Irham memilih gak kembali ke kelas padahal bel masuk sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Rendi juga ikut-ikut aja nemenin Irham ngerokok di warung. Kasian katanya, lagi cemburu.
Beberapa pesan masuk ke ponselnya dari Qiya. Paling nanya kenapa gak kembali ke kelas. Irham tidak berniat pulang, cuma ingin bolos pelajaran aja sampai bel bubar sekolah. Gak mungkin juga dia ninggalin tasnya yang masih di kelas.
Tak satupun pesan Qiya yang mendapat balasan dari Irham. Beneran lagi kesal dan males sama Qiya. Irham cuma pengin ngerokok sama makan gorengan aja terus dengerin kisah tertolaknya Rendi sama cewek IPS yang di gebetnya baru-baru ini.
"Lagian sia mah Ren, baru ngegebet langsung nembak. Pedekate dulu lah agak lamaan."
Rendi menghembuskan nafasnya lewat mulut, terlihat sekali kalau dia lagi galau berat. "Aing mah Ham gak perlu pedekatean lama-lama buang waktu. Kalo bisa langsung kenapa
Suara kendaraan sangat terdengan ricuh di telinga Qiya. Berdiri di pinggir jalan menunggu grab pesanannya membuat Qiya gerah. Ini masih pagi, tapi suasananya sudah sangat rusuh layaknya pasar. Andai saja Yasir tidak meninggalkannya ia tidak mungkin berakhir berdiri di pinggir jalan ini menunggu grab yang lama sekali datangnya.Lagipula, sejak kapan Yasir berangkat lebih dulu daripada Qiya? Sepengalaman Qiya, kakaknya itu paling pagi berangkat ya ketika bareng dengannya. Kalau tidak bareng sudah dipastikan Yasir berangkat jam 8 atau saat waktu istirahat pertama.Mengingat tentang murid-murid yang sering seenaknya datang sekolah membuat Qiya merasa ingin menjadi kepala sekolah atau menjadi guru BK atau guru kesiswaan. Akan ia hukum sejadi-jadinya murid-murid yang datang seenak jidat seperti Yasir dan kawannya.Tapi kalau dipikir-pikir, kayaknya akhir-akhir ini Qiya mulai insaf juga dari kebiasaannya kabur sekolah. Mungkin karena di kelas 11 ini Qiya duduk satu mej
Bara jalan ke arah kelas sambil meminum minumam yang baru di belinya dari kantin. Kelasnya sedang tidak ada guru karena pelajaran pertama gurunya sakit dan hanya di kasih tugas. Sudah jelas, Bara dan teman-temannya tidak akan mau mengerjakan."Bar, doi di hukum tuh" kata Riza dengan mata yang menatap Qiya di tengah lapang."Duh kasian amat kekasih hati gue."Baru saja Bara akan melangkah mendekati Qiya, kerah bajunya di tahan dari belakang oleh Riza karena Bara tidak melihat situasi."Tunggu bestie! Liat tu pawangnya ngawasin! Maen samperin aja lu."Bara melihat ke arah yang di tunjuk Riza. Ada Irham yang berdiri di depan kelasnya seperti sedang menjalani hukuman juga."Niat gue kan baik, udah diem aja lu!"Bara tetap keukeuh menghampiri Qiya. Lalu memberikan air dingin yang sebenarnya titipan Heri. Riza menggelengkan kepalanya, "bucin em
Qiya memejamkan matanya menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Disebelahnya terdapat Irham yang menatap wajah damai Qiya dengan sedikit senyum manis di bibirnya.Mereka sedang bolos kelas ke rooftop sekolah, tepatnya Irham yang mengajak Qiya kesana. Di rooftop ada beberapa bangku tidak terpakai yang tertumpuk disana serta dua meja yang masih bagus.Banyak sisa rokok di sudut-sudut rooftop dan satu tempat sampah yang isinya cuma botol dan kaleng minuman. Kentara sekali jika yang mengunjungi rooftop kebanyakan cowok bandel mungkin juga Yasir dan teman-temannya sering kesini."Awas ketiduran gue tinggal lo!" Ucap Irham.Qiya membuka matanya menatap lurus ke depan, "enak banget adem, beneran jadi ngantuk.""Si Fatur sering pacaran disini."Qiya menoleh mendengar nama yang sekarang jarang ia pikirkan. Qiya kira hatinya move on dari Fatur, ternyata ketika mendengar lagi tentang cowok itu hatinya masih terasa hangat dan jantungnya berdetak
Bara menatap langit-langit kamarnya sembari membayangkan kejadian yang dilihatnya sepulang sekolah tadi. Semakin lama, rasanya semakin sulit untuk rela melihat Qiya dengan Irham.Qiya dan Irham terlalu terlihat cocok untuk ia rusak hubungannya. Walaupun Bara tidak berniat merusak tapi bukan berarti ia tidak pernah memikirkan tentang hal itu. Ia mencintai Qiya dan rasa ingin memiliki akan selalu ada."Sedih banget ya pecintaan gue."Bara beranjak dari tidurnya lalu duduk di atas kasur menghadap kaca dan memperhatikan dirinya sendiri."Gue kan cakep, banyak yang suka banyak yang ngeWA kenapa gue jadi sadboy? Bisa-bisanya gue gak mensyukuri nikmat dari Allah. Nikmat diberi banyak cewek dan gue tinggal milih. Ck ck ck.""Udah gila tu bocah," suara Riza menginterupsi Bara untuk menoleh ke arah pintu yang sudah terbuka lebar."Ngapain lo pada? Sejak kapan disitu?" Mata Bara mena
Qiya berjalan keluar rumah setelah pamit kepada Laras untuk pergi kencan malam mingguan dengan Irham. Tak butuh banyak rayuan dan alasan, Laras langsung memberi izin karena Qiya bersama Irham. Kalau cowok lain yang Qiya sebut belum tentu mendapat izin.Qiya duduk di bangku teras sambil menali tali sepatunya. Irham sedikit telat dan berbohong. Beberapa saat yang lalu cowok itu bilang sudah sampai di depan rumah Qiya padahal tidak ada siapa-siapa.Dengan sabar Qiya akhirnya menunggu Irham sambil memainkan ponselnya di bangku teras.Sekitar 5 menit menunggu akhirnya Qiya mendengar suara motor Irham di depan pagar rumahnya. Qiya akhirnya jalan menghampiri Irham yang sedang merapikan rambutnya menggunakan jari."Lama banget lo! Mana bohong lagi!" Amuk Qiya sambil memukul bahu Irham."Aww.. santai beb. Maaf deh maaf."Qiya mendengus masih agak sedikit kesal karena Irham. Tadi Qi
Setelah kenyang mengisi perutnya, Qiya dan Irham keluar dari mall. Irham memilih jalan muter agar lebih lama dan bisa berkeliling dulu sesuai mau Qiya. Qiya melingkarkan tangannya di perut Irham. Jangan tanya betapa bahagianya Irham dipeluk Qiya."Jangan cepet-cepet masih setengah 9 kok" kata Qiya."Ciee mauan banget lo lama-lama sama gue," goda Irham."Bukan apa nih yaa.. gue udah lama gak pergi main gini. Mana di motor lagi, ya gue menikmati aja sih.""Menikmati sambil peluk gue ya?"Qiya mendengus kesal lalu jarinya mencubit perut Irham. Sengaja agak keras biar tau rasa. "Geer banget lo. Gak tau apa dingin nih!""Oohh ngode biar gue kasih jaket? Ogah banget gue di depan kalo gak pake jaket ya angin langsung ke badan gue. Kalo lo masih kehalang sama gue.""Siapa juga yang ngode.. gue kalo mau pinjem jaket lo ya langsung ngomong aja gak pake kode-kode!"
Rebahan di atas kasur dengan santai sambil memainkan ponsel adalah cara paling baik meniknati weekend dalam kamus hidup Qiya. Maka dari itu, sejak selesai membantu Laras beres-beres dan sarapan Qiya segera kembali ke kamarnya.Qiya membuka beberapa aplikasi social medianya di ponsel, bulak-balik dari satu aplikasi ke aplikasi lainnya tanpa bosan. Saat membuka whatsapp dan melihat-lihat story kontaknya, Qiya melihat kontak Bara baru saja mengirim story.Tanpa babibu Qiya langsung mengkliknya dan menonton story itu yang menampilkan video pasir pantai yang bertuliskan inisial nama 'Q♡' lalu terhapus oleh deburan ombak.Qiya merasa itu untuk dirinya. Tapi karena tidak mau terlalu memikirkannya akhirnya Qiya menutup ponselnya dan meletakannya asal."Alay" gumamnya.Walaupun berusaha menampik pikirannya. Video itu terasa terus berputar di kepalanya, tanpa sadar Qiya tersenyum........Qiya membuka pintu depan rumahnya setelah mendapat telpo
Pulang sekolah siang ini Qiya ada janji ketemu sama Raiya di cafe dekat SMP mereka dulu. Mau nongkrong sekalian nostalgiaan jaman SMP. Sudah lama juga Raiya dan Qiya gak main keluar berdua.Qiya turun dari grab dan segera masuk ke dalam cafe. Memesan minuman sekalian untuk Raiya juga. Qiya hafal minuman apa yang Raiya akan pesan jika datang ke cafe ini.Setelah pesan Qiya duduk di dekat kaca yang mengarah ke jalanan.Qiya menoleh menatap seorang cowok yang duduk di arah sebelah kirinya. Qiya rasa sejak ia memesan lalu duduk di bangku ini cowok itu memperhatikannya. Qiya merasa risih tapi berusaha biasa saja takut cuma perasaan Qiya saja.Tak lama Raiya datang dan langsung duduk sebrangnya. Raiya masih pakai seragam SMA sama sepertinya."Lama? Sorry macet.""Ngapain minta maaf ke macet Ra?" Canda Qiya.Raiya mendengus pelan, lalu mereka ngobrol segala hal tentang masa SMP dulu. Sesekali Qiya tertawa ketika Raiya menceritakan tentang ke