"Kamu lagi ngapain?"Flora menoleh pada Adam yang sekarang berdiri di sampingnya dengan wajah bulenya yang terlihat kepo. Sebelumnya, Adam meninggalkan Flora di Divisi Trial and Sample sesaat setelah mereka memasuki Gedung Samudra Innovation Center atau SIC. Ada beberapa hal yang perlu ia diskusikan dengan Kepala Eksekutif yang bertanggung jawab atas pengelolaan laboratorium ini. Dan ketika diskusi mereka berakhir, Adam pun memutuskan untuk kembali ke divisi Trial and Sample untuk menjemput Flora.Gadis itu sedang duduk di kursi yang dirancang khusus dengan teknologi yang bisa memungkinkan seseorang dapat melakukan video call secara tiga dimensi. Sebuah elektroda terhubung kabel tertancap di pelipis kirinya, dan Flora terlihat serius menatap layar dua arah 40 x 40 cm di hadapannya. "Ini Pak... saya penasaran dengan reality video call," sahut Flora wajah berbinar antusias. "Tadi Pak Jordy sudah menunjukkan bagaimana caranya." Jordy adalah karyawan yang bertanggung jawab untuk sem
Selama di perjalanan kembali menuju kantor, Flora hanya duduk dalam diam. Ia masih benar-benar kesal karena Adam telah menciumnya meskipun melalui virtual, ditambah lagi dengan seenaknya lelaki itu mengatakan kalau mereka telah berpacaran. Hah, mengingat yang telah terjadi benar-benar membuat Flora gusar! Perasaan Flora pun sangat berbanding terbalik dengan lelaki yang berada di sebelahnya, Adam James Wrighton. Suasana hati lelaki itu sepertinya sedang gembira, dilihat dari senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya dan siulan pelannya yang terdengar sangat menyebalkan bagi Flora. Bahkan ketika mereka telah sampai di gedung Samudra Corp., Flora masih saja tetap diam dan menekuk wajahnya. "ADAAM!" Flora mengernyitkan keningnya dalam-dalam, saat melihat sesosok wanita seksi berambut ikal panjang yang barusan memanggil Pak Adam telah ikut masuk ke dalam lift VIP, tepat ketika pintu lift hampir menutup. "Hei, handsome." Seuntai senyum cantik pun terurai dari bibir berli
Adam menggeram kesal karena kegiatan menyenangkannya terganggu akibat suara dering ponselnya yang berbunyi nyaring. Masalahnya bunyi itu bukanlah dering ponsel biasa, melainkan nada khusus yang memang sengaja ia setel khusus untuk panggilan dari Gevan. Dan jika Gevan sengaja meneleponnya di tengah honeymoon dengan istrinya, pastilah ada sesuatu yang sangat urgent. Adam sangat mengenal Gevan, yang jika sedang dimabuk cinta maka tak ingin ada seorang pun yang mengganggunya. Jadi bisa dipastikan, kalau Gevan saat ini memang membutuhkannya. Damned! Seharusnya Adam segera menyudahi kecupan-kecupan basahnya di leher Flora yang beraroma mawar segar itu, namun reaksi tubuhnya menolak pemikiran akal sehatnya. Hingga akhirnya Flora-lah yang mengakhirinya dengan mendorong kuat bahu Adam, namun lelaki itu sama sekali tidak bergeming dan terus memagut bibir Flora dengan membabi-buta. "Pak Adam! Hhh... Ponselnya... terus berbunyi..." Ucapnya dengan napas yang terengah. Flora menjauhka
Flora membelalakkan mata serta membuka mulutnya dengan lebar ketika mendengar cerita Adam mengenai Aluna yang telah mengandung, dan Gevan bukanlah ayah dari anak yang dikandungnya. "Jadi alasan Pak Gevan menikahi Aluna karena ingin melindunginya?" Tanya Flora tak percaya. "Aaaaaakkkk!!! Gak nyangka banget Pak Gevan yang super galak kaya siluman raja rimba ternyata bisa seromantis ituuuh!" Seru Flora sambil menangkupkan kedua tangannya di pipi dengan mata berbinar-binar. Adam menatap gadis berambut ikal merah panjang yang dikuncir satu di depannya itu dengan tatapan datar. "Ck. Itu sih bukan romantis, Maemunah! Tapi goblok!" Cetusnya nggak ada akhlak. "Cari penyakit namanya, menikahi wanita yang sudah jelas punya anak dari cowok lain!" Dengus Ada. kasar. Hah. Untung saja dulu ia mundur teratur untuk mendapatkan Aluna saat Gevan mengancamnya. Dan sekarang Adam benar-benar berterima kasih pada temannya itu, karena sudah bisa dipastikan ia tidak akan bisa seperti Gevan yang
Melamun kayak orang bego.Itulah yang terjadi pada tokoh utama wanita di novel ini sejak sang Adam meninggalkannya untuk kembali ke kantor. Flora masih duduk terdiam di depan kebun belakang, duduk di kursi malas dan menatap kosong ke arah kolam renang luas di hadapannya. Sebelum kembali ke kantor, Adam meminta Flora untuk mempertimbangkan dirinya.Masalahnya adalah, apanya yang harus dipertimbangkan sih?? Jujur saja Flora masih tidak mengerti!! Tidak mungkin kan, kalau si bos bule itu berniat serius??!Flora pun menggelengkan kepala dengan dramatis sambil berdecih. 'Hah, mana mungkin! Pak Adam itu kan playboy, mana ada cowok seperti itu mendadak insyaf hanya dalam beberapa hari?' Tidak. Flora juga tidak akan sepercaya diri itu berpikir bahwa dirinya yang biasa saja seperti ini bisa menjadi pasangan seseorang seperti Pak Adam. Lagipula, mana mau Flora memiliki suami yang berpredikat playboy dan doyannya gonta-ganti pasangan?? Dih, yang ada malah bikin makan hati!!Apa jangan-janga
"Pak, tolong lepasin saya!" Flora mencoba berontak, saat Adam yang tanpa peduli terus menarik tangannya dan menyeretnya keluar dari kamar Amanda--yang langsung segera ia kunci kembali--menuju ke kamar paling ujung yang masih berada di lantai dua juga. "Pak Adam! Saya tuh masih pegang tongkat baseball ya! Kalau Pak Adam bersikap nyebelin atau berani berbuat tak senonoh lagi, saya tidak akan segan untuk menggunakannya!" Teriak Flora lagi sambil mengancam, saat Adam menariknya masuk ke dalam sebuah kamar besar bercat krem muda dengan karpet tebal senada cat temboknya. Sejenak Flora mengedarkan pandangan kagum di kamar yang sama mewahnya dengan seisi rumah tiga lantai tersebut. Ia suka dengan warna-warna soft namun tetap berkesan maskulin yang mendominasi di sana. Belum lagi pintu kaca geser yang mengarah ke balkon luas dengan pemandangan ke taman belakang yang asri serta kolam renang. Pasti menyenangkan jika duduk bersantai di sana sambil membaca buku. Namun khayalan Flora seg
Malamnya, Flora memutuskan untuk menemani Amanda makan malam di dalam kamarnya. Bagaimana pun menyebalkannya wanita itu, tetap saja Flora merasa bertanggung jawab karena Pak Adam telah meminta Flora untuk menjaga sepupunya.Suasana hati Flora yang sedang baik setelah hubungannya dengan Adam kini telah berganti status menjadi pacaran, membuatnya tak bisa berhenti untuk diam-diam menyunggingkan senyum konyol. Bahkan Amanda yang tak peduli dengan orang lain selain dirinya pun ikut menyadarinya, membuat Flora menjadi sasaran olok-olok Amanda. Tapi khusus kali ini gadis berambut ikal kemerahan itu tidak merespon semua ejekan itu dan memilih diam, mengabaikan serta memakan makan malamnya dengan tenang hingga selesai."Nona, kamar Anda di sebelah sini." Seorang maid mengantarkan Flora yang terlihat sudah mengantuk setelah asik menonton televisi di lantai bawah. "Apa ada baju ganti untukku?" Tanya Flora pada maid yang sedang mengantarnya ke lantai dua. "Ada, Nona. Nanti di kamar Anda su
Flora dan Adam telah berada di meja makan untuk sarapan bersama. Hari ini rencananya Flora akan ikut pergi bekerja, karena Adam sudah menugaskan seorang bodyguard wanita untuk menjaga Amanda. Flora masih merona malu mengingat kejadian tadi pagi di kamar mandi. Adam benar-benar membuatnya ketakutan dan mengira lelaki itu akan menyerangnya di kamar mandi, apalagi pria itu langsung mengunci pintunya dari dalam dan sengaja menaruh kuncinya di atas ventilasi yang tidak tergapai oleh tinggi tubuh Flora! Namun ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Alih-alih Adam menyerang Flora, yang ada justru lelaki itu berdiri menjauh dari gadis itu, dan tiba-tiba saja ia membuka celana boxernya lalu mandi dengan santai di bawah shower tanpa sehelai benang pun yang menutupi. Flora lagi-lagi menjerit sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahkan tak berani untuk sekedar mengintip dari sela-sela jarinya. Takutnya sih khilaf. "Cepetan makannya," perintah Adam membuyarkan lamunan Flora, s