Pov. IntanBruak!!! Gdebum!!!Sebuah suara yang cukup keras dari kamar mandi cukup membuat ku dan juga beberapa saudara ipar ku yang lain terkejut.Kami yang tengah menikmati sarapan pagi pun serentak tersadar dan berteriak kompak."Abah!!! " Pekik kami semua bersamaan.Aku pun segera beranjak dari meja makan, dan menyusul para ipar ku yang juga ikut menuju kamar mandi."Tok. . Tok.. Tok... Abahh!! " Pekik ibu mertua panik sambil menggedor gedor pintu kamar mandi yang tak kunjung terbuka." Lakukan sesuatu mas, sepertinya abah tak bisa membuka pintu " Ucap Adik ipar ku yang terlihat panik." Benar rey, mbak khawatir terjadi sesuatu di dalam sana " Sahut mbak najwa panik.Reyhan pun segera mengambil ancang-ancang dan mendobrak pintu kamar mandi itu.Setelah pintu terbuka, nampaklah abah yang sudah terkapar lemas di lantai." Abah!! Abah kenapa?? " Tanya ibu mertua yang langsung menyongsong sang suami.Ibu mertua benar-benar terlihat panik, saat melihat suaminya tengah tergeletak di ka
"Ngga papa mas. Atau, kita istirahat saja dulu? " Tawar ku.Rasanya, akan bahaya jika melanjutkan perjalanan dalam keadaan kurang fokus seperti ini. Bahaya bisa mengancam kapan saja, terutama bagi orang-orang yang hilang fokus seperti mas kamal.Ku rasa, kita perlu istirahat sebentar, walau sekedar menikmati es degan sambil melihat lalu lintas yang padat merayap.Akhirnya, mas kamal menyetujui usulan ku. Mobil kami menepi di pinggir jalan raya. Tepat di samping sawah sawah yang membentang luas. Dan kebetulan, ada warung kecil yang menyediakan es buah rumput laut." Bu, es buah nya dua porsi ya... " Pesan ku pada seorang ibu ibu yang mengenakan daster rumahan berwarna coklat itu, lengkap dengan rambutnya yang di cepol asal." Baik bu... Di tunggu dulu ya... " Jawab nya seraya mempersilahkan aku dan mas kamal duduk pada sebuah lincak yang sepertinya sudah tua.Kebetulan, tempat ini sedang sepi. Hanya ada aku, mas kamal, ibu ibu penjual itu dan anaknya yang sepertinya masih TK. Di warung
Jenengan gus kamal?? Putera nya kyai hakim?? " Tanya bapak satu nya yang lebih tua." Iya Pak... " Jawab ku." Ya Alloh gus, ning... Yang meninggal kyai hakim??" Tanya bapak nya lagi." Iya... " Jawab ku lagi." Begini saja... Ayo, saya supirin sampai trenggalek. Sekalian saya takziyah sama kyai. Saya itu murid nya abah e kyai hakim " Ucap bapak bapak itu." Alhamdulillah, iya Pak... Ngga papa. Kebetulan mas kamal nya masih syok berat. Saya takut jika nekat pulang sendiri dalam keadaan seperti ini" Jawab ku.Dari tadi, aku lah yang menjawab pertanyaan mereka. Karena mas kamal sama sekali tak mengeluarkan suara. Beliau memilih diam, dan pandangan mata nya kosong seperti orang linglung.Laki-laki yang lebih tua tadi segera mengemasi barang belanjaan kami yang tercecer dan memasukkan ke bagasi. Sedangkan pemuda tampan yang sepertinya putera nya, membantu ku membuka pintu mobil dan memapah mas kamal yang tampak lemas." Mas, yang sabar ya... Kita pulang sekarang " Bisik ku lirih.Lelaki y
Pasalnya, sejak tadi mas kamal lah yang terlihat sangat kacau. Beliau terlihat sangat sedih, melebihi diri ku.Tapi tiba-tiba saja, mas kamal mengucapkan kalimat yang seolah-olah aku lah yang sejak tadi menangis tergugu, melebihi dirinya. Seolah-olah, aku yang paling terluka, padahal dirinya.Ya... Mungkin kalimat itu juga mas kamal tunjukkan untuk dirinya sendiri, dan di ucapkan nya pada ku. Pada intinya, kita saling menguatkan." Iya mas, yuk sekarang kita turun. Pak Amir juga sudah membukakan pintu untuk kita " Ajak ku.Akhirnya, dengan langkah gontai, mas kamal mengikuti ku turun. Beberapa warga tampak menatap kami prihatin." Tante.... " Teriak keyra berlarian ke arah ku. Mata gadis kecil itu tampak sembab." Iya sayang.... " Jawab ku. Lalu, gadis cilik itu segera ku gendong." Embah abah sudah meninggal tante... Huhuhuhuhu... "'Ucap nya. Ia kembali menangis dalam gendongan dan pelukan ku." Sabar ya sayang.... " Ucap ku.Perlahan, ku genggam tangan mas kamal dan menuntun nya mas
Aku emang terkadang sombong, terkadang judes, terkadang bermulut cabai. Dan terkadang... Sangat baik bak malaikat. Hehehehe." Iya iya mbak, yang uang nya banyak " Jawab Aleeza memutar bola mata malas.Melihat pemandangan itu, aku pun terkekeh geli. Pasalnya Aleeza yang terkenal sangat ramah itu ternyata juga bisa julid dan sewot. Hahaha." Udah yuk, pulang!! " Ajak nya karena aku yang terus terus an senyum sendiri." Oh, oke oke. Yuk!! " Jawab ku semangat empat lima.Akhirnya, kami berdua pun pulang. Ia yang sangat ramah juga menyapa setiap tetangga yang di temui nya di jalan, hingga membuat ku malas sendiri.Tak lama kemudian, kita sudah sampai di rumah. Lagi lagi, aku bersandiwara. Memerankan sebagai sosok kakak ipar yang baik. Aku membantu Aleeza membawa belanjaan itu ke dalam rumah." Loh, darimana ini?? " Tanya mbak Najwa." Belanja mbak" Jawab ku sambil nyengir." Oh, ya sudah " Jawab mbak Najwa.Selanjutnya, aku kembali ke kamar, menemui mas kamal yang entah sedang ngapain. Se
POV. IBU KHOIR ( IBU MERTUA)Pagi ini, setelah sholat shubuh berjamaah, aku tidur lagi. Karena kebetulan gerimis menguyur salah satu desa di kota tempe keripik.Aku terbangun saat matahari mulai masuk lewat teralis jendela kamar ku.Begitu terbangun, indra penciuman ku sudah mencium aroma ikan goreng yang lezat.Karena lapar, gegas ku langkahkan kaki ini menuju dapur. Dan ku lihat, menantu cantik ku itu sudah mencuci peralatan dapur, itu artinya... Acara memasak nya sudah selesai.Aleeza natasha aidisty adalah salah satu menantu ku dari putera ke empat. Istri dari Reyhan, putera kesayangan abah.Sebenarnya, aku cukup jatuh hati dengan wanita cantik itu. Ia pandai mengaji, pandai pekerjaan dosmetik, dan juga sangat ramah. Ia juga sangat cekatan dalam mengerjakan sesuatu. Masakan nya pun selalu patut di acungi jempol.Namun, karena sejak dulu aku tak suka Reyhan, aku juga jadi membencinya. Selalu ku cari celah kesalahan nya. Ia juga sering ku salahkan atas sesuatu yang tak di lakukan ny
Ketika aku datang, di Sana sudah ada beberapa ibu ibu tim ghibbah squad kami." Assalamu'alaikum bu ibu.... " Ucap ku menyapa mereka semua." WA alaikum salam, eh... Bu hajjah. Mari mari, duduk" Jawab yu parmi.Gerombolan ibu ibu itu langsung mempersilahkan ku untuk duduk bersama mereka. Bahkan, dalam perkumpulan mereka yu kanti sudah menyediakan buah mangga, es sirup, gorengan, dan aneka camilan ringan lain nya." Bu hajjah sudah selesai semua ya?? Tumben banget masih jam segini sudah ngumpul sama kita kita? " Tanya bu Romlah." Ah, iya bu... Dari bakda shubuh tadi, sudah saya bereskan semua. Sebenarnya belum menjemur baju sih, tapi nanti saja. Raga tua saya sudah capek. Hehe " Jawab ku melebih lebih kan diri sendiri." Ah, bu hajjah itu emang rajin banget ya orang nya. Sampai sampai semua di kerjakan sendiri " Sahut mpok jum." Iya loh... Enak banget yang jadi menantu nya. Di jadikan ratu" Imbuh bu Romlah." Engga gitu juga kok bu... Saya cuma nggak mau para menantu ku nggak betah t
POV. ALEEZASetelah kepergian abah, ibu mertua ku semakin bersikap semena mena terhadap ku. Menguras hampir semua sisa kesabaran ku yang sudah setipis kertas tisu.Dan aku, sebagai menantu yang baik, hanya bisa mendengarkan segala ocehan nya sambil mengelus dada ku.Semakin ke sini, mas reyhan pun mulai tampak sifat aslinya. Ia tak lagi menjadi pria yang lembut dan penuh kasih sayang.Ia juga tak lagi selalu membela ku. Mungkin, karena sami'na WA atho'na juga, ia begitu patuh dan hormat pada ibu nya.Awalnya, aku mengagumi sifat itu. Karena menurut ku, memang laki-laki itu adalah milik ibu nya. Sampai kapanpun.Tapi ternyata, hati ku di buat hancur oleh kelakuan mereka.******" Sayang.... " Ucap mas reyhan mendekati ku yang tengah menulis di ponsel.Aku yang tak ingin mas reyhan tahu tentang pekerjaan menulis ku pun segera menyembunyikan HP ku." Iya mas, ada apa? " Jawab ku.Sebenarnya, dalam hati aku sudah berharap akan mendapatkan nafkah dari nya. Karena ini adalah tanggal satu, d