Dokter memgatakan obat itu jelas sudah diminum sejak lama oleh Mayang." Revan tampak berkaca-kaca saat mengatakannya. "Andai Ara sejak awal memberikannya, lantas kapan dan dari mana dia mendapatkannya?" tanya Revan yang tidak akan pernah mendapatkan jawaban dari Murni."Ara tidak pernah dekat dengan Mayang sejak gadis itu datang ke rumah. Mayang seperti membuat dinding tinggi di antara mereka berdua. Awalnya, Bunda senang dengan apa yang dilakukan oleh Mayang. Jujur, Bunda tidak suk
"Silakan lanjutkan mengobrol. Saya masih banyak urusan." Wiyoko langsung meninggalkan Revan dan Mayang tanpa memberikan kesempatan Revan berbicara.Revan mendengkus kesal, bukan pada Wiyoko, tetapi pada istri keduanya itu. Ia menatap tajam ke arah Mayang lalu berbalik badan tanpa pamit. Revan benar-benar marah saat ini. Rupanya ada yang berani mempermainkan semua hal ini.Revan tidak langsung menuju ke parkiran. Ia mencari Ara yang saat ini berada di salah satu mobil polisi. Revan pun mengejar mobil itu sebelum meninggalkan parkiran pengadilan ini. Ia ingin berbicara pada Ara."Ra! Tunggu!" Revan berteriak dan membuat semua orang menoleh ke arahnya.Keluarga besar Ara jelas menatap tidak suka pada Revan yang berlari menuju ke arah mereka. Ara mengembuskan napas kasar. Ucapan talak itu masih terekam jelas dalam kepalanya. Ia bahkan belum mengatakan pada kedua orang tuanya jika Revan telah menceraikannya secara agama. "Ra! Aku ingin bicara. Bisakah aku minta waktu sebentar?" tanya Reva
Wajah Mayang saat ini langsung seputih kapas. Ia takut karena Revan mempunyai bukti tentang kejahatannya. Mayang yang meletakkan obat itu di laci meja rias Ara. Pantas saja, mereka semua langsung menemukan obat itu tanpa mengobrak-abrik kamar Ara."Bagaimana?" tanya Revan dengan nada dingin dan syarat amarah yang luar biasa."A-aku bisa jelaskan, Mas. Semua ini karena ...." Mayang tidak bisa melanjutkan ucapannya.Revan langsung beranjak dari duduknya dengan kasar. Ia meletakkan laptop di atas meja. Masih dengan tatapan penuh kebencian, ia kembali mendekati Mayang. Revan tidak habis pikir dengan cara kotor istri keduanya. Entah apa yang direncanakan oleh wanita yang baru saja melahirkan itu."Kenapa? Kamu harus ingat, kita bisa menikah karena kebesaran hati Ara. Jika bukan karena dia, kita tidak bisa menikah!" Suara Revan menggelegar memenuhi kamar mereka berdua. "Apa isi otak kamu itu? Tega-teganya kamu berbuat seperti ini?!" bentak Revan sambil melempar gelas bekas minum Mayang."Ma
Gita berdiri tepat di depan Revan dan Murni. Ia tampak membenci kedua orang itu. Murni hanya bisa menunduk saat ini. Gita bukan gadis sembarangan.Gita adalah adik kandung Naga Cakra Wibowo, pemilik perusahaan Cakra Buana. Gita tidak akan membuang kesempatan emas untuk membalas Murni saat ini. Beberapa waktu yang lalu, ia menemui Adhyatsa di rumah sakit dan berbicara tentang masa lalu. Tentu hal ini akan sangat mengejutkan untuk semua orang."Aku akan katakan satu hal padamu, Revan Adhyatsa. Kamu tidak pantas menyandang nama belakang Adhyatsa karena kamu bukan anak kandung Panji Adhyatsa. Wanita ini menjebak ayahku, Panji Adhyatsa agar bisa menikahi dengan dalih hamil. Bukankah itu luar biasa?" Gita tersenyum miring setelah mengatakan hal itu. "Mamaku, ada di rumah sakit jiwa juga karena ulahnya," lanjut Gita dengan wajah mengerikan.Revan mundur beberapa langkah karena terkejut mendengar ucapan Gita. Ada apa dengan hidupnya saat ini? Revan seperti orang linglung. Berbeda dengan Murni