“Sudahkah cukup permainanmu?” tanya Nugraha dengan tatapan dingin. “jawabanku tetap sama … aku tidak mau membawamu kembali ke perusahaan!” tegasnya. “bukankah kamu sering menyombongkan dirimu sendiri? Carilah perusahaan lain,” sindirnya kemudian.Bahri seketika memutar otaknya untuk mencari sebuah alasan, “Maaf, Pak. Tadi aku salah bicara. Papa tidak perlu memberiku gaji besar, berikan secukupnya saja untuk menafkahi keluargaku.” Raja berpikir sejenak, sudah saatnya dia memberi tahu kebenaran.“Jawaban Paman tidak konsisten, sepertinya Paman punya niat terselebung,” pancing Raja.Bahri sangat kesal karena Raja selalu ikut campur dan terlihat nyata ingin menghalang-halanginya kembali ke perusahaan.“seperti yang aku katakan barusan. Niatku kembali ke sana karena ingin membantu memajukan perusahaan,” tanggap Bahri sembari mengulas senyuman paksa.“Benar begitu, Paman? Bukankah karena Paman berniat mengambil uang perusahaan berapapun yang Paman mau?” sindir Raja.Tidak ada reaksi berleb
Ancaman Nugraha tampak tidak main-main, membuat Bahri semakin ketar-ketir.Saat semuanya pergi, Bahri tetap mematung di tempat. Sekujur tubuhnya seolah mati rasa dan tidak bisa digerakkan. Dia merasa sudah tidak punya kehidupan lagi.Menggunakan mobilnya, Raja menuju ke kediaman rumah mewahnya.Nugraha menatap ke arah luar kala mobil yang dikemudikan Raja memasuki kawasan comfortable home, perumahan termewah yang ada di pusat Kota.“Raja, kita ke mana?” tanya Nugraha.“Kek, sekarang aku dan Mas Raja tinggal di sini.” Ayyara menjawab. Nugraha tertegun. Sang cucu memang pernah bercerita kalau telah membeli sebuah rumah di perumahan, tetapi dia tidak menyangka perumahan yang dimaksud cucunya adalah perumahan terbesar dan terelit di pusat Kota. Hanya orang-orang kalangan atas yang bisa memiliki rumah yang bernilai fantastis di perumahan comfortable home.“Inilah rumah kita, Kek,” kata Ayyara setelah turun dari mobil.Tentu saja Nugraha semakin dibuat tekejut. Cucunya bukan hanya tinggal
“Hari ini juga aku akan memanggilnya!” seru Nugraha sembari mengepalkan tangan kanannya. “bukan hanya memanggilnya, kedua tangannya harus disiram dengan air panas sampai melepuh!” Raja melihat urat di pelipis Nugraha menyembul. Khawatir penyakit sang Kakek kambuh kembali, dia pun berusaha menenangkannya.“Menghadapi masalah dengan rasa amarah akan berakhir sia-sia. Jika Kakek memutuskan demikian, Kakek bisa dituntut masuk ke penjara. Jika hal itu terjadi, nama perusahaan SFM tercemar. Dan mungkin saja Prince Group akan memutus kerja sama secara pihak.”Setuju dengan ucapan dang suami, Ayyara pun menambahkan, “Kalau memang Kakek ingin memberikan hukuman pada Paman, serahkan semuanya pada penegak hukum.”Emosi Nugraha mereda setelah mendengar nasihat Raja dan Ayyara. “Kalian benar. Tapi sebelum aku melaporkan Bahri, aku tetap akan memanggilnya,” kata Nugraha. Dia lalu bertanya pada Raja. “Raja? Kenapa kamu baru memberitahukan sekarang?”“Iya, Mas. Mas kok nggak ngasih tahu dari dulu
“Masih mau mengelak, Bahri?!” Nugraha mulai meninggikan suaranya sembari berdiri. “Masihkah kamu tidak mengakui semua kejahatanmu selama menjabat wakil direktur perusahaan?” Bahri menelan ludah susah payah, tenggorokannya terasa tercekat.“Apa maksud, Papa? Aku nggak mengerti,” kata Bahri berusaha tetap tenang, walau keringat dingin di wajahnya mulai bercucuran.“Papa ngomong apaan sih?” Margareth kesal, tetapi perlahan dia mengerjap kala mengingat ucapan sang suami di taksi barusan. Dia pun seketika melirik tajam ke arah Raja dan Ayyara. “aku tahu kenapa Papa menuduh Mas Bahri. Pasti kalian yang memfitnah Papa!”“Sialan!” Radit mengepalkan kedua tangannya sembari menatap tajam ke arah Raja dan Ayyara. “ngomong apa kalian ke Kakek, hah?!”Nugraha tidak bisa mengontrol emosinya lagi. Dia melangkah ke arah meja dan mengambil sebuah dokumen dan melemparkan ke arah Bahri.“Masih mau mengelak lagi?” seru Nugraha. “gara-gara kamu, perusahaan keluargaku hancur tak bersisa!”Bahri merasa sem
Suara itu bagaikan petir yang menyambar tubuh Bahri. Kakinya seolah-olah tidak bisa digerakkan, hingga akhirnya dia tak mampu berdiri dan terjatuh pingsan.Margareth dan Radit yang terlanjur marah, mereka hanya terdiam menyaksikan pria itu terjatuh.“Aku bukan wanita lemah. Pria bukan hanya dirimu saja, Mas,” gumam Margareth.Ayyara merasa kasihan, tetapi di sisi lain dia merasa itu adalah karma bagi mereka yang pernah berusaha merusak rumah tangganya.“Tante, Radit … Kalian yang sabar, ya,” kata Ayyara.Sudut bibir Margareth terangkat. Dia memang terpukul dengan kenyataan pahit ini, tetapi dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mendapat simpati dari Nugraha agar tetap tinggal di rumah besarnya. Margareth berbalik menatap Nugraha dengan memasang wajah sedihnya, “Pa, maafkan aku. Aku nggak nyangka kalau suami yang aku hormati telah berkhianat. Aku mendukung Papa mengusut masalah ini. Dia pantas dipenjara.” Sejalur dengan sang Mama, Radit pun berusaha mengambil Kekeknya, “Se
“saya adalah pengagum beratmu,” ucapnya sembari memasang senyuman penuh arti. “maksudnya saya pengagum Bu Ayyara.”“Terima kasih,” balas Ayyara tanpa menjabat tangan Randi. “Dari mana anda mengenalku?” tanyanya.Randi melebarkan senyuman dan menjawab, “ Siapa yang tak mengenal Bu Ayya. Berita Bu Ayya berada di mana-mana. Keberhasilan Bu Ayya memenangkan proyek kerja sama dengan Prince Group adalah bukti bahwa Bu Ayyara adalah orang yang tepat untuk memimpin perusahaan ini. Semenjak saat itu saya menjadi pengagum berat Bu Ayyara.” Raja melihat ada kelicikan di sorot mata Randi. Kentara jelas kalau pria itu tengah berusaha mengambil hati Ayyara. “Sebaiknya Ara memulai rapatnya,” kata Raja.Ayyara mengangguk, “Iya, Mas.”Yang tadinya semua orang menghiraukan keberadaan Raja, kini pria itu menjadi pusat perhatian. Sebagian orang yang tak mengetahui identitas Raja pun bertanya, “Apakah Bapak suami Bu Ayya?” “Iya. Mas Raja suamiku.” Ayyara menjawab. “Bisa kita mulai rapatnya?” tanyanya
Semua orang tersentak, begitu pun dengan Randi.“Apakah kalian tahu? Rapat hari ini salah satunya membahas kinerja kalian selama bekerja di perusahaan ini,” kata Raja melanjutkan. “jaga sikap kalian.”Semua orang mulai panik dan berhenti berbicara.“Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi, lebih baik kita ke ruangan sekarang juga,” sambung Ayyara, dan semua orang pun mengangguk.Rapat di mulai. Ayyara hanya menanyakan perihal selak-beluk perusahaan, termasuk produk-produk yang di produksi, sampai penyebab hancurnya perusahaan sebelum diambil alih oleh Dira Group.Sementara, Raja yang duduk di sebelah istrinya hanya sibuk membaca beberapa dokumen. Sebelumnya, Raja menyuruh Anton untuk mengumpulkan dokumen-dokumen berupa laporan dari setiap divisi tanpa sepengetahuan karyawan terkait.Randi tersenyum sinis melihat kesibukan Raja, “Dasar sok-sok-an baca banyak dokumen. Emangnya dia tahu apa isinya?” gumamnya nyaris tak terdengar. Perlahan sudut bibirnya terangkat. “mana mungkin orang yang
“Kalian tahu siapa pemilik baru perusahaan ini?” tanya Ayyara. Semua orang menyalah artikan maksud Ayyara. Mereka menganggap wanita itu tidak bisa dilengserkan karena memiliki kekuatan 'orang dalam'. Melihat mereka membisu, Ayyara kembali berkata. “Pemilik baru perusahaan ini adalah seorang pria hebat dan bijaksana. Kalau dia sendiri yang memimpin perusahaan ini, kalian bukan hanya dipecat, tapi kalian pasti dituntut secara hukum.”Semua orang lagi-lagi dibuat terkejut. Hanya Randi satu-satunya yang berani melayangkan protes kembali.“Bukan hanya anda, bahkan pemilik baru perusahaan ini tidak bisa memecat kami tanpa bukti. Jika kalian memaksa memecat kami secara sewenang-wenang, maka bisa dipastikan ada demo besar-besaran. Bukan hanya dari kami, tapi persatuan buruh akan mendemo perusahaan ini.” Nada bicara Randi begitu menekan.Ayyara hanya tersenyum kecut sembari menggeleng-geleng.“Bahkan sampai detik ini juga kalian belum sadar?”Ayyara lalu mengambil tumpukan dokumen dan menghe