“Maaf, Pak. Saldo di ATM yang Bapak berikan tidak cukup,” ucap karyawan itu dengan sopan. “mungkin Bapak punya ATM lain untuk menambahkan biaya kekurangannya?”SpontaN saja Berry membelalak. Dia terkejut bukan main. Begitu pun dengan semua orang yang tak percaya.“Bercanda kamu, ya? Kerja yang becus dong, saldo di ATM-ku ada uang sekitar 115 juta. Mengada-ngada kamu. Coba cek lagi sana.” Berry memarahi karyawan itu.Di titik ini seorang manajer hotel datang. Tentu saja Berry langsung mengadu, “Pak, gimana karyawan Bapak ini? Kerjanya dari tadi gak profesional banget. Sudah lelet, bodoh lagi. Mendingan pecat saja. Bisa-bisanya Bapak punya karyawan kayak gitu.”Manajer hotel itu hanya tersenyum. Dia lalu menanggapi, “Karyawan saya sudah berkerja profesional. Memang di ATM Bapak ada uang 115 juta. Tapi itu tidak cukup membayar pengeluaran Bapak yang menghabiskan 230 juta setelah dipotong diskon. Jadi kalau Bapak punya ATM lain, Bapak bisa menggabungkannya untuk melakukan proses pembayar
“Boleh, asal kamu minta maaf dan cium kaki suamiku,” ucap Ayyara begitu serius. “Mau atau nggak? Nggak maksa sih aku, tersersh kamu gimana enaknya.”Berry menahan emosi mendengarnya, tetapi bagaimana pun juga dia harus mendapatkan pinjaman untuk menyelamatkan dirinya dari masalah.“Tapi itu nggak mungkin. Mustahil bagiku mencium kaki orang rendahan kayak suamimu. Jadi–”“Hanya itu syaratnya!” Suara tegas Ayyara menyela ucapan Berry. “Pilihannya 2. Iya atau nggak?”Berry tak punya pilihan lagi setelah manajer hotel juga memberi ultimatum, “Saya kasih waktu 10 menit untuk Bapak menyelesaikan pembayaran. Kalau tidak, kami terpaksa menghubungi polisi.”Berry terpaksa melakukannya. Dia menghadap Raja, “Maafkan aku.” sungguh dia merasa harga dirinya telah jatuh kala itu juga.“Apakah dengan cara itu kamu meminta maaf?” tegur Ayyara. “Tatap mata suamiku dan minta maaf dengan tulus.”Berry merasa kesal, tetapi dia tidak bisa berbuat banyak. Dia lantas menatap Raja dan kembali meminta maaf, “A
“Kalian tahu apa yang aku inginkan?” ucap pria gendut itu dengan mata berkilat penuh minat. “buluku berdiri saat melihat wajahnya. Aku ingin sekali memilikinya.”Bahri, Margareth, dan Radit kompak tertawa awkward dengan harapan permintaan itu hanyalah bercanda karena mustahil mewujudkannya. Mereka gagal total menjodohkan Ayyara dengan pria muda nan tampan seperti Marcel, apalagi dengan pria gendut dan tua bangka seperti hakim ketua itu.“Baiklah, terserah kalian saja.” Pria gendut itu mengalihkan perhatiannya ke makanan yang ada di atas meja. “kalau nggak bisa, aku pun nggak bisa membantu kalian.”Mereka pun sadar kalau permintaan pria gendut itu sangatlah serius dan tidak bisa ditawar lagi.Margareth mencoba tersenyum senormal mungkin, “Begini, Pak. Dia sudah bersuami. Dan dia orangnya sangat setia sama suaminya, nggak bisa digoda dengan apapun.”Pria gendut itu tampak menikmati makanan ringan, “Aku nggak peduli. Aku cuma mau dia sebagai bayarannya.” dia lalu mencondongkan tubuhnya.
“Jaga mata anda!” seru Raja. “Jaga mata anda!” dia mengulang kalimat yang sama.Pandangan semua orang langsung tertuju ke arah Raja. Mereka tidak mengerti mengapa tiba-tiba pria itu berani berkata demikan pada seorang hakim ketua.Hakim ketua itu pun pura-pura bertanya, “Maaf, saudara. Apa maksud saudara?”Raja tak menjawab, tetapi tatapan dinginnya masih mengarah pada sang hakim ketua.Hakim ketua itu malah tersenyum, “Sepertinya saudara sangat emosional. Saudara tenang saja, saya akan memutuskan masalah ini seadil-adilnya.”Setelah itu, hakim ketua itu melanjutkan sidang, “Baiklah, setelah kami mempelajari kasus ini dengan beberapa bukti dan argumen dari pihak terkait. Kami memutuskan ….”Suara hakim ketua terjeda, Nugraha bersiap-siap menerima keputusan sidang. Dia yakin Radit dan kedua orang tuanya diputuskan terlibat dalam masalah ini.Bahri, Margareth, dan Radit pun berusaha bersikap sesantai mungkin. Mereka yakin hakim ketua itu tidak ingkar janji.“Kami memutuskan bahwa Ulva d
“Mas?” panggil wanita itu, membuat semua orang menoleh.Tentu saja Bahri seketika panik. Dia berpikir hidupnya akan tamat. Dia tidak mungkin bisa mengelak jika wanita selingkuhannya bercerita terus terang, karena dengan menunjukkan hasil tes DNA anak dari kandungan sudah cukup membuktikan siapa Ayah kandungnya.Margareth mulai curiga kalau wanita itu punya hubungan dengan Bahri, “Siapa kamu? Kamu mengenal suamiku?” tanya Margareth.“Uang ini milik Mas, bukan?” Wanita itu mengangkat tangan kanannya. “tadi aku melihatnya jatuh dari kantong celana milik Mas.”Bahri sekilas bernapas lega, tetapi dia tahu wanita selingkuhannya ingin memberinya sebuah peringatan kalau wanita itu bisa kapan saja berkata terus terang terhadap keluarganya.Melupakan sejenak, Bahri segera berpura-pura merogoh kantong celananya, “oh ya, benar. Uang 100 ribuku nggak ada. Mungkin tadi jatuh pas aku ngambil hp-ku,” kilahnya.Wanita itu memberikan uang 100 ribu kepada Bahri, “Lain kali hati-hati,” ucapnya dengan sen
“Ada masalah?” tanya Nugraha begitu dingin.Kening Margareth seketika berkerut, “Maksud Papa?” Dengan tatapan dingin, Nugraha menanggapi, “Kamu benar. Ayyara akan menjadi penerus dan pemilik tunggal perusahaan SFM!”Bahri, Margareth, dan Radit terkejut bukan main mendengarnya. Mereka semakin khawatir kalau Nugraha memang bersungguh-sungguh berencana memberikan perusahaan SFM terhadap Ayyara.“Papa pasti bercanda!” Margareth berani menatap Nugraha. “Nggak mungkin perusahaan keluarga jatuh ke tangan Ayyara yang nggak mengalir darah Papa!”Bahri dan Radit hanya terdiam. Mereka tidak seberani Margareth yang menyampaikan protesnya terhadap Nugraha yang tengah murka.Begitu pun dengan Ayyara. Dia tidak tahu apakah keputusan Nugraha benar-benar serius atau hanya menggertak ketiga orang itu. Kalau pun benar demikian, dia akan menolak pemberian sang Kakek. Dia sadar diri, dia tidak pantas menerima warisan dari pria tua itu karena dirinya bukan seorang cucu kandung.“Aku tidak bercanda!” tega
“Sudahkah cukup permainanmu?” tanya Nugraha dengan tatapan dingin. “jawabanku tetap sama … aku tidak mau membawamu kembali ke perusahaan!” tegasnya. “bukankah kamu sering menyombongkan dirimu sendiri? Carilah perusahaan lain,” sindirnya kemudian.Bahri seketika memutar otaknya untuk mencari sebuah alasan, “Maaf, Pak. Tadi aku salah bicara. Papa tidak perlu memberiku gaji besar, berikan secukupnya saja untuk menafkahi keluargaku.” Raja berpikir sejenak, sudah saatnya dia memberi tahu kebenaran.“Jawaban Paman tidak konsisten, sepertinya Paman punya niat terselebung,” pancing Raja.Bahri sangat kesal karena Raja selalu ikut campur dan terlihat nyata ingin menghalang-halanginya kembali ke perusahaan.“seperti yang aku katakan barusan. Niatku kembali ke sana karena ingin membantu memajukan perusahaan,” tanggap Bahri sembari mengulas senyuman paksa.“Benar begitu, Paman? Bukankah karena Paman berniat mengambil uang perusahaan berapapun yang Paman mau?” sindir Raja.Tidak ada reaksi berleb
Ancaman Nugraha tampak tidak main-main, membuat Bahri semakin ketar-ketir.Saat semuanya pergi, Bahri tetap mematung di tempat. Sekujur tubuhnya seolah mati rasa dan tidak bisa digerakkan. Dia merasa sudah tidak punya kehidupan lagi.Menggunakan mobilnya, Raja menuju ke kediaman rumah mewahnya.Nugraha menatap ke arah luar kala mobil yang dikemudikan Raja memasuki kawasan comfortable home, perumahan termewah yang ada di pusat Kota.“Raja, kita ke mana?” tanya Nugraha.“Kek, sekarang aku dan Mas Raja tinggal di sini.” Ayyara menjawab. Nugraha tertegun. Sang cucu memang pernah bercerita kalau telah membeli sebuah rumah di perumahan, tetapi dia tidak menyangka perumahan yang dimaksud cucunya adalah perumahan terbesar dan terelit di pusat Kota. Hanya orang-orang kalangan atas yang bisa memiliki rumah yang bernilai fantastis di perumahan comfortable home.“Inilah rumah kita, Kek,” kata Ayyara setelah turun dari mobil.Tentu saja Nugraha semakin dibuat tekejut. Cucunya bukan hanya tinggal