Share

214. Tiga Sisi

“Haisshh! Anak itu! Tidak tahu diuntung! Bisanya hanya merengek! Memang seharusnya dia mati saat insiden tujuh tahun lalu!” sergah sang wanita yang rupanya mendengar keluhan sang putra dari balik celah pintu kamar.

Wanita itu kembali ke kamar lalu duduk di meja kerjanya. Ia menatap sebuah ponsel dengan tatapan ketus. Ada rasa amarah dan dendam yang terasa membuncah dan lama dipendam.

“Dengar Nadina, tujuh tahun aku membiarkanmu menang atas segalanya. Dan sekarang, tak akan kubiarkan hidupmu tenang! Kau sendiri sekarang. Tak akan ada yang bisa membantumu dan membelamu. Apapun akan kulakukan. Kau harus membayar semua rasa malu dan sakit hatiku!” sergah wanita itu.

Wanita itu memang berhijab, bahkan hijabnya panjang sempurna menutup aurat yang memang semestinya ia tutupi. Tetapi siapa sangka jika hatinya begitu penuh amarah. Kemampuannya dalam mengontrol emosi sangat rendah bahkan saat ia di hadapkan pada seorang anak kecil.

“Sayang sekali, sebelum aku bisa menunjukkan kembali diriku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status