45. Kejujuran (Bagian B)Namun suasana yang sepi, dingin dan sunyi, mampu membuat telinga kami semua mendengar ucapan lirih Kak Ambar dengan sangat jelas."Kapan?" tanyaku lagi."Lima bulan yang lalu!" katanya singkat.Allah, Allah, Allah ….Lima bulan yang lalu? Itu sudah sangat lama."Astaghfirullahaladzim." Aku mengelus dada pelan. "Kakak tahu?" tanyaku memastikan. Dia mengangguk singkat dan membuang nafas kasar. Matanya menatap jendela kamar Ibu dengan pandangan kosong, bulir bening yang sedari tadi ditahannya akhirnya jatuh juga."Malam itu, Ibu menginap di rumah bude. Dia pulang sambil bernyanyi senang, aku mengintrogasinya dan dia pun mengakui. Aku marah, mengamuk sejadi-jadinya! Aku menamparnya, tapi dia berang dan kalap melakukan KDRT pertamanya malam itu," katanya pelan."Kakak hancur, tapi tubuh kakak yang sakit tidak sebanding dengan hati kakak yang terkoyak habis. Apa hebatnya Tuti? Apa kurangnya aku? Kakak selalu mempertanyakan hal itu padanya," kata Kak Ambar lagi.Ka
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas46. Keakraban (Bagian A)Pagi - pagi sekali aku sudah bangun dan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga di rumah Ibu, Kak Ambar dan Ibu belum bangun. Tadi malam mereka tidur sekamar, karena kelelahan menangis mereka tertidur sambil berpelukan. Bang Galuh pun terpaksa tidur bersama Ibra, takut bocah itu terbangun di tengah malam dan mencari mamanya. Sedangkan aku tidur di kamar kami bila menginap di rumah ini, yaitu kamar Bang Galuh sewaktu masih bujang.Setelah selesai memasak dan menghidangkan di meja makan, aku pun segera membilas cucian yang terlebih dahulu sudah digiling di mesin cuci. Semuanya aku kerjakan dengan cepat, bagaimanapun juga hari ini kami akan sangat sibuk.Selain mengurus kasus Bang Gery, aku juga harus ke kebun untuk memastikan beberapa hal dengan Wak Sarkam karena dia baru saja menelpon dan mengatakan kalau bibit sawit yang kami pesan baru saja datang.Selain itu aku juga harus ke panglong Wak Adi untuk membeli tambahan
47. Keakraban (Bagian B)Setelah menimbang beberapa kemungkinan, aku memutuskan Ibra lebih baik tidak berada di sisi Kak Ambar untuk sementara karena nanti dia akan ke kantor polisi. Aku takut keluarga Bang Gery akan melakukan hal yang aneh lagi, bagaimanapun juga Ibra merupakan kelemahan Kak Ambar sekarang ini."Ibu setuju!" kata Ibu tegas. "Pasti keluarga Gery juga tidak akan menyerah untuk membawa Ibra," lanjut Ibu lagi."Baiklah, Kakak setuju," kata Kak Ambar menyetujui."Oke, sayang ayo cepat makannya. Kamu ikut Tante yuk! Kita ke rumah Aksa." kataku menawarkan.Ibra yang mendengar ucapanku pun langsung semangat menghabiskan makanannya, dia pasti senang nanti bisa main bersama dengan anak Bang Usman itu. Setelah siap-siap, aku segera memacu motorku ke persinggahan pertama. Yaitu panglong Wak Adi. Membeli beberapa sak semen, dan segera menuju ke lokasi Bang Gitok. Setelah berbasa-basi mengenai masalah semalam, aku kembali bergerak. Kali ini tujuanku ke rumah Bang Usman, karena Ib
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas48. Laporan (Bagian A)POV AUTHOR"Wah, tambah satu pasukannya!" kata Sarah dengan mimik muak saat melihat Dewi mendekat.Dewi berjalan melewati beberapa orang tetangga yang menyaksikan ulah keluarga Gery, dan dia juga melewati orang yang berjejer rapi. Entah apa gunanya! Mobilnya terpaksa di tinggal di pinggir jalan, tidak bisa masuk ke dalam gerbang rumah ibunya akibat banyaknya orang yang berdesakan ingin menonton.Dewi memang terlihat tenang, namun siapapun yang melihatnya pasti tahu kalau dia tengah menyimpan amarah. Dia mendekat dengan anggun, gamisnya terlihat mahal serasi dengan hijab panjang yang dia kenakan.Siapapun yang melihat pasti segan dengannya, selain penampilannya yang terlihat berkelas, Dewi juga mempunyai aura pemimpin. Wajar saja, karena walaupun Galuh anak laki-laki penerus keluarga, tapi Dewi adalah anak sulung. Wujudnya memang seorang wanita lemah, tapi jiwanya tangguh karena sebagai anak sulung beban keluarga ada di pu
49. Laporan (Bagian B)Ambar menggeleng tegas, dan Dewi pun menyeringai menatap keluarga Gery yang pucat pasi mendengar semua ucapannya tadi dengan sangat jelas. "Nah, adikku ini tidak durhaka! Dari segi mana kalian bilang dia istri yang durhaka? Hah? Jawab!" pekik Dewi dengan kuat."Dasar keluarga gila!" kata Dewi dengan nada jijik. "Jangan lagi kalian urusi kehidupan Ambar, dan jangan halangi dia untuk melaporkan Gery ke polisi!" lanjutnya lagi."Heh, Dewi! Dasar manusia sampah, jilbab saja kau panjangkan tapi akhlakmu tidak ada!" ujar Mita dengan kuat.Dia maju menghadapi Dewi. Mereka kini berdiri berhadap-hadapan, wajah Mita memerah menahan amarah."Jaga mulutmu!" kata Ambar tidak terima karena Kakak nya di hina."Apa? Kalau akhlak kakakmu ini ada, dia tidak akan menyuruh adiknya bercerai. Allah itu membenci perceraian!" kata Mita lagi sok bijak. “ Dasarnya kalian ini memang keluarga rusak!” katanya lagi."Oh ya?" tanya Dewi santai."Iya lah, aku kasihan sama Abdul, punya istri b
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas50. Informasi Ellen (Bagian A)"Assalamualaikum …."Abdul memasuki rumah dengan langkah tegap, dia melihat ke sekeliling dan belum juga menemukan istrinya dan juga yang lain. Padahal, Abdul sudah menjelajahi sampai ke ruang santai, tapi tak ada sekelebat orang pun di sini.Abdul heran, rumah kosong, tetapi kenapa tidak di kunci? Maka dia bergegas ke halaman belakang, di sana ada sebuah gazebo di atas sebuah kolam ikan hias kecil. Abdul mengira, Dewi dan yang lainnya pasti ada di sana.Namun salah, karena saat melewati kamar Ambar ternyata Dewi dan yang lainnya sedang ada di dalam. Entah membicarakan apa, makanya Abdul segera berdehem dan sukses mengagetkan mereka semua."Astaghfirullah!" Dewi dan Ajeng berucap bersamaan." Abang! Kenapa tidak salam?" katanya Dewi bertanya sambil memegangi dadanya."Abang sudah salam, bahkan dari depan sana. Tapi, tidak ada yang menjawab," kata Abdul sambil menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu."Bang, keluarga Ge
51. Informasi Ellen (Bagian B)"Oh iya, Dek. Ada kabar dari Gery?" tanya Dewi sambil menatap Galuh."Ada! Tadi pagi Sugeng menelpon, katanya Bang Gery sudah sadar. Lumayan parah, tulang hidung patah, tiga tulang rusuk juga patah, dan beberapa luka lebam di setiap inci tubuhnya!" kata Galuh dengan nada geram."Kurang itu!" kata Dewi dengan geram. “Berani-beraninya dia memukuli adikku, kalau kakak yang di sini tadi malam maka akan kakak pastikan dia sudah kehilangan tangannya itu!” lanjutnya emosi.Namun Abdul yang berada di sampingnya melotot memperingatkan, dan Dewi menggigit bibirnya salah tingkah."Maaf, Bang!" katanya sambil mengerling."Yang diucapkan Kak Dewi memang betul, Bang!" kata Galuh singkat. "Bisa-bisanya dia selama ini memukuli Kak Ambar, sedangkan Bapak dan Ibu saja tidak pernah bahkan hanya sekedar membentaknya. Bahkan dia mati pun, aku tidak akan menyesal!" kata Galuh lagi sambil mengeratkan genggaman tangannya."Sabar! Kendalikan amarahmu, agar tidak diperdaya setan!
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas52. Kepolosan Ibu (Bagian A)POV AMBARAku terdiam saat mendengar informasi yang diberikan oleh Ellen, informasi yang sukses membuat aku membatu. Kenapa begini? Walaupun sudah bertekad untuk bercerai dengan Bang Gery, namun ketika mendengar hal itu tetap membuat aku sakit. Sesuatu yang berdetak di dalam dadaku berdenyut nyeri, seolah tengah diremas dengan kuat oleh tangan-tangan tak kasat mata. Ya Allah, kenapa harus aku?Tak cukupkah semua cobaan yang engkau berikan ini? Apakah ini caramu untuk menegurku? Untuk membuat aku kembali ke jalanmu? Setelah banyaknya kesalahan yang aku lakukan dulu?Berita Tuti yang ingin meminta hak Bang Gery yang berupa motor dan tanah yang dibelikan oleh ibuku, sukses membuat kami semua menganga. Tidak semua orang mempunyai urat malu setebal itu, dan aku cukup salut untuknya. Ingin meminta yang bukan hak nya! Entah urat malunya yang terlalu tebal, atau memang dia tidak mempunyai rasa malu sedikitpun. Istri simpan