Melihat Allard yang muncul dari balik tangga, Allard hendak menyapa pacarnya itu tapi urung. Luna melewatinya begitu saja, dan menimbulkan robekan kecil di hatinya. Pria itu berlalu meliriknya sekilas dan berlalu begitu saja, sangat bajingan.
Apakah kejadian dua hari lalu membuat Allard sangat marah padanya? Padahal bukan salah Luna sepenuhnya, pasti Nora sudah memberi garam dan cuka agar seolah-olah semua karenanya.
Luna mematung di tempatnya hingga Arshaka mendekat, sedari tadi pria itu mengamati Luna. Mulai dari menyendiri di depan kelas, Allard yang muncul hingga gadis itu kembali merenung. Pemandangan entah kenapa membuat matanya tidak enak, ia tidak suka Luna bersedih.
“Beli cireng, yuk!”
Luna menoleh pada Arshaka yang merangkulnya, ia lalu mengangguk dan melengkungkan bibir. Helaan nafas berat terdengar, rasanya sesak sekali melihat tatapan Allard tadi. Seakan ia yang paling dihindari.
“Ka, aku gak salah.”
Arshaka mengangguk pah
selama membaca dan semoga terhibur 🖤
Melihat Allard yang muncul dari balik tangga, Allard hendak menyapa pacarnya itu tapi urung. Luna melewatinya begitu saja, dan menimbulkan robekan kecil di hatinya. Pria itu berlalu meliriknya sekilas dan berlalu begitu saja, sangat bajingan. Apakah kejadian dua hari lalu membuat Allard sangat marah padanya? Padahal bukan salah Luna sepenuhnya, pasti Nora sudah memberi garam dan cuka agar seolah-olah semua karenanya. Luna mematung di tempatnya hingga Arshaka mendekat, sedari tadi pria itu mengamati Luna. Mulai dari menyendiri di depan kelas, Allard yang muncul hingga gadis itu kembali merenung. Pemandangan entah kenapa membuat matanya tidak enak, ia tidak suka Luna bersedih. “Beli cireng, yuk!” Luna menoleh pada Arshaka yang merangkulnya, ia lalu mengangguk dan melengkungkan bibir. Helaan nafas berat terdengar, rasanya sesak sekali melihat tatapan Allard tadi. Seakan ia yang paling dihindari. “Ka, aku gak salah.” Arshaka mengangguk pah
Melihat Allard yang muncul dari balik tangga, Allard hendak menyapa pacarnya itu tapi urung. Luna melewatinya begitu saja, dan menimbulkan robekan kecil di hatinya. Pria itu berlalu meliriknya sekilas dan berlalu begitu saja, sangat bajingan. Apakah kejadian dua hari lalu membuat Allard sangat marah padanya? Padahal bukan salah Luna sepenuhnya, pasti Nora sudah memberi garam dan cuka agar seolah-olah semua karenanya. Luna mematung di tempatnya hingga Arshaka mendekat, sedari tadi pria itu mengamati Luna. Mulai dari menyendiri di depan kelas, Allard yang muncul hingga gadis itu kembali merenung. Pemandangan entah kenapa membuat matanya tidak enak, ia tidak suka Luna bersedih. “Beli cireng, yuk!” Luna menoleh pada Arshaka yang merangkulnya, ia lalu mengangguk dan melengkungkan bibir. Helaan nafas berat terdengar, rasanya sesak sekali melihat tatapan Allard tadi. Seakan ia yang paling dihindari. “Ka, aku gak salah.” Arshaka mengangguk pah
Melihat Allard yang muncul dari balik tangga, Allard hendak menyapa pacarnya itu tapi urung. Luna melewatinya begitu saja, dan menimbulkan robekan kecil di hatinya. Pria itu berlalu meliriknya sekilas dan berlalu begitu saja, sangat bajingan. Apakah kejadian dua hari lalu membuat Allard sangat marah padanya? Padahal bukan salah Luna sepenuhnya, pasti Nora sudah memberi garam dan cuka agar seolah-olah semua karenanya. Luna mematung di tempatnya hingga Arshaka mendekat, sedari tadi pria itu mengamati Luna. Mulai dari menyendiri di depan kelas, Allard yang muncul hingga gadis itu kembali merenung. Pemandangan entah kenapa membuat matanya tidak enak, ia tidak suka Luna bersedih. “Beli cireng, yuk!” Luna menoleh pada Arshaka yang merangkulnya, ia lalu mengangguk dan melengkungkan bibir. Helaan nafas berat terdengar, rasanya sesak sekali melihat tatapan Allard tadi. Seakan ia yang paling dihindari. “Ka, aku gak salah.” Arshaka mengangguk pah
Melihat Allard yang muncul dari balik tangga, Allard hendak menyapa pacarnya itu tapi urung. Luna melewatinya begitu saja, dan menimbulkan robekan kecil di hatinya. Pria itu berlalu meliriknya sekilas dan berlalu begitu saja, sangat bajingan. Apakah kejadian dua hari lalu membuat Allard sangat marah padanya? Padahal bukan salah Luna sepenuhnya, pasti Nora sudah memberi garam dan cuka agar seolah-olah semua karenanya. Luna mematung di tempatnya hingga Arshaka mendekat, sedari tadi pria itu mengamati Luna. Mulai dari menyendiri di depan kelas, Allard yang muncul hingga gadis itu kembali merenung. Pemandangan entah kenapa membuat matanya tidak enak, ia tidak suka Luna bersedih. “Beli cireng, yuk!” Luna menoleh pada Arshaka yang merangkulnya, ia lalu mengangguk dan melengkungkan bibir. Helaan nafas berat terdengar, rasanya sesak sekali melihat tatapan Allard tadi. Seakan ia yang paling dihindari. “Ka, aku gak salah.” Arshaka mengangguk pah
“Dia siapa Allard?!” sentak seorang gadis meminta penjelasan pada pria tampan di hadapannya.Pria itu hanya bergeming, diam saja di tempatnya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, sedang gadis itu sudah banjir air mata. Sebut saja ia Allard, Allard Zilo. Pria tampan berhati batu yang memiliki sifat sedingin pegunungan Himalaya.“Siapa perempuan itu, Allard?” Satu tangan gadis itu menarik-narik t-shirt yang dipakai Allard, tidak bisa membendung perasaan kecewanya.“Allard jawab aku!”“Dia pacar gue!”Jawaban Allard berhasil membuat Luna terhenyak, sakit, itu yang ia rasakan saat ini. Tangan yang awalnya berpegangan pada pria itu, kini terlepas.“Terus aku siapa ...?” lirihnya dengan air mata yang sudah membasahi matanya.“Kamu anggap aku apa selama ini, hah?!”“Kamu kenapa Allard? Di mana kamu simpan perasaan kamu itu?! Di mana Allard?!”Luna tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya. Allard bermain belakang, dan itu sangat m
“Jangan diemin gue kayak gini, Na.”“Na!” Allard terus saja meminta Luna untuk berbicara, karena gadis itu sudah mendiamkannya sejak kemarin.”“Na, maafin gue. Gue sayang sama lo.”Luna akhirnya melirik pria itu, namun dengan tatapan yang tidak bersahabat. Tanpa berkata sepatah katapun, gadis itu hanya menatap Allard dalam diamnya. Membuat Allard frustrasi saking tidak senangnya jika ia didiamkan begitu saja oleh sang pacar.Allard tahu dia tidak tahu diri, ia tahu jika dia memang terus saja membuat gadis itu sakit hatinya. Tapi dia tidak ingin kehilangan Luna, ia sangat tidak bisa jika gadis itu pergi dari kehidupannya. Walau begitu, tetap saja Allard tidak bisa menggurui dirinya sendiri. Perasaan Luna terus saja menjadi korban kebrengsekannya.“Aku heran sama kamu, kenapa bisa segampang itu minta maaf? Seakan yang kamu lakuin itu tidak menjadi masalah sedikit pun!”“Na, gue gak ada apa-apa sama Anne!"“Ngelawak kamu? Kamu pikir aku buta, A
Ponsel Luna berdering, sebuah panggilan masuk dari Allard. Ia segera mengangkat panggilan itu karena memang Luna sudah menunggu pacarnya itu sejak tadi.“Halo?”“Halo? Na, gue gak bisa jemput, ya. Hari ini gue sama temen, gak enak soalnya kemarin udah janjian.”“Tapi, Lard ... aku udah tungguin kamu dari tadi. Harusnya kamu bilang lebih awal.”“Iya gue lupa, lo ribet banget, sih. Tinggal pesen taksi, kan, bisa? Nanti gue bayarin, deh, taksinya.”“Bukan masalah bayarnya, Lard. Aku dari tadi tungguin kamu, masa kamu tinggal gitu aja?” Luna melirik kanan-kiri, tidak ada satu pun bus atau pun taksi yang lewat, “Lagian kamu pake mobil, kan? Masa aku gak boleh ikut? Kan kamu lewat sini ke sekolahnya?”“Lo jangan nyari ribut, Na! Udah lah, tinggal pesen taksi juga! Repot banget!”Tut!Panggilan itu mati sepihak, Luna memegangi dadanya yang terasa sangat sakit karena ucapan Allard. Dia rela berjalan dengan kaki pincang dari rumahnya m
“Kenalin, Na. Ini ini sahabat gue dari kecil, Nora.”Luna tersenyum simpul pada perempuan di hadapannya, menyapa setenang mungkin.“Ra, ini pacar gue, Luna.”Allard memperkenalkan kedua gadis yang ada di depannya itu, agar Luna tidak salah paham akan hubungannya dengan Nora. Allard dan Nora sudah kenal sejak keduanya masih menjadi kanak-kanak, selalu bermain bersama sampai suatu situasi memisahkan mereka.Dan sekarang, Nora kembali dan bersekolah di sekolah yang sama. Itu membuat Allard senang karena memang sudah sangat lama mereka tidak bertemu, sekitar tiga tahun yang lalu saat akan kelulusan sekolah menengah pertama.“Na, lo gue pesanin taksi, ya.” Allard merangkul bahu Luna, “gue mau nganter Nora ke rumah sakit dulu.”Luna kembali menelan pil pahit, dengan terpaksa dia mengangguk lagi dan lagi. Sudah dikatakan, Luna akan selalu mengiyakan pria di hadapannya itu. Selalu begitu, sejak mereka berpacaran Luna selalu mengiyakan semua mau Allard.