Share

87

Bagian 87

            Aku dan Ibu sempat terdiam cukup lama. Saling merenung, masing-masing memikirkan isi kepala yang rahasia. Aku sibuk menerka, bagaimana perasaan Bapak jika tahu istrinya begini, sedang Ibu entah apa. Wanita itu terlalu misterius. Sebagai anak kandungnya pun, aku sungguh tak memiliki kuasa untuk menebak secuil saja pikirannya.

            “Ris, ayo kita pergi. Kasihan Vadi menunggu.” Akhirnya, Ibu mengajakku untuk menyudahi kekalutan pikiran. Wanita itu menyeka sisa air mata di pipi dan sudut pelupuknya.

            Kuanggukkan kepala ke arah Ibu. Menggenggam jemarinya, mencoba untuk mengulas senyum agar wanita itu tenang. Tak sia-sia usahaku, Ibu pun langsung tersenyum lebar. Wajahnya telah menunjukkan seri yang sempat luput. Sudahlah. Kita sudahi saja apa pun yang me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status