Share

64

Bagian 64

            “Ayo, Ris. Kita tunggu di pintu kedatangan.” Pria itu bangkit dari duduknya. Aku yang masih mengenakan seragam putih-putih lengkap tanpa sebuah cardigan atau jaket yang menutupi, ikut berdiri dan mensejajarkan langkah di sampingnya.

            Dr. Vadi membayar beberapa ratus ribu rupiah untuk pesanan kami barusan. Wajahnya terlihat gamang. Aku tahu bukan karena uang yang berkurang dari dompet, tapi tibanya Abahlah yang membikin dia bisa seperti itu.

            Kugenggam tangan dr. Vadi saat kami berjalan beriringan. Lelaki itu meremas genggamanku, seolah ingin memberi tahu bahwa dia sedang tak baik-baik saja saat ini.

            “Mas, kamu harus tersenyum,” kataku padanya dengan suara yang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status