“Tapi, Pak Raja, kondisi Pak Banara saat ini …” Terdengar suara sendu Alexander. Dia pun melanjutkan kalimatnya. “menurun.” Raja memang masih belum bisa memaafkan Banara, tetapi hati kecilnya ada rasa kekhawatiran yang amat mendalam. “Jangan kamu berbohong, Alex. Bukankah dia mendapatkan perawatan terbaik di sana?” tanya Raja dengan suara datar. Raja berpikir demikian karena membandingkan dengan Nugraha. Buktinya, penyakit jantung Kakeknya sembuh setelah mendapatkan perawatan terbaik dan termahal di rumah sakit. “Perawatan mahal dan teknologi canggih tidak menjamin kesembuhan orang. Pak Banara dihantui rasa bersalah. Pikirannya kacau balau, dan itu yang menghambat kesembuhan Pak Banara. Saya mohon–” “Hubungi aku lagi nanti. Sekarang aku sangat sibuk.” Raja menyela ucapan Alexander ketika dia melihat kehadiran seseorang. Dia pun memutus sambungan sepihak. Orang itu adalah Marcel. Dia menghampiri Raja sambil menyunggingkan senyuman sinis. Setelah berdiri di hadapan Raja, lantas
“Selamat kepada Samudera Food Mandiri!” Nugraha menyebut nama satu perusahaan dengan suara lantang. Begitu nama perusahaan disebut, seketika kebanyakan perwakilan perusahaan menunduk lesu dengan raut wajah kecewa. Ayyara masih terbengong di tempat duduknya. Dia mengira salah dengar, tetapi setelah Anton mengulang kalimat yang sama, barulah dia secara spontan melompat kegirangan. Wajahnya memerah dan matanya berair tanda kejutan ini membuat dirinya begitu emosional. Dia sangat bahagia, kerja kerasnya selama berminggu-minggu membuahkan hasil, sekarang perusahaan SFM tidak akan bangkrut setelah berhasil menjalin kerja sama dengan perusahaan keuangan ternama. Sementara, Marcel yang awalnya tersenyum penuh kemenangan, kini dia tampak syok. Dia masih belum mempercayai apa yang dilihat dan di dengarnya. Di detik berikutnya mendadak raut wajahnya menunjukkan kemarahannya. Dia yakin Ayyara terpilih karena orang dalam. “Nggak mungkin! Sama sekali nggak masuk akal! Penilaian ini sama sekali n
Anton yang mengamati dari depan, dia langsung menghampiri Marcel dengan tatapan penuh amarah, “Marcel! Berani sekali kamu menghina partner kami!”Marcel yang dikuasai emosi, lantas dia menoleh dan membalas dengan tatapan tajam pada Anton, “Kenapa?! Bapak melindungi Ayyara karena Raja mengetahui rahasia Bapak, bukan?! Bapak takut Raja membongkar rahasia Bapak?” Marcel menyindir dengan sengaja mengeraskan suara supaya perhatian semua orang tertuju padanya.Anton membalasnya dengan tatapan dingin, “Kamu sudah melewati batasmu! Aku akan mengurusmu! Bukan hanya menghinaku, Bu ayya, dan Pak Raja, tapi kamu juga berani mencemarkan nama baik Prince Group!”Di saat bersamaan, pintu terbuka. Semua orang pun menoleh dan mendapati Raja yang memasuki ruangan. Melihat kedatangan pria itu, sudut bibir Marcel terangkat. Dia menemukan cara untuk memprovokasi semua orang, “Dialah pria yang aku maksud!” dia menunjuk ke arah Raja. Lalu, tangannya bergantian menunjuk ke arah Ayyara. “Namanya Raja, dia s
Bugh!Suara gedebuk keras membuat semua orang terkesiap. Pukulan keras dari Raja berhasil menghempaskan Marcel.“Brengsek! Kamu berani memukulku?!” bentak Marcel sembari memegangi wajahnya yang menghangat. “aku tandai kamu!”Ada percikan amarah di mata Raja, dan itu membuat Marcel merasa gentar di hati.Raja menanggapinya dengan begitu dingin, “Anda tidak belajar dari kesalahan anda, dan seharusnya anda mendapatkan lebih dari sekedar pukulan. Pertama, anda telah menghina istri saya. Kedua, ini kantor Prince Group dan anda hanyalah seorang pengunjung. Ketiga, anda berani menghina perwakilan partner kami.”Anton yang sudah muak dengan sikap pria itu, lantas dia memberikan titah pada dua orang security yang ada di sana, “Bawa dia keluar!”Mengikuti perintah sang atasan, dua orang security mengelilingi Marcel dengan tatapan bringas.“Bapak berani memaksaku keluar?!” teriak Marcel dengan wajah marahnya melototi Anton. Anton membalas dengan menatap tajam pada Marcel, “Bukan hanya mengusirm
“termasuk jika harus mengubah nama kepemilikan perusahaan atas namamu,” ucap Nugraha serius.Bahri, Margareth, dan, Radit seketika menunjukkan ekspresi kaget dan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Kekhawatiran mereka sepertinya akan menjadi kenyataan, perlahan Ayyara dan suaminya mulai berhasil merebut satu per satu harta keluarga Nugraha.Tak menginginkan hal itu terjadi, Margareth menghampiri Nugraha dan Ayyara. Lantas dia berkata, “Pa, kita memang harus berterima kasih sama Ayyara karena dia berhasil menyelamatkan perusahaan keluarga. Kita perlu mengapresiasinya, tapi tidak dengan cara memberikan perusahaan keluarga sama Ayya. Itu berlebihan, Pa,” protesnya dengan suara lembut. Bahri dan Radit pun melakukan hal yang sama. “Benar, Pa. Sangat tidak bijak jika Papa memberikan perusahaan keluarga pada Ayya. Perusahaan itu milik keluarga, milik kita bersama.” Bahri bersikap sok menasehati. “lebih baik Papa tarik lagi ucapan Papa.”Ayyara menatap Nugraha dengan mele
“Jangan kembali jika kamu belum belajar dari kesalahanmu!” Nugraha berkata begitu tegas, tidak ada karaguan di dalam sorot matanya.Seketika Bahri, Margareth, dan Radit terkejut bukan main. Mereka tidak menyangka Nugraha mengusir Bahri. Dan ini semua karena pengaruh Ayyara serta posisinya yang semakin kuat di rumah ini.“Pa, Apa maksud, Papa? Kok Papa malah ngusir Mas Bahri sih?” protes Margareth.“Tadi aku cuma ngomong apa adanya. Aku nggak iri sama sekali.” Bahri mencoba mencari pembelaan.Nugraha menatap dingin pada Bahri, “Kamu merasa lebih baik dari Ayya? Benar begitu? Coba sebutkan prestasimu selama diberikan kepercayaan jadi wakil direktur? Nol besar.”Bahri kesal karena Nugraha masih saja mengungkit hal tersebut, “Itu bukan salahku. Itu … itu …” Nugraha tersenyum kecut melihat Bahri tak menemukan bahan pembelaan diri, “Sudahlah, keputusanku tidak bisa diubah. Sekarang kemasi barang-barangmu. Atau mau dibantu security?”Mereka kembali dibuat terkejut, tampaknya ucapan Nugraha
Sebenarnya Nugraha ingin merayakan keberhasilan ini, tetapi Ayyara menolaknya karena merasa tidak enak hati pada ketiga orang itu yang baru terusir dari rumah.“Kakek, Ayya pulang dulu,” ucap Ayyara.“Baiklah, hati-hati di jalan.”Ayyara mengangguk sebelum dia melangkah pergi bersama sang suami.Di dalam taksi, Ayyara tampak gelisah. Keberhasilan mendapatkan proyek kerja sama dengan Prince Group rasanya kurang sempurna setelah ada pertikaian antara Nugraha dengan keluarganya sendiri.“Mas, apakah aku penyebab hancurnya hubungan keluarga besar Kakek?” tanya Ayyara dengan raut wajah sedih.“Tidak, Ara. Kalau aku ada di posisi Kakek, aku pasti melakukan hal yang sama. Mereka pantas mendapatkan hukuman,” jawab Raja.Ayyara menghembus napas berat dengan harapan masalah ini segera terselesaikan.***Saat Ayyara bersantai di teras rumah, ada seorang security menghampirinya.“Maaf, Bu Ayyara, di luar ada keluarga Bu Ayya.” kata security itu.“Siapa, Pak?” tanya Ayyara.“Mereka yang membuat ke
“Siapa yang mengizinkan kalian masuk ke rumahku?” tanya Raja sembari membuat gestur mengusir.Seketika mereka membelalakkan mata mendengar pria itu tanpa basa-basi secara terang-terangan mengusir mereka.“Hei curut! Berani kamu mengusir kami?!” bentak Radit penuh emosi. “suka atau tidak suka kami akan tinggal di sini!”“Silahkan tutup pintu dari luar,” balas Raja begitu dingin.Mendengar jawaban itu, emosi mereka semakin memuncak. Bahkan saking emosinya, Margareth melepas sepatu hak tingginya dan melemparkan ke arah Raja.Raja hanya menggerakkan kepalanya ke samping untuk menghindari lemparan benda itu. Sementara, Ayyara menghembus napas beratnya karena dia sudah memprediksi keributan pasti terjadi.“Dasar manusia sampah! Setelah kalian menghasut Papa, kalian nggak mau tanggung jawab?!” teriak Margareth. sembari menunjuk-nunjuk Raja dan Ayyara. “Memangnya siapa kalian, hah?! Kalian cuma orang asing di keluarga besar Nugraha! Tapi gara-gara kalian, Papa membenci anak dan cucunya sendir