Share

Bab 261 – Kerinduan yang Bagaikan Gelombang Pasang

Begitu kata-kata tersebut keluar dari mulutku, aku hampir menggigit lidahku sendiri. Bukan karena menyesal, tetapi aku merasa begitu luar biasa.

Benar saja. Taufan menatapku sambil tersenyum. Namun, menurutku senyuman itu pasti mengandung permusuhan.

“Omongan macam apa itu? Sebaiknya kamu pergi mengantarnya. Pak Taufan juga sudah minum. Dia nggak boleh mengemudi,” kata ayahku.

“Oh,” jawabku sambil berdiri. “Oke.”

Di dalam mobil, Taufan berkata kepadaku, “Pergi ke Asterik Tower.”

Aku langsung merasa kecewa di dalam hati. Asterik Tower jauh lebih dekat dibanding Taman Adaline. Namun, aku tidak tahu kenapa dia tidak kembali ke Taman Adaline.

Pertanyaan ini baru saja muncul di benakku, tetapi sepertinya Taufan bisa membaca pikiranku. “Taman Adaline terlalu jauh. Aku khawatir kalau kamu pulang sendirian.”

Mendengar kata-kata Taufan, aku tidak tahu apakah aku harus merasa senang atau berterima kasih kepadanya.

Apakah aku bisa menganggap jika dia peduli padaku?

Aku hanya diam saja di sepanjan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status