Mereka merasakan cemas, marah, kesal, takut bercampur menjadi satu. Dan itu semua gara-gara Raja.“Apa yang harus kita katakan pada Kakek, Ma?” tanya Radit dengan nada cemas. “Bagaimana jika Kakek membuat keputusan yang merugikan kita?”“Tenang saja, aku punya cara menangani kemarahan Kakekmu,” balas Margareth datar, tetapi perlahan senyuman licik terbit di bibirnya. “aku bahkan punya cara agar Mas Bahri menggantikan posisi Ayyara. Kalian harus membantuku nanti.”“Apa rencanamu?” tanya Bahri penasaran.“Kalian lihat saja nanti,” balas Margareth penuh keyakinan.Sesampainya di rumah sakit, mereka segera berjalan menuju ruangan perawatan Nugraha. Baru saja memasuki ruangan itu, mereka melihat raut wajah pria sepuh itu tampak benar-benar murka. Mereka pun memberanikan diri mendekat dan berdiri di samping ranjang pasien. Terduduk di ranjang pasien, Nugraha bertanya dengan tatapan murka, “Apa yang kalian lakukan malam ini? Bukankah aku sudah menyuruh kalian untuk tidak mengganggu Ayya? Ta
Mendengar hal tersebut, mereka tersenyum penuh kemenangan dalam hati. Usaha mereka untuk memengaruhi Nugraha membuahkan hasil. Sebentar lagi, Nugraha pasti mengambil keputusan menggantikan posisi Ayyara dengan Bahri untuk menjadi penanggung jawab proyek ini. “Pa, aku berjanji akan melakukan yang terbaik demi keluarga kita. Aku sudah banyak belajar dari kesalahan, aku janji nggak akan berbuat kesalahan lagi,” ucap Bahri dengan penuh semangat untuk meyakinkan Nugraha. Nugraha tampak benar-benar terpengaruh. Kecemasan semakin tergambar jelas di sorot matanya, “Aku akan mendiskusikan langsung dengan Ayya besok pagi.” “Apa yang masih mau ditanyakan lagi ke Ayya, Pa? Sudah jelas Ayya pasti berbohong,” sambar Margareth. Margareth tidak akan membiarkan Nugraha melakukan hal tersebut, karena ujung-ujungnya Ayyara pasti bisa meyakinkan Nugraha bahwa wanita itu sanggup menjalankan proyek ini. Nugraha memikirkan ucapan Margareth. Dia merasa Ayyara tidak akan terbuka dengan masalahnya demi mem
“Ada, Ara. Ada yang bisa mengubah keuputusan Kakek!” ujar Raja tampak sama sekali tidak sedang bercanda. “Kakek pasti tetap menunjukmu sebagai penanggung jawab proyek ini.”Ayyara bingung melihat Raja yang berucap dengan penuh keyakinan, seolah-olah sang suami bisa memprediksi suatu peristiwa yang akan terjadi selanjutnya. Dia sebenarnya tidak percaya, tetapi dia berujung mengiyakan karena saat ini hatinya sedang kacau dan ingin segera beristirahat.“Ayo Mas pulang,” kata Ayyara sembari mematikan laptop miliknya.Raja kasihan melihat Ayyara tampak frustasi. Dia pun berpikir untuk memberikan kejutan pada istrinya malam ini juga.“Baiklah, kita pulang ke rumah baru kita,” respon Raja.Ayyara hanya membalas dengan memaksakan senyuman. Dia lalu merapikan dokumen sebelum akhirnya dia keluar dari ruangan CEO bersama sang suami.Setiba di depan perusahaan, Raja memberhentikan taksi yang kebetulan lewat. “Antarkan kami ke perumahan Comfortable Home, Pak,” kata Raja setelah duduk di belakang
“Apa?!” pekik Ayyara saking terkejutnya, tetapi di detik berikutnya dia malah rertawa awkward. “Bapak sebelas dua belas dengan suami saya, terkadang humornya terlalu tinggi, hehe.”“Tapi itulah kenyataannya, Nyonya,” respon Jamal, dan seketika Ayyara dengan reflek membuka mulutnya.Melihat sang istri menangkup kedua pipi cantiknya, Raja berkata, “Ara tidak sedang bermimpi. Rumah ini sekarang milik kita berdua.”Ayyara bergatian menatap Raja dan Jamal, “Kalian tidak bekerja sama ngeprank aku, 'kan?” tanyanya masih tidak percaya.“Tidak, Ara,” jawab Raja. Dia lalu menggandeng tangan istrinya menuju pintu rumah. “Ayo kita masuk.”Ayyara yang masih belum percaya, dia pun menurut. Namun, keterkejutannya belum berhenti ketika pintu rumah terbuka setelah Raja menggunakan sidik jari dan identifikasi wajah.“Nanti Ara bisa mengatur kuncinya,” ucap Raja.Ayyara tak merespon, dia mematung di tempat. Dia masih menganggap semua ini hanyalah mimpi.Di titik ini seorang karyawan datang mendekat dan
‘Siapa Mas Raja sebenarnya?’ pikir Ayyara dengan membayangkan sang suami yang begitu misterius. ‘Kenapa Mas Raja tahu banyak hal? Kenapa dia tahu sebelum orang lain tahu?’Melihat Ayyara yang tampak melamun, Nugraha bertanya, “Ayya?” “Ya, Kek.” Ayya langsung menatap Nughraha. “Ayya senang mendengarnya. Ayya berjanji akan berusaha keras untuk mendapatkan proyek kerja sama ini,” katanya dengan senyuman kecil. “Tugas Kakek cuma perlu mengoreksi pekerjaan Ayya. Kakek harus fokus dengan kesehatan Kakek.”“Terima kasih, Kakek tidak pernah meragukanmu. Kakek percaya kamu bisa melakukannya.”Di titik ini, Bahri, Margareth, dan Radit masuk ke dalam ruangan. Tentu saja ekspresi wajah Nugraha berubah seketika melihat kedatangan mereka.Bahri, Margareth, dan Radit pun keheranan melihat tatapan kemarahan Nugraha tertuju ke arah mereka. Namun, Margareth mengulas senyuman palsu dan menyapa, “Selamat pagi, Pa, Ayya …” “Tidak perlu basa-basi lagi. Aku sudah muak melihat wajah kalian!” bentak Nugrah
“Kamu, aku pecat!” jawab Nugraha tegas dengan tatapan serius. Dia sama sekali tidak sedang bercanda. “Kontrakmu aku putus sampai kamu, anakmu, dan istrimu memperbaiki sikap!”Wajah mereka tampak semakin memucat. Mereka awalnya mengira Nugraha hanya mencabut semua fasilitas yang mereka gunakan saat ini, tetapi keputusan Nugraha jauh lebih buruk. Dipecat dari perusahaan, berarti tidak ada pemasukan. Jika hal itu terjadi, mereka tidak ada bedanya seperti orang asing yang menumpang di keluarga Nugraha. Dalam hal ini, Bahri yang terlihat paling cemas, seolah-olah kehilangan posisi wakil CEO di perusahaan SFM adalah sebuah mala petaka.Margareth masih berusaha membujuk Nugraha, “Pa, Mas Bahri keluarga Papa loh. Masak Papa membuat keputusan seperti ini sih? Baiklah, Papa boleh saja mengambil semua fasilitas yang Papa berikan pada kami, tapi jangan memecat Mas Bahri dari perusahaan.”Nugraha menghiraukan ucapan Margareth, “Silahkan pergi sebelum aku menambahkan hukuman untuk kalian!” ancamny
“Aku datang ke sini karena aku tinggal di sini,” ungkap Ayyara. “Mas Raja sudah membeli rumah di perumahan ini.”Tidak ada yang bersuara selama beberapa detik, sebelum akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak.“Kamu kira kami mudah dibodohi? Haha bilang saja mau ke rumah selingkuhanmu,” tuding Margareth.Radit tertawa renyah, “Aku akan menelpon Kakek dan suamimu biar kamu tahu rasa! “Riwayatmu sekarang sudah tamat, Ayya! Kakek dan suamimu pasti membencimu!”Saat Radit merogoh ponselnya, di saat bersamaan seorang security muncul dari arah dalam gerbang. “Bu Ayyara?” sapa security itu, semua orang pun menoleh. Mereka terkejut melihat security itu menunjukkan sikap hormat pada Ayyara, tetapi mereka malah semakin tersenyum menyeringai karena mengira security itu disuruh seorang pria untuk menyambut kedatangan Ayyara. “Selingkuhanmu tuh udah nyuruh security buat menjemputmu,” sindir Margareth dengan senyuman sinis.“Cukup Tante, cukup!” tanggap Ayyara mulai emosi. “Lebih baik kalian pulan
“Hajar mereka! Jangan kasih ampun, dan seret mereka ke penjara!” titah Jamal begitu murka. “Pak, kami mohon jangan apa-apakan kami,” pinta Margareth dengan wajah semelas-melasnya sembari melangkah mundur bersama Bahri dan Radit. Tubuh mereka bergemetar dengan wajah berkeringat dingin melihat 3 orang security melangkah maju dengan wajah bringas. “Tunggu!” seru Ayyara, seketika 3 security itu menghentikan langkahnya, dan Semua orang pun menoleh ke arahnya. Ayyara menatap pada Jamal, “Saya mohon jangan apa-apakan mereka. Bagaimana pun mereka adalah keluargaku,” pintanya. “Tapi, Nyonya–” “Saya mohon biarkan mereka pergi.” Ayyara menyela ucapan Jamal. “jangan membalas perbuatan jahat seseorang dengan kejahatan.” Jamal sebenarnya ingin memberi mereka pelajaran, tetapi dia terpaksa mengikuti perintah Ayyara. Dia pun tambah kagum dengan kepribadian wanita itu yang mau memaafkan orang yang telah berbuat kejam. “Baik, Nyonya,” ucap Jamal. Dia lalu memberikan perintah pada 3 security itu