Share

Bab 117 Amarah yang Meledak

Aku mengkhawatirkan Taufan dan mengingatkannya, "Hati-hati, takutnya dia membalasmu."

"Tenang saja." Taufan mengajakku kembali ke ruang UGD.

Ketika kami kembali, ibuku bertanya, "Di mana bajingan itu."

"Sudah pergi," jawabku.

Setelah dua jam, akhirnya seorang dokter keluar dari ruang UGD. "Kondisi pasien sudah stabil, untungnya segera dibawa ke rumah sakit. Kalian harus menjaga emosi pasien, jangan sampai emosi, apalagi terpukul."

Aku pun lega mendengarnya. Taufan berpesan kepada dokter, lalu memberikanku saran. "Jangan bilang ayahmu sudah sadar. Sebarkan berita ayahmu masih kritis."

Taufan meminta pihak rumah sakit untuk memberikan kamar VIP kepada ayahku. Taufan juga meminta ibuku tinggal di rumah sakit agar lebih mudah untuk merawat ayahku. Dengan begitu, juga tidak ada orang asing yang mengetahui kondisi ayahku yang sebenarnya.

Aku sedih melihat wajah ayahku yang pucat dan mengenakan tabung oksigen. Begitu melihat aku, ayahku tidak bisa membendung air mata, bibirnya bergetar marah.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status