Share

Bab 43 (Pingsan)

Aku sudah tak bisa berpikir jernih, sungguh hatiku serasa dicabik dengan kasarnya. Bagaikan bunga yang tengah mekar kemudian di terjang angin badai yang mampu meruntuhkan semua kelopak bunganya.

Sakit? Sangat.

Perih? Tentu.

Aku luapkan emosi yang tiba-tiba memuncak ketika melihat pemandangan ini, dan Mas Firman terlihat begitu frustasi berusaha menenangkan aku, mungkin ia juga kaget kenapa aku bisa seperti ini ketika marah, karena memang aku jarang marah padanya.

Hingga akhirnya aku memilih keluar dari gedung apartemen itu, berkali-kali aku menyeka bulir bening yang terus saja menetes tanpa permisi, hati ini rasanya begitu panas, begitu perih.

Astaghfirullah... Allah, Allah,...

Kenapa semua ini begitu tiba-tiba, rumah tangga yang kami jalani begitu harmonis seketika berantakan, seiring dengan remuknya hatiku, hati yang hancur berkeping melihat kenyataan ini.

"Yunita! sayang! Tunggu!" Aku masih mendengar jelas panggilan suara Mas Firman memanggil namaku ketika aku memasuki taksi di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status