Share

160. Sendiri

“Umi, Nadina mohon jangan kembali membahas ini, Umi,” pinta Nadina dengan wajah yang menunduk.

Jarinya saling bertaut dan dimainkan sementara matanya tampak mulai berair. Aminah berjalan mendekati Nadina lalu duduk di sebelah sang menantu dan sebentar menarik napas sabar.

“Mengapa tidak, Nadina? Putra umi, Nadhif benar! Kamu masihlah Nadina, seorang wanita yang cantik, muda, dan baik hati. Kamu berhak mendapatkan kehidupan baru. Umi rasa kehadiran Rayyan adalah sebuah simbol atau pertanda untuk lembaranmu yang baru,”

“Umi sangat senang saat melihat Adnan menggandeng tangan kalian berdua tadi. Kamu pasti juga melihat sendiri bagaimana putramu yang amat pengertian itu bahagia berada di sekitar guru matematika itu, bukan?” lanjut Aminah.

“Bagaimana bisa Umi mengatakan semua ini meskipun baru sekali bertemu dengannya, Umi?” ujar Nadina.

“Lalu bagaimana denganmu dan Nadhif dulu? Abimu yang mengenalmu dan keluargamu. Bukan umi. Keyakinan itu datang tanpa basa-basi Nadina. Tidakkah kau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status