La Rossa membopong tubuh Miller, ia berjalan keluar dari dalam gedung tua itu. Dibelakangnya ada Gilbert yang mengikutinya.
Tanpa bicara La Rossa membawa jasad Miller ke tanah lapang, ia menguburkannya di sana. Air matanya kembali menetes membasahi gundukkan tanah merah yang ada di hadapannya.
La Rossa berdiri, matanya merah membara penuh dendam. Tanpa bicara ia langsung akan pergi ke markas Vangsed untuk menemui para pembunuh itu.
Gilbert mengikutinya di belakang La Rossa dengan sangat tenang, ke mana pun La Rossa pergi ia dengan tenang mengikutinya. Topeng perak yang selalu menghiasinya sebagai ciri khas baginya.
Tanpa menoleh ke belakang La Rossa langsung berlari keluar dari halaman gedung tua yang di sekelilingnya terpasang pagar beton.
Gilbert segera menyusul La Rossa, saat ia mensejajarkan tubuhnya dengan La Rossa Gilbert langsung menarik La Rossa untuk menghadapnya.
"Tenangkan dirimu. Kamu tidak bisa melakukannya sendirian. Saat ini V
Gilbert membaringkan tubuhnya di sisi La Rossa, ia mendekap tubuh mungilnya erat, mencium aroma tubuhnya, menghirupnya kuat-kuat dan berusaha menyimpannya seolah ia akan kehilangan aroma tubuh itu kapanpun.La Rossa membenamkan kepalanya di dada bidang Gilbert, ia juga melakukan hal yang sama. Menghirup aroma tubuh Gilbert yang baginya begitu menenangkan."Istirahatlah, akan ada banyak pekerjaan ketika matamu terbuka nanti," Gilbert mengelus pucuk rambut La Rossa dan mencium keningnya.La Rossa memejamkna kedua kelopak matanya, ia berusaha untuk terlelap tidur namun nyatanya ia tak bisa. Bayang-bayang kematian kedua orang tuanya selalu menghantui setiap tidurnya. Kini ia juga harus menambah beban dalam hatinya dengan melihat kembali kematian orang yang ia sayangi. La Rossa, meski di luar nampak kejam dan dingin, sesungguhnya ia rapuh dan lemah.Bertahun-tahun lamanya ia hidup dalam bayang-bayang kedua orang tuanya, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat bagaiaman orang-orang yang i
Gilbert yang Jonathan kenal dingin dan angkuh ternyata bisa bersikap lembut di hadapan La Rossa."Kamu dari mana?" tanya La Rossa manja.Jonathan kembali tersentak kaget dengan penglihatan dan pendengarannya, bagaimana bisa dua orang yang ia kenal kejam, dingin dan angkuh bisa berubah sikap menjadi manja dan lembut.Jonathan hampir pingsan di buatnya. Tingkah dua orang yang sama-sama memiliki sifat kejam dan berdarah dingin sedang saling mengutarakan cintanya."Huh, untung aku masih kuat menahan diri agar tidak jatuh pingsan, ketika melihat drama mereka berdua!" Jonathan mengelus dadanya.Gilbert membopong La Rossa kembali ke kamar, ia kembali membaringkan La Rossa di atas kasur yang empuk."Istirahatlah barang sejenak, jangan paksa tubuhmu untuk terus bekerja," nasehat Gilbert sambil menarik selimut hingga sebatas dada.La Rossa menggelengkan kepalanya, ia menolak untuk tidur. Hatinya tak tenang, kenapa justru malah di suruh tidur oleh Gilbert."Tidak! Aku tidak akan tidur, aku mau b
La Rossa memperhatikan Gilbert penuh selidik, yang La Rossa tahu laki-laki di hadapannya ini hanya orang biasa yang memiliki wajah mengerikan.Bahkan sempat berpura-pura lumpuh dan idiot guna mengelabuhi paman tirinya Alfredo. Alfredo selalu berusaha untuk membunuh Gilbert dengan berbagai cara bahkan sampai menyewa pembunuh bayaran profesional yaitu La Rossa.Dari sanalah akhirnya La Rossa dan Gilbert saling terhubung. Ternyata mereka adalah teman sekaligus kekasih masa kecil.Gilbert yang sedang di perhatikan La Rossa tersenyum simpul."Aku tahu kalau aku ganteng, jangan terpesona," kelakar Gilbert dengan narsisnya."Dih ge'er banget! Siapa juga yang terpesona," elak La Rossa."Lalu kenapa kamu memperhatikanku terus? Kalau bukan karena terpesona?""Aku tahu wajahku tidak tampan, tapi, aku yakin kamu terpesona oleh pesonaku yang lain," sambung Gilbert sambil tersenyum."Pesonamu yang mana? Bukankah kamu hanya makhluk Tuhan yang penuh dengan kekurangan?" Ejek La Rossa.Gilbert tak menj
La Rossa dan Gilbert bersiap untuk pergi, mereka akan memberikan seebuah kejutan pada anak buah Vangsed dan Black Wolf yang saat ini sedang berpesta pora.Gilbert dan La Rossa mengendarai mobil Bentley. Dengan kecepatan penuh Gilbert menembus jalanan menuju ke Zunk Club. Sementara Jonathan ia pergi bersama yang lainnya dengan mengendarai mobil van.Gilbert memarkirkan mobilnya di depan Club yang besar dan ramai dengan lampu warna warni menghiasai di nama besar Zunk Club.Saat Gilbert akan memasuki Club ia di tahan oleh dua orang penjaga yang memiliki tubuh kekar, dan berotot, "member."Gilbert menunjukan sebuah kartu berwarna gold dengan bertuliskan nama Zunk Club dengan tulisan timbul pada mereka. tanpa banyak bicara mereka langsung mengecek keaslian kartu member milik Gilbert.Lalu mereka menyerahkan kembali kartu itu pada Gilbert, dan mempersilahkannya masuk dengan begitu sopan. Kali ini Gilbert tidak mengenakan topengnya, melainkan ia merias wajahnya menjadi seorang pria tampan. H
Gilbert dan La Rossa menghabiskan sisa cocktail di tangannya hingga tetes terakhir. Lalu mereka berdua pun saling pandang, melalui tatapan mereka sepakat untuk memulai aksinya. La Rossa menganggukkan kepalanya tanda ia sudah siap, yang kemudian di balas anggukan juga oleh Gilbert. Mereka berdua keluar dari room private. La Rossa berjalan di depan Gilbert mencari ruangan yang di gunakan oleh anak buah Vangsed dan Black Wolf untuk berpesta. Sementara Jonathan dan kelima orang bawahannya menunggu di van, mereka menunggu aba-aba dari Gilbert. La Rossa menemukan mereka di sebuah ruangan besar, di sana ada sekitar tiga puluh orang yang sedang berpesta dengan minum-minuman beralkohol. Tidak hanya itu, mereka juga memanggil beberapa wanita penghibur pemuas nafsu. Suara gelak tawa terdengar menggema di telinga La Rossa yang memiliki pendengaran tajam. Ruangan itu kedap suara, tapi, karena pintunya terbuka sedikit sehingga suara itu pun keluar. La Rossa tanpa mengetuk langsung masuk ke dal
La Rossa berjalan memimpin di depan, ia merasakan tak ada pergerakan dari Gilbert atau pun Jonathan dan keempat rekannya. Lalu langkahnya ia hentikan dan berbalik badan. "Ada apa?" "Kenapa diam? Bukankah kita akan ke Kasino Maybacth?" "Tidak hari ini Ros," ucap Gilbert. "Baik. Aku akan pergi sendiri!" La Rossa langsung pergi meninggalkan Gilbert dan Jonathan beserta keempat rekannya. Gilbert menatap punggung La Rossa, ia menghela nafas berat, "sungguh keras kepala." Gilbert menyusul La Rossa yang sudah semakin jauh di depan, "tunggu Ros!" Gilbert berhasil menyusul La Rossa dan menyeimbangkan langkahnya. "Kita tidak bisa ke sana?" "Kenapa?" sorot mata La Rossa tajam. "Di sana sedang berkumpul banyak orang yang memiliki kekuatan dan kemampuan, aku tak ingin melihatmu terluka," "Kamu takut?" Ejek La Rossa. "Takut? Tentu saja tidak!" "Lalu?" "Biarkan aku yang menyelesaikan semua kekacauan ini, dan kamu pulanglah bersama Jonathan untuk berisitrahat," La Rossa tersenyum kecut,
Gilbert turun dari ranjang, sebelumnya ia melepaskan mantel dari tubuhnya dan menyerahkannya pada La Rossa. Lalu ia berjalan ke arah pintu dan membukanya, terlihat di hadapannya Jonathan sedang berdiri di sana. "Ada apa!" ucap Gilbert dingin. Jonathan merasa hawa dalam tubuhnya mendadak dingin dan beku ketika di tatap oleh Gilbert dengan sorot mata mengintimidasi. "Maaf Tuan, mengganggu! Ada yang perlu di sampaikan," ucap Jonathan. "Katakan!" "Pabrik kimia di Jakarta telah hangus terbakar!" Gilbert mengernyitkan dahinya, ia merasa ada yang salah. "Bagaimana bisa?" "Sepertinya ini ada campur tangan dari kelompok 'MAWAR HITAM'. " "Apa ada korban jiwa?" "Tidak ada. Hanya luka ringan dan berat saja," lapor Jonathan pada Gilbert. "Syukurlah, nyawa lebih berharga daripada harta, tak apa kita kehilangan banyak harta asal jangan kehilangan nyawa. Jika masih mungkin selamatkan semua korban," ucap Gilbert. Lalu di antara keduanya terdiam, dan Gilbert terlihat sedang berpikir, yang i
"Sekarang apa yang sedang Paman Alfredo lakukan?" tanya Gilbert. "Alfredo masih terus mencari jasad Tuan," jawab Jonathan. "Kalau begitu cari mayat yang memiliki tubuh sama persis denganku, lalu buat tubuhnya membusuk. atur untuk tes DNA nya, untuk masalah ini hubungi Lucas," "Satu lagi! Carikan gaun yang cocok untuk Nyonyamu ini!" perintah Gilbert dengan mengerlingkan sebelah matanya ke arah La Rossa. La Rossa membuang muka karena malu di goda oleh Gilbert. Jonathan menganggukan kepalanya tanda mengerti. "Apa Jimmy sudah kembali?" tanya Gilbert. "Belum, Tuan," "Sekarang kamu boleh pergi!" usir Gilbert. Jonathan memundurkan badannya, ia pun pergi dari hadapan mereka berdua. Ia tersenyum tipis melihat Tuannya bahagia. Tak lama kemudian pintu kamar kembali ada yang mengetuk, Gilbert membuka pintu kamar. "Ada apa?" tanya Gilbert datar. "Kita sudah menepi di bibir pantai Tuan," "Baik. Jonathan mana?" "Tadi dia langsung pergi," Gilbert langsung membalikkan badannya, ia memberit