"Kenapa Dokter Karel lakukan itu?"Lara tentu saja terkejut mendengar yang dikatakan oleh Karel.Dia menolak perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya? Untuk bersama dengan Lara?Padahal Lara tahu betul jika wanita yang dijodohkan dengan Karel itu adalah putri seorang bisnisman yang terpandang.Karel penah bercerita sesekali tentangnya. Siapa dia, dari mana asalnya, pendidikannya yang baik dan keluarganya yang tak bisa dipandang sebelah mata.Dan dia menolaknya? Demi agar Lara menerima lamarannya?Lara yang bukan siapa-siapa ini?"Kenapa memangnya, Lara?"Mata Lara terpejam dengan tak berdaya. Saat memandang Karel, lelaki itu masihlah lelaki yang sama yang matanya damai dalam teguh.Dia adalah lelaki yang bisa Lara percaya. Namun ....Tidak untuk mereka yang menikah.Tidak untuk menerima lamarannya "Dokter Karel sadar dengan apa yang kamu lakukan ini?""Iya, tentu saja. Dan berhentilah memanggilku terlalu formal dengan 'dokter Karel' seperti itu. Sudah lebih dari lima tahun tapi
Tatapan mata Alex jelas tidak terima saat Lara menyebutnya sebagai 'bayi besar.'"Lalu apa memangnya kalau bukan bayi besar?"Lara mendorong kursi roda Alex menjauhi dapur. Membawanya ke ruang tengah di mana ada mainan Neo dan Shenina yang ada di sana sedangkan dua anak kembar Lara itu sedang dia minta untuk menyiapkan buku yang akan mereka bawa ke sekolah besok. "Apa tidak ada perumpamaan lain yang bisa kamu katakan?"Alex memutar kepalanya menghadap pada Lara yang berjalan di belakangnya."Tidak ada. Bayi besar itu sudah perumpamaan yang paling benar.""Kenapa?""Kamu tidak mau mengaku?""Apa?""Kamu ke mana-mana dibantu, 'kan? Ke kamar mandi, berjalan, duduk, makan, semuanya perlu bantuan orang lain. Apa lagi memangnya panggilan yang benar selain bayi besar?""Jadi bagimu aku ini bayi besar?""Iya. Merepotkan orang.""Bayi itu merepotkan?""Iya. Mereka membutuhkan bantuan orang dewasa ke mana-mana. Persis kamu. Tunggu, kamu tidak tahu kalau bayi itu merepotkan? Jelas, karena kamu t
"Bicara apa kamu?"Lara tidak habis pikir dengan yang baru saja dikatakan oleh lelaki ini.Yang malah memasang wajah tanpa dosanya bahkan setelah dia mengatakan agar mereka tidur bersama di depan Ibra dan juga di depan anak-anaknya."Tidur bersama, Lara. Dengan anak-anak juga. Tadi mereka yang bilang biar kita tidur bersama.""Bohong!" tuduh Lara karena bisa saja Alex berbohong.Tidak ada yang menjamin apa yang diminta oleh Neo dan Shenina itu bukan karena pengaruhnya."Iya, Mama. Shen sama kakak Neo yang minta," kata Shenina membantah keraguan Lara.Lara memutar kepalanya pada Alex yang mengangkat sekilas bahunya, seolah jika dia bicara dia akan mengatakan, 'Aku bilang juga apa!'"Mama mau, 'kan?" tanya Shenina dengan kedua matanua yang berbinar.Sedangkan Neo tak terbebani dengan apapun jawaban yang Lara berikan karena satu hal yang dia pikirkan sekarang ini adalah dia dan donat gula."Ini hanya tidur biasa kok, Lara. Memangnya kamu memikirkan tidur yang seperti apa?" tanya Alex deng
Apa yang dikatakan oleh Alex membuat Lara habis hatinya.Menatap Alex yang sedang berlutut di depannya telah mengusik Lara dengan rasa bersalah yang besar karena sampai saat ini, Lara tidak benar-benar memberinya maaf secara tulus."Aku tahu kamu pasti akan pergi dari sini saat keadaanku membaik, 'kan?"Lara tidak tahu dari mana Alex mendapat kesimpulan seperti itu.Tapi yang dia katakan itu bisa jadi benar. Saat Alex sembuh, mungkin Lara akan pergi dari sisinya? Entahlah ... Lara tidak tahu.Dia belum berpikir sampai ke sana.Tapi, jika Alex mengatakan demikian, artinya dia telah mengkhawatirkan masa depan jauh lebih besar daripada Lara.Mengamati tangan Alex yang menggenggamnya, Lara semakin tak karuan rasa hatinya.Kakinya seperti kehilangan keseimbangan dengan ikut berlutut di depan Alex. Mereka sama-sama duduk di atas lantai kamar yang dingin.Yang membuka lebar mata Lara bahwa kehidupan seseorang tidak ada yang tahu akan menjadi seperti apa.Karena di sini dulu, adalah kamar di m
"Berhentilah mengatakan hal seperti ini, Alex! Pergi kamu dari atasku atau aku akan menendangmu sampai barang yang tegak itu tidak akan berfungsi lagi."Ancaman dari Lara membuat Alex dengan cepat menghindari Lara.Dia berguling ke samping kanan dan telentang memandangi langit-langit.Niat menggoda Lara ternyata dia sendiri yang kena serangan mental.Lara bergegas bangun, merapikan rambutnya dan mengambil tas Neo serta milik Shenina lalu berlari pergi meninggalkan kamar Alex.Menyisakan Alex yang memejamkan matanya di sini, di atas ranjang. Dengan kepala yang pusing karena dia tak menemukan cara agar Lara jatuh cinta kembali padanya.Lara yang keluar dari kamar Alex dapat disaksikan oleh Ibra. Kedua alisnya berkerut melihat Lara yang merapikan rambutnya dan berlari seolah kamar Alex adalah tempat yang membuatnya melewati rumah hantu."Apa? Apa yang baru terjadi di dalam sana? Kenapa Lara lari-lari begitu?"Ibra curiga. Tapi seringai terbit di salah satu sudut bibirnya dengan niatan un
Alex memejamkan matanya dan berharap Lara akan mengakhiri kebenciannya dengan benar-brnar berakhir tanpa meninggalkan bekas apapun.Setidaknya ... itu dengan sebuah kecupan yang manis.Tapi tidak!Bukan kecupan yang manis yang mendarat di bibirnya, tapi dia merasakan jemari tangan Lara yang menyentuh wajahnya.Membuat Alex membuka matanya dengan cepat karena dia mendengar Lara mengatakan,"Ambillah tisu setelah makan. Kamu jadi belepotan kayak Neo dan Shenina."Lara menarik wajahnya dari Alex yang berdeham tidak nyaman. Sekaligus malu karena berpikir Lara akan menciumnya."A-ada sisa makanan di pipiku?" tanyanya seraya meraba pipinya."Ya, ada kejunya.""A-akan aku usap dengan tisu kalau selesai makan," tanggapnya simpul, tak ingin membantah Lara.Lalu setelahnya, Alex mendengar derap lari Neo dan Shenina yang menghampiri mereka.Lalu pergilah Lara mengantar anak-anaknya untuk ke sekolah.Di playgroup yang sama, masih belum berubah karena Lara berpikir, perundungan verbal yang diterim
"Aku tidak bisa, Alex!"Lara menahan dada Alex dengan menggunakan kedua tangannya tepat saat bibir mereka nyaris bersentuhan.Alex membuka matanya, menemukan Lara yang berpaling wajah. Dan saat Alex sadar, kedua tangan kecil yang kini ada di dadanya itu tampak gemetar.Alex mengalah dengan menarik tangannya dari wajah Lara sekaligus menarik diri darinya. Dia tahu dia terburu-buru ingin menumpahkan rasa terima kasihnya yang besar karena Lara sudah ada di sini bersamanya dan secara suka rela merawat Alex padahal dulu dia memikul luka di bahu ringkihnya ini sendirian. "Aku tidak bisa lakukan ini, Alex! Tolong jangan ...."Jeda yang dia berikan seperti sedang merajam Alex dengan rasa bersalah. Lara belum bisa menerimanya."Tolong jangan berlebihan menyentuhku secara fisik!" lanjutnya lirih.Semakin didengar, suaranya menggema dipenuhi duka.Dia sedang menjaga jarak, bukan jarak secara fisik saja melainkan jarak yang belum sepenuhnya menemukan jembatan agar mereka bertemu.Alis Alex sed
Alex tidak ingin menangis di depan anak-anak. Dia menghapus air matanya dengan cepat meski dadanya bergemuruh oleh sesal yang besar.Dia menyambut Neo dan Shenina yang berlari masuk ke dalam mobil dan menyapanya lebih dulu setelah Alex membuka masker yang menutupi wajahnya."Selamat siang, Papa!""Selamat siang, Shen."Lalu disusul oleh Neo."Selamat siang, Paman.""Selamat siang, Neo.""Paman kenapa menjemput kami? Paman sedang sakit jadi sebaiknya di rumah saja," ucapnya saat dia didudukkan Lara di kursi belakang bersama dengan Shenina dan juga Alex.Lara membiarkan anak dan bapak itu ada di kursi belakang dan saling berinteraksi sedangkan Lara memilih untuk duduk di depan bersama dengan Ron.Tidak ingin membuat Neo menunggu, Alex menjawabnya, "Paman baru saja ke dokter, Neo.""Oh, Neo pikir Paman Alex sengaja keluar.""Memangnya kalau Paman keluar itu tidak boleh?""Boleh saja. Tapi kalau dengan mama, Paman akan merepotkan mama."Lara yang di depan menahan tawa mendengar bagaimana f