Share

LIMA PULUH DELAPAN

Mungkin sudah saatnya aku mandiri, hibur Ruby pada dirinya sendiri. Sudah saatnya aku kehilangan perhatian keluargaku. Kehilangan perhatian Mami, Kakek, dan Mas Edo. Huh. Mengapa sulit sekali untuk dibayangkan saja? Mengapa rasanya aku ingin pulang ke rumah, meminta Mami untuk memanjakanku di saat seperti ini?

Bukan karena Attar tidak memanjakannya. Tidak perhatian padanya. Setiap malam ia selalu membawakan pesanan istrinya, dari bika ambon, kue putu, sampai yang paling sulit didapat, kue bolu buatan Mami Lestari. Ruby tahu akan sangat sulit untuk Attar meyakinkan ibunya, apalagi setelah pengakuannya. Tapi toh suaminya tetap melaksanakan keinginannya, demi sang calon bayi.

 “ Aku sampai mengancam akan bersujud di kaki ibumu kalau ia tidak membuatkanmu kue bolu,” kata Attar letih. Ia baru saja sampai apartemen pukul tiga dini hari. Sebenarnya tidak bermaksud mengeluh, tapi rasanya dadanya terlalu pengap untuk dipendamnya sendiri. “Dan proses pembu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status