“Kamu, aku pecat!” jawab Nugraha tegas dengan tatapan serius. Dia sama sekali tidak sedang bercanda. “Kontrakmu aku putus sampai kamu, anakmu, dan istrimu memperbaiki sikap!”Wajah mereka tampak semakin memucat. Mereka awalnya mengira Nugraha hanya mencabut semua fasilitas yang mereka gunakan saat ini, tetapi keputusan Nugraha jauh lebih buruk. Dipecat dari perusahaan, berarti tidak ada pemasukan. Jika hal itu terjadi, mereka tidak ada bedanya seperti orang asing yang menumpang di keluarga Nugraha. Dalam hal ini, Bahri yang terlihat paling cemas, seolah-olah kehilangan posisi wakil CEO di perusahaan SFM adalah sebuah mala petaka.Margareth masih berusaha membujuk Nugraha, “Pa, Mas Bahri keluarga Papa loh. Masak Papa membuat keputusan seperti ini sih? Baiklah, Papa boleh saja mengambil semua fasilitas yang Papa berikan pada kami, tapi jangan memecat Mas Bahri dari perusahaan.”Nugraha menghiraukan ucapan Margareth, “Silahkan pergi sebelum aku menambahkan hukuman untuk kalian!” ancamny
“Aku datang ke sini karena aku tinggal di sini,” ungkap Ayyara. “Mas Raja sudah membeli rumah di perumahan ini.”Tidak ada yang bersuara selama beberapa detik, sebelum akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak.“Kamu kira kami mudah dibodohi? Haha bilang saja mau ke rumah selingkuhanmu,” tuding Margareth.Radit tertawa renyah, “Aku akan menelpon Kakek dan suamimu biar kamu tahu rasa! “Riwayatmu sekarang sudah tamat, Ayya! Kakek dan suamimu pasti membencimu!”Saat Radit merogoh ponselnya, di saat bersamaan seorang security muncul dari arah dalam gerbang. “Bu Ayyara?” sapa security itu, semua orang pun menoleh. Mereka terkejut melihat security itu menunjukkan sikap hormat pada Ayyara, tetapi mereka malah semakin tersenyum menyeringai karena mengira security itu disuruh seorang pria untuk menyambut kedatangan Ayyara. “Selingkuhanmu tuh udah nyuruh security buat menjemputmu,” sindir Margareth dengan senyuman sinis.“Cukup Tante, cukup!” tanggap Ayyara mulai emosi. “Lebih baik kalian pulan
“Hajar mereka! Jangan kasih ampun, dan seret mereka ke penjara!” titah Jamal begitu murka. “Pak, kami mohon jangan apa-apakan kami,” pinta Margareth dengan wajah semelas-melasnya sembari melangkah mundur bersama Bahri dan Radit. Tubuh mereka bergemetar dengan wajah berkeringat dingin melihat 3 orang security melangkah maju dengan wajah bringas. “Tunggu!” seru Ayyara, seketika 3 security itu menghentikan langkahnya, dan Semua orang pun menoleh ke arahnya. Ayyara menatap pada Jamal, “Saya mohon jangan apa-apakan mereka. Bagaimana pun mereka adalah keluargaku,” pintanya. “Tapi, Nyonya–” “Saya mohon biarkan mereka pergi.” Ayyara menyela ucapan Jamal. “jangan membalas perbuatan jahat seseorang dengan kejahatan.” Jamal sebenarnya ingin memberi mereka pelajaran, tetapi dia terpaksa mengikuti perintah Ayyara. Dia pun tambah kagum dengan kepribadian wanita itu yang mau memaafkan orang yang telah berbuat kejam. “Baik, Nyonya,” ucap Jamal. Dia lalu memberikan perintah pada 3 security itu
Bahri terkesiap mendengar sindiran Raja. Wajahnya mulai memerah karena mengira suami Ayyara itu mengetahui rahasia perselingkuhannya.Namun, Bahri cepat bersikap setenang mungkin, “Apa maskudmu? Mengada-ngada kamu, mana mungkin aku menyembunyikan rahasia dari kekuargaku,” ucapnya sembari tangan kirinya menggaruk-garuk hidung.“Benar begitukah, Paman?” tanya Raja.Walau pertanyaan itu santai, tetapi sudah cukup membuat gerakan tubuh Bahri tampak gelisah, wajahnya pun mulai berkeringat dingin.“Raja, apa-apaan kamu?” kesal Margareth. “Ngacok, kamu! Jangan menuduh suamiku semba ….” dia mendadak berhenti berucap, dan perlahan satu sudut bibirnya terangkat. “oh jadi kamu cuma ngalihin isu? Kamu sengaja menuduh suamiku biar perselingkuhan istrimu terlupakan? Benar dugaanku, ternyata kamu sendiri yang menjual istrimu ke —”“Tante!” suara keras Raja memotong ucapan Margareth. “Haruskah aku menjahit atau merobek mulut Tante?!” Tatapan Raja tampak mengerikan. Dia benar-benar murka, sudah cukup
“Nggak mungkin!” pekik mereka hampir bersamaan sembari menggelengkan kepala.Ayyara dan Jamal tersenyum puas melihat perubahan raut wajah mereka yang tampak memerah.“Bagaimana? Kalian sudah percaya?” tanya Ayyara. “sudah aku bilang dari awal, aku datang ke sini karena rumahku di sini, bukan berselingkuh seperti apa yang kalian tuduhkan,” imbuhnya kemudian meluapkan kekesalannya.Margareth mendongak, “Oke, baiklah. Kamu nggak berselingkuh, tapi aku nggak percaya sama sekali kalau suamimu bisa beli rumah ini,” sinisnya. Lalu dia menatap tajam pada Raja. “Ngerampok dari mana lagi uang, kamu? Kemarin kamu ngerampok uang buat beli kalung, sekarang kamu ngerampok buat beli rumah mewah. Ngaku, kamu! Pria miskin kayak kamu nggak mungkin bisa punya banyak uang dalam sekejap!” cecarnya.“Oh atau jangan-jangan selama ini kamu pakai pesugihan dengan menumbalkan banyak nyawa?” tuding Bahri.Margareth dan Radit setuju dengan tebakan Bahri.“Kok aku baru kepikiran ke sana, ya. Pantas saja nggak ada
“Dia adalah Raja Elvano Darmendhara, anak Pak Banara Darmendhara,” ungkap Jamal. “Pak Raja keturunan keluarga terkaya di dunia. Pak Raja mewariskan semua kekayaan keluarganya.”Ayyara menganga, tetapi dia masih belum percaya. Dia yakin Raja pasti meminta bantuan Jamal untuk menghibur dirinya dengan berkata demikian.Ayyara menatap lembut pada Raja, “Mas, terima kasih Mas selalu berusaha bikin aku tersenyum bahagia. Tapi, Mas nggak perlu berpura-pura lagi menjadi orang lain. Mas cukup jadi diri sendiri, sudah bikin aku bahagia. Ara tulus mencintai Mas Raja.”Raja dan Jamal terharu mendengar ketulusan Ayyara. Hanya satu atau dua dari 100 wanita yang memiliki sifat seperti itu.mata Ayyara seketika berkaca-kaca, apalagi ketika dia mengingat keluarganya memojokkan dirinya karena telah memilih Raja sebagai suaminya. Dia menolak menikahi pria-pria konglomerat karena cintanya hanya untuk Raja–walau statusnya hanyalah orang miskin.Ayyara melanjutkan kalimatnya, “Jadi, aku mohon Mas Raja jawa
“Dia Fahmi,” jawab Nugraha. “Kakek berhutang 150 juta ke pengusaha beras bernama Fahmi, dan seharusnya dibayar seminggu yang lalu,” jawab Nugraha. Dia lalu tersenyum menatap Ayyara. “Jangan menangis, kita pasti bisa melewati semua ini.”“Iya, kek. Kalau begitu Ayyara akan mengambilnya sekarang,” balas Ayyara sembari mengusap air matanya.“Kuncinya ada di laci meja, passwordnya 180976,” ucap Nugraha.Ayyara mengangguk sebagai pertanda mengerti maksud dari Nugraha. Dia pun keluar dari ruangan bersama Raja.Setelah menjauh dari ruang perawatan Nugraha, Ayyara menahan tangan Raja untuk berhenti melangkah.“Ada apa, Ara?” tanya Raja.Ayyara menatap dalam-dalam netra sang suami, “Kalungnya dijual ya, Mas. Kita harus bantu Kakek.”Raja menatap serius pada Ayyara, “Tidak!” tegasnya “aku tidak mengizinkanmu untuk menjual kalung itu!”“Mas?” Ayyara berseru karena Raja tidak mau mengerti. “Kakek dalam kesulitan, kita harus membantunya. Kalau Mas nggak enak hati sama klien Mas yang ngasih kalung
“Mas Raja,” jawab Ayyara. “Raja?” Terdengar suara Nugraha yang keheranan. “Kamu bercanda?”“Nggak, Kek. Memang mas Raja yang melunasi hutang Kakek,” jawab Ayyara, walau dia sendiri masih tidak percaya.“Kenapa Raja bisa membayar hutang Kakek dengan cepat? Padahal Kakek belum ngasih nomor kontaknya Fahmi? Apa Raja mengenal Fahmi?” tanya Nugraha seolah-olah mengintrogasi.Kalimat itu menyadarkan Ayyara. Dia sendiri tidak tahu mengapa Raja bisa membayar hutang Nugraha secepat kilat. ‘Apa yang Mas Raja lakukan di belakangku? Kenapa dia barusan memaksaku biar cepat pergi ke kantor?’ pikir Ayyara–curiga.‘apa mungkin Mas Raja menyuruh preman buat mengancam orang yang bernama Fahmi biar hutang Kakek lunas tanpa dibayar?’ pikirnya lagi, tetapi dia segera menggelengkan kepala. ‘Nggak! Nggak mungkin Mas Raja melakukan hal sejahat itu!’“Ayyara?” Terdengar panggilan Nugraha. “Kenapa diam? Sekarang kamu dan suamimu ada di mana?”“Ah iya, iya maaf, Kek … Ayya ada di kantor. Sebenarnya Ayya juga