Share

geram sekali

Bagaimana tidak marah jika setelah melukaiku dengan santainya mereka bersenang-senang ke kebun ini. Andai tempat ini adalah hasil warisan yang diberikan kedua mertuaku untuk anaknya mungkin aku tidak akan murka.

Namun kebun dan sawah yang membentang luas ini adalah hasil tabungan kami selama bertahun-tahun, aku rela mengencangkan ikat pinggang hanya untuk membeli lunas lahan yang akan jadi harapan hidup kami di hari tua.

Tempat kami mengais rezeki ketika Mas Hamdan sudah tidak menerima gaji lagi.

"Alangkah lancangnya," geramku dengan gigi bergeluk keras.

"Kenapa mereka diizinkan, tanpa memberitahu saya?"

"Masalahnya tidak enak, Bu kebetulan ada Pak Hamdan juga," balasnya.

Tunggu ... tunggu ... ada hal yang tidak kupahami, kemarin aku pingsan dan sakit di rumah, lalu Mas Hamdan mengantarku pulang dan sempat memberikan makan. Setelah itu kami sempat berdebat panjang sampai lelah, kemudian dia minta izin pergi karena punya urusan mendadak, lalu pulang malam dan kudapati dia pagi tadi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status