Semalaman Khandra tak bisa tidur ia memikirkan kondisi Aisha. Walau sudah menghubungi Rayyan dan Ajeng namun sinyal yang sulit membuatnya pun tak bisa berkirim pesan terlebih saat ini. Khandra menyusuri tebing meski pagi belum sepenuhnya memancarkan cahaya indahnya."Aisha! Kamu dengar, aku?""Khandra, Aisha gimana?""Om, Tante, Oma, Kakek, kalian sampai di sini?""Khandra, kamu belum jawab pertanyaan om?""Maafkan aku, om, saat kami sampai gubuk sudah kosong, hanya ada ini,"Khandra memberikan cincin dan sobekan gamis milik Aisha. Ajeng histeris melihat barang yang ada di tangannya, bahkan Bu Sekar hampir saja pingsan melihat sebagian milik Aisha.Tak lama terdengar suara helikopter Khandra meminta mereka untuk menjauh memberikan kode pada pilot untuk memperluas pencarian."Dra, itu helikopter?""Ya, om, aku menyuruh mereka datang,""Dra, kamu mau kemana?" Ajeng melihat Khandra pergi segera menahannya. Ia tahu apa yang akan di lakukan oleh pria itu."Aku akan turun tan, aku tidak bis
Mereka terkejut mendapati tubuh Aisha tergeletak di atas brankar yang ada di salah satu rumah sakit di desa. Di sana Khandra tengah menemani Aisha dan berapa penduduk desa yang juga turut serta menemani Khandra. Suara teriakan Ajeng dan Bu Sekar memenuhi ruang perawatan alat yang tidak memadai membuat mereka begitu sedih dan segera membawa Aisha kembali ibu kota. Dengan mobil dan dokter yang memantau perkembangan Aisha berada di mobil ambulans, keluarga Aisha mengikutinya dari belakang. Tanpa mereka sadari seseorang memperhatikan mereka dari tempat yang tidak begitu jauh senyumnya mengembang bahagia melihat Ajeng yang semakin terlihat cantik meski usianya tidak muda lagi."Dra, kamu tahu siapa yang menemukan Aisha?" Ajeng berhenti saat mereka baru sampai di rumah sakit kota. Mereka menyadari melupakan sesuatu karena shock melihat kondisi Aisha."Seorang pria tua, tan. Sebelumnya dia pergi untuk menjemput ibunya kebetulan ada di rumah sakit tersebut. Tapi sampai tadi tidak kunjung men
Pria itu begitu lelah mencari rumput setelah bekerja sebagai tukang panggul di pasar. Semua ia lakukan untuk keluarganya yang bergantung padanya walau memiliki saudara namun mereka sudah keluarga dan tinggal di kota bersama suaminya tetapi tidak dengan pria itu yang rela merawat ibunya yang kini sakit-sakitan. "Alhamdulillah, dua karung cukup untuk tiga hari. Ternyata tidak ada apapun di sini, mungkin ini praduga mereka saja," gumam pria itu sebelum mengangkat karung untuk di bawa pulang. Mengikat tali ke motor dan karung namun ia kesulitan sebab kali ini karung yang dia bawa karung berukuran besar belum lagi rumput yang melebihi karung sehingga ia kesulitan untuk menaikan keatas motor. Sibuk dengan tumpukan rumput tiba-tiba suara benda terjatuh mengejutkan, benda yang tidak bisa di kenalnya terguling dari atas tebing sesaat tubuhnya kaku pria itu. Ingin berlari meninggalkan karung yang berdiri begitu saja. Tapi sayang sebelum tancep gas benda itu tergeletak tepat di depannya bukan
Dimas meninggalkan Khandra sudah saatnya untuk melihat kondisi ibunya yang belum ia lihat setelah ia tinggal untuk bekerja dan mencari rumput. Teringat dengan rumput Dimas meminta pada tetangga untuk mengambilnya lebih dulu tidak mungkin kambing dan sapinya kelaparan. "Dim, kamu sudah datang?""Ya, Bu. Ibu sudah makan? Mau aku belikan makanan di luar?""Tidak usah, ibu masih kenyang. Kapan ibu pulang nak? Rasanya ibu lelah sekali, maafkan ibu membuat kamu repot,""Ibu ini bicara apa? Tidak ada yang di remporkan atau merepotkan. Aku baik-baik saja, Bu."Bu Ida menatap sejenak wajah putranya terlihat begitu ada beban bahkan tengah memikirkan sesuatu yang tidak ia ketahui."Ada apa nak? Ibu lihat kamu sedang memikirkan sesuatu?""Bu, aku,"Ferdi menceritakan pertemuannya dengan putri Ajeng yang tidak sengaja yang justru membuatnya kembali pada kenangan masa lalu. Anak yang ia selamatkan adalah putri dari mantan istrinya yang lebih mengejutkan ternyata dia tidak mandul seperti yang ibuny
"Menurut Ibu, aku harus gimana?""Menikahlah dengan Risma, Ajeng sudah bahagia dengan kehidupannya jangan memikirkan mereka lagi. Apalagi Wulan, kamu tidak lupa kan? Dia perempuan yang sudah mengkhianati kamu anggap saja apa yang menimpa kamu adalah takdir meski semua karena ulah ibu. Ibu harap kamu ikhlas memaafkan kesalahan Ibu hanya karena keegoisan ibu yang ingin punya mantu kaya pada kenyataannya mengorbankan kebahagiaan kamu terlebih setelah mengetahui kalau Ajeng adalah anak orang kaya kalau kamu terima Risma atau tidak Ibu serahkan sama kamu, Dim. Ibu tidak ingin ikut campur hubungan kamu dengan wanita manapun. Kalau kamu bertanya tentang Risma dia sama seperti Ajeng lemah lembut dan selalu menjaga dirinya dengan baik,""Berikan aku waktu untuk memikirkannya bu. Aku tidak ingin kegagalan untuk ketiga kalinya. Aku tahu Risma adalah wanita yang baik aku tidak ingin menyakitinya, tidak di pungkiri perasaanku pada Ajeng begitu dalam Bu. Sekarang ibu jangan khawatir lagi aku past
Wulan memilih pergi mencari makan tidak peduli dengan rumah anaknya yang panas dengan pertengkaran mereka. Memilih makanan yang enak dan sebagian membawanya pulang meski hatinya masih dongkol pada Ferdi dan Bu Winarti tetap saja Wulan membelikan untuk mereka.Kini bukan hanya makanan enak tapi uang yang berjumlah lima juta di tangannya, baru saja Wulan menarik salah satu atm yang tidak jauh dari tempatnya membeli makanan.Sampai di rumah putrinya yang tengah mengayun Ahmad, sepertinya cucunya itu mau tidur."Mama beli makanan. Kamu makan anakmu bisa titipkan pada ibu mertuamu."Wulan meletakan bungkusan di meja tanpa berniat untuk mengambil alih Ahmad."Mas, kamu makan dulu nih. Ibu juga ajak makan bareng sama kita,"Tak lama Bu Winarti bersama Ferdi keluar dari kamar memperhatikan bungkusan yang ada di atas meja makan. "Kamu tidak ngasih racun di makanan ini kan?"Ucapan Bu Winarti mendapat reaksi Wulan yang langsung menyambar bungkusan itu."Kalau kamu takut aku ngasih racun tidak
"Apa Mama masih terus ngomong seperti ini? Jika ya, maka lanjutkan dan aku akan dengarkan. Aku tidak perlu menjawab karena Mama tahu yang sebenarnya. Jika kembali ke masa sebelum aku bertemu dengan tante tentu hidupku sudah bahagia sampai saat ini. Sayangnya aku terlalu berbakti pada ibu sehingga menerima poligami ini kalau masalah cinta, jauh di dasar hati ini hanya ada Aisha wanita yang kucintai sampai detik ini tapi aku tahu aku tidak mungkin bisa kembali padanya aku ingin mempertahankan rumah tanggaku dengan Esti karena ada anak kami yang harus aku pikirkan masa depannya. Aku bukan orang yang egois, sudah cukup keegoisanku hanya karena menuruti semua keinginan ibu selain itu aku tidak pernah egois.""Terserah kamu mau ngomong apa. Kalau sudah melarat ya melarat aja! Tidak usah sok-sokan ngomong masalah cinta atau apalah aku pikir kamu banyak duitnya taunya cuma Aisha yang banyak duit."Ferdi menggeleng ibu mertuanya tidak jauh berbeda dengan Ibunya yang suka memuja harta dan sama-
Mengetahui fakta Aisha selamat Wulan berusaha untuk datang ke rumah sakit walau penjagaan ketat di rumah sakit ternama itu namun bukan Wulan namanya kalau tidak bisa masuk.Di tatapnya wanita yang tertidur tanpa seorang pun di sana. Sejak tadi ia mencari kamar rawat Aisha, yang lebih menguntungkan baginya seseorang tanpa sengaja mengatakan di mana Aisha, meski rumah sakit itu memiliki nama yang tidak di padang remeh nyatanya Wulan bisa menerobosnya."Apa kabar Aisha? Kau masih hidup rupanya. Hum, gimana kalau kita main sebentar?" Wulan menyeringai menatap wajah pucat Aisha. Sepertinya dia telah melewati masa kritisnya terlihat dari alat-alat yang sudah tidak menempel di tubuhnya karena ia tahu betul seberapa parah luka yang di alami oleh Aisha saat terjatuh dari tebing."Kenapa nasibmu begitu baik? Aku semakin membencimu dan ibumu. Mereka yang sudah membuat hidupku menderita dan sekarang kamu juga penyebab anakku menderita. Aku ingin kamu pergi dari sini Aisha. Jika kamu mati maka de