"Tentu saja, Kevin. Aku bisa melakukannya," bisik Kayla. Senyum iblis tergambar jelas di bibirnya. "Lagipula aku akan mengajakmu bersenang-senang malam ini. Kau tak perlu memikirkan kekasihmu sekarang, karena malam ini kau adalah milikku, Kevin.""Apa maksudmu?"Kayla mengetukkan ujung telunjuknya pada botol anggur. "Di dalam gelas itu ada obat tidur, aku hanya perlu menunggunya bekerja. Jangan khawatir, Sayang."*****"Kau berat sekali, Kevin!" keluh Kayla saat memapah pria itu dengan susah payah memasuki kamar hotel.Hotel itu memang sudah ia siapkan sebelumnya. Untuk apa? Tentu saja untuk menjebak Kevin, wanita itu akan membuat skenario murahan untuk menghancurkan hubungan antara Kevin dan Zara. Persetan jika rumor ini tercium oleh media, yang jelas, Kayla akan membuat hubungan keduanya hancur.Kayla tersenyum sarkastik, dia merasa menang karena berhasil merobohkan dinding pertahanan lelaki itu. Di atas ranjang Kevin sudah terkapar dan hilang kesadaran.Penampilannya begitu acak-
“Apa maksudmu Dimas?” tanya Kevin.“Seperti yang bilang pada anda, saya tidak percaya dengan mulut manisnya yang hanya mau bersahabat dengan anda. Saya sangat yakin dia menyimpan niat licik, makanya saya menyelinap masuk, dan berhasil merekam semuanya.”Dimas mengambil ponselnya dan memperlihatkan pada Kevin.“Lihat ini Tuan,” ucapnya.Mata Kevin membulat sempurna, melihat cara licik sang mantan untuk menjebaknyaBahkan Kevin mendengar jelas semua kalimat yang diucapkan sang mantan demi bisa memilikinya kembali.Tanda merah yang ada di leher dan dada hanya buatan semata. Nafas Kevin naik turun menahan amarah. Dia berjalan mendekati sang mantan yang wajahnya sudah pucat pasi.“Vin, i–itu-” ucapannya terjeda karena Kevin memberi satu tamparan di pipi kanan Kayla.“Dasar sampah, aku tak pernah menyangka kau sejahat ini. Kau orang paling jahat yang pernah aku kenal. Jangan pernah tunjukan batang hidungmu lagi di hadapanku!”Wanita itu berlutut memohon ampun pada Kevin, tapi pria itu meng
‘Dia makan banyak sekali,’ gumam Kevin di dalam hati.Zara pun tidak harus mengganti uang Kevin yang dipakai untuk membayar semua makanan ini, dia pikir istrinya itu sedang kelaparan.Ia mengangkut semua plastik itu menuju ruang tengah dan meletakkannya di atas meja.Menunggu Zara datang dan menjelaskan kenapa makan-makanan seperti ini di pagi hari.Kevin menahan diri agar tidak memeriksa satu per satu isi kantong. Walaupun ia membayar tagihan, sangat tidak sopan bila menyentuh dan mengambil sesuatu yang bukan miliknya.Itulah yang selalu ditanamkan sang pengasuh hingga ucapan itu seperti sebuah chip di kepala dan menjadi pedoman hidup.Tak berapa lama kemudian, Zara keluar dari kamar mandi. Matanya langsung berbinar melihat bungkusan yang dipesannya beberapa saat lalu. Kevin sampai terheran-heran."Kau memesan banyak sekali makanan. Apa bisa menghabiskannya sendiri?" tanya pria itu saat Zara mendudukkan diri kembali di samping Kevin."Zara terkekeh. "Aku menghabiskannya denganmu, ak
“Aku boleh minta sesuatu tidak?” tanya Zara pada suaminya.Kevin, menoleh seraya menganggukan kepala. Apapun asal tentang Zara pasti akan dia berikan.Zara memberikan lemon tea kesukaan Kevin, pria itu menyesapnya.“Katakan apa yang kau inginkan?” tanya Kevin.Zara menunduk tampak takut mengutarakan isi hatinya.“Katakan, jangan pernah takut untuk menyampaikan keinginanmu,” ujarnya.Zara mengangguk pelan, “aku ingin kenal keluargamu, aku juga ingin sekali ikut ke Kota west Country tempatmu bekerja.”
“Ini untukmu dan semua sudah menjadi atas namamu Nyonya Adamson.”Zara tersipu digoda suaminya. Dia mengambil map dari pria itu lalu membukanya. “Jadi, kau benar-benar menyelamatkan aset kekek?” tanya Zara.Kevin mengangguk, “anak buahku menawar dengan harga paling tinggi dari yang lain. Tapi untuk sementara waktu kita sebaiknya tetap tinggal di sini,” usul Kevin yang dibalas anggukan oleh Zara.Kevin memicingkan mata menatap curiga pada sang istri, “kau kenapa tidak terkejut berlebihan setelah tahu suamimu konglomerat?” tanya Kevin.“Maksudmu aku harus terjun dari atas sini ke bawah untuk menunjukan keterkejutanku?” kalimat sarkasme dari sang istri membuatnya Kevin membeku.“Aku sudah mendengar percakapanmu dengan Pedro dan Pak Dimas malam itu, tapi aku masih kurang yakin karena tak tahu siapa kau sebenarnya. Bahkan nama lengkapmu saja aku tidak tahu karena di buku nikah kita hanya tertulis nama Kevin Orion.”Zara memanyunkan bibirnya, entah apa yang akan terjadi ke depan dan kejuta
Esok harinya Kevin mengajak sang istri untuk jalan-jalan ke Mall. Keduanya ingin membeli beberapa kebutuhan rumah mengingat Kevin akan lebih lama untuk tinggal di kota ini sembari menyelesaikan satu persatu urusannya.Namun siapa sangka, dia dalam Mall keduanya bertemu dengan Galen dan istrinya.“Jadi apa kau setelah berhenti menjadi artis? Gembel seperti lelaki pilihan si tua bangka itu huh?”Seolah ingin melampiaskan kekecewaannya pada Kevin pria paruh baya itu tak peduli sedang menjadi tontonan pengunjung mall yang lain.“Paling sebentar dia disuruh ngemis di jalanan oleh gembel ini,” tuduh Mika yang ikut menimpali ucapan suaminya.“Sebaiknya anda tak perlu mencampuri urusan kami lagi, toh anda dan Zara tak ada hubungan darah kan? Yang anda mau sudah anda dapatkan, bahkan perusahaan yang dibangun dari nol oleh kakek malah harus terjual.”Kalimat menohok itu membuat Galen marah.“Bahkan anda tak pernah menjaga Zara, kakek dan pelayan yang anda pecat yang menjaganya.”Galen yang ters
“Papa mohon hentikan niatmu mengganggu rumah tangga Tuan Adamson.”Setelah dua jam saling bermaaf-maafan tiba-tiba sang papa berujar membuat Irfan terkejut.“Maksud Papa apa?” tanyanya.“Papa sudah tahu semuanya, kau selama ini bergaul dengan Galen dan berusaha merebut Zara. Padahal kau tahu sendiri Zara sama sekali tak pernah mengharapkanmu.”Irfan terdiam, dia lebih memilih untuk tidak membantah ucapan sang papa, minimal dirinya sudah mendapatkan maaf dan kebenaran sudah terungkap.“Papa akan wariskan semua perusahaan padamu bila kau mau menikahi wanita pilihan papa.”Irfan terkejut, matanya terbelalak mendengar permintaan konyol sang papa.“Papa yakin wanita ini jauh lebih baik untukmu dari siapapun termasuk Zara.”Helaan nafas berat terdengar dari Irfan, tapi dia lebih baik kehilangan Zara daripada kehilangan kepercayaan sang papa.“Baiklah Pa,” jawab Irfan pelan.“Dan jangan pernah kau berusaha menyakiti orang yang jauh lebih berkuasa darimu. Jangankan kau, Papa saja bila dibandi
“Tuan Adamson, akhirnya anda datang dan mau menjadi kandidatnya. Saya sangat bahagia,” ucap salah satu pengusaha lain yang hadir kala itu. “Terima kasih ini, hanya saja kebetulan saya tidak tahu kalau kembali dicalonkan,” jawab Kevin. Sang Presdir menyambut uluran tangan para pengusaha lain yang datang menemuinya untuk sekedar menyapa saja. Tak berselang lama datang rombongan Tuan Baron berjalan mendekat ke arah Kevin. Pria itu mengulurkan tangan dan Kevin pun membalasnya. “Sepertinya hari ini anda pemenangnya,” ucapnya dengan kalimat sarkas. Kevin tersenyum, “belum juga mulai pemilihannya Tuan, jadi saya tidak bisa berkomentar apapun.” Kevin tersenyum ramah, namun sorot mata elang itu menghunus tajam penuh kebencian pada orang yang sudah membunuh keluarganya. Jujur sang mafia sudah berusaha menghalangi Kevin agar tak hadir, dan dia senang saat mendapat kabar kalau hanya Dimas saja yang datang ke kota Victoire. Sebab bila yang bersangkutan tak datang otomatis Tuan Baron-lah ya