Aku pun tertidur dengan pikiran yang kacau. Aku memimpikan Harry dan Jasmine yang berselingkuh, lalu mereka menindasku dan putriku dengan kejam. Aku yang terbangun menangis, tetapi aku masih tidak bisa melampiaskan emosiku.Saat ini sudah subuh, kicauan burung membuatku perlahan menjadi tenang. Aku bangun, lalu menggosok gigi dan turun ke lantai bawah. Aku belum menikmati pemandangan indah di kawasan ini dan aku tidak ingin melewatkannya begitu saja.Ketika Taufan mencariku, matahari sudah bersinar terang. Saatnya memulai hari yang baru. Taufan yang perhatian bertanya seraya mengamati wajahku, "Apa kamu tidur nyenyak semalam?"Aku tersenyum dan menjawab, "Tentu saja, terima kasih!""Lagi-lagi kamu begitu sungkan kepadaku," ujar Taufan. Dia menggandeng tanganku dan melanjutkan, "Kamu sudah lapar, 'kan? Ayo, kita sarapan."Sarapan di sini sangat lezat, jadi aku makan dengan lahap. Aku membutuhkan tenaga yang cukup untuk menghadapi semua permasalahan. Saat dalam perjalanan pulang, Taufan
Setelah tujuan mereka tercapai, Harry menyuruh keluarganya pulang. Aku juga tidak keluar untuk mengantar mereka.Aku berpikir pesta hari jadi pernikahan ini memang sesuai dengan kemauanku. Jika Harry ingin membuat pesta yang meriah, aku akan menuruti keinginannya. Lagi pula, aku sudah dipermalukan mereka, apa lagi yang perlu kutakutkan?Setelah Harry membujukku lagi, dia pun pergi ke perusahaan dengan perasaan senang. Aku segera menelepon James untuk menanyakan perkembangan masalahnya.James menjelaskan, "Kak Maya, aku sudah berusaha, tapi dia nggak menunjukkan sikapnya, jadi aku juga nggak berdaya. Aku sudah merekam percakapan yang kamu minta, aku akan mengirimnya kepadamu. Selain itu ... dia tahu kamu bertemu dengan Pak Taufan! Dia bilang ... hais, kamu dengar sendiri saja."Selesai bicara, James mengakhiri panggilan telepon, lalu mengirim rekaman tersebut. Rekaman itu berisi percakapan antara James dan Harry.James berkata, "Bos, malam ini pihak Bright Celestial menghadiri perjamuan
Aku menjawab panggilan telepon dari Jasmine. Dia tetap bersikap arogan saat berbicara, "Ada yang mau aku bicarakan denganmu! Kita ketemu sebentar!""Kenapa tadi kamu nggak bilang waktu di rumah?" tanyaku."Ini masalah antara aku dan kamu, jadi aku nggak mau mereka mendengarnya. Kita ketemu di Bar Arandall!" sahut Jasmine.Sebelum aku menjawab, Jasmine sudah mengakhiri panggilan teleponnya. Aku memegang ponsel sambil merenung, entah apa yang direncanakan Jasmine. Aku penasaran dengan hal apa yang dia tutupi dari keluarganya.Saat memikirkan hal ini, aku langsung bangun dan melihat jam. Sekarang sudah hampir siang, jadi bar belum beroperasi sepenuhnya. Aku berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk memakai celana jeans, kaos, dan sepatu hak datar berwarna putih agar lebih aman.Ketika dalam perjalanan, aku menelepon Fanny untuk berjaga-jaga. Namun, kebetulan Fanny pergi ke Kota Linde. Jadi, aku hanya bisa mengurungkan niatku.Aku menggenggam ponselku dengan erat untuk beberapa saat, lalu me
Jasmine tersenyum licik saat berbicara, jadi aku yakin pasti ada yang tidak beres dengan ucapannya. Aku tidak menanggapi pertanyaan Jasmine, aku berkata, "Aku merasa nggak ada yang aneh kalau datang ke sini. Kamu bicara terus terang saja, jangan berbelit-belit. Di sini nggak ada keluargamu."Jasmine tersenyum sinis dan berkomentar, "Haha. Kak Maya, kamu itu selalu bersikap angkuh, membosankan sekali. Kak Harry nggak suka dengan sikapmu ini, dia bilang kamu itu selalu berlagak seperti seorang putri. Sebenarnya, kamu sangat monoton, bahkan kamu sangat kaku saat bermanja-manja."Aku benar-benar kesal melihat sikap Jasmine, lalu aku menimpali, "Jasmine, aku nggak pernah bertemu dengan orang yang nggak tahu malu sepertimu!"Jasmine menyahut, "Maya, nggak usah berlagak menjadi senior, bukannya selama ini kamu begitu sabar? Apa kamu nggak menemukan kondom di saku Kak Harry? Aku nggak percaya kamu nggak kaget atau sedih waktu melihat barang itu, Kak Harry bilang kalian nggak pernah pakai itu."
Sikap Jasmine membuatku muak, tapi aku terpaksa harus bertahan. Jasmine adalah wanita yang licik, aku tidak bisa tenang. "Rahasia? Wanita nggak tahu malu sepertimu punya rahasia?""Maya, jangan cuma berani bicara. Kamu adalah wanita yang cerdas, aku telah mengirimkan banyak foto yang bagus, tapi kamu sama sekali nggak marah. Kamu sabar banget dan bersikap seolah nggak terjadi apa-apa di depan kakakku, kamu pasti nggak rela meninggalkannya, ya?" Jasmine menatapku sambil menyesap anggurnya dan tersenyum provokatif.Rasanya emosiku malu meledak, tetapi aku tidak tahu bagaimana cara menghadapi wanita iblis ini."Ayo, temani aku minum. Kamu perlu melepas penat." Jasmine membujukku. Namun melihat aku yang tidak bergeming, Jasmine malah tersenyum puas. "Kamu takut padaku? Tenang saja, kamu nggak lihat aku juga meminum anggur dari botol ini? Ngapain takut?"Jasmine menatapku dengan sinis, tetapi aku tetap diam saja. "Baiklah, terserah kamu."Kemudian Jasmine mendekatiku, lalu berkata dengan la
Aku berusaha meloloskan diri, tetapi ketiga pria ini menahanku. Aku berjuang mati-matian dengan menggerakkan tangan dan kakiku, hanya saja tenagaku tidak sebanding. Sebuah tangan besar mendekat dan merobek pakaianku. "Srek ...."Seiring suara robekan pakaian, aku berteriak makin keras. Tubuhku bergetar ketakutan, aku berusaha keras untuk melepaskan diri. "Pergi, tolong ...."Aku meratap putus asa, aku mulai kehilangan tenaga untuk memberontak. Para pria ini tidak memedulikanku, mereka tetap berusaha melecehkanku.Sebuah tangan tangan yang lebar membuka kancing celanaku dan melepaskannya."Bugh!" Terdengar dentuman pintu yang keras. Aku yakin pasti ada orang yang datang, aku mengerahkan semua tenagaku yang tersisa untuk berteriak, "Tolong ... tolong aku ....""Prang!" Pintu yang didobrak mengakibatkan seisi kamar bergetar. Aku berusaha melepaskan tangan pria yang memegangku. "Lepaskan aku .... Tolong ...."Sesaat pintu terbuka, tampak dua sosok gelap yang masuk dan memukul pria yang mel
Setelah diinfus, saat aku dan Taufan hendak pulang, Fanny masuk ke dalam bangsalku dengan berapi-api. "Maya, ada ...."Begitu melihat Taufan yang berada di bangsalku, Fanny tersentak dan menelan kembali semua kata-katanya. Fanny tercengang menatap Taufan, raut wajahnya terlihat sangat aneh.Aku tahu apa yang dipikirkan Fanny, aku pun bergegas mengalihkan perhatiannya. "Fanny, kamu sudah pulang?""Fanny meneleponmu saat kamu pingsan, dia khawatir sama keadaanmu. Aku menceritakan kepadanya semua yang terjadi," jawab Taufan."Ka-kamu .... Ternyata kamu yang menjawab teleponku?" Fanny menunjuk Taufan sambil bertanya dengan penasaran, "Kamu siapa?"Aku bergegas mengenalkan Taufan kepada Fanny dan mereka pun berjabat tangan. Fanny bertanya saat melihat jas yang aku kenakan, "Kamu memakai jasnya Taufan?"Aku mengangguk sambil tersipu malu. Kemudian aku kembali menatap Taufan dan berkata, "Biar Fanny yang mengantarku pulang."Taufan mengangguk, lalu berpesan beberapa hal dan pergi meninggalkan
Harry memiliki firasat buruk, pasti ada sesuatu yang akan terjadi. Dia menatapku dengan dingin sambil bertanya, "Maya, apa yang ingin kamu lakukan? Berhenti membuat keributan!"Aku membalas tatapan Harry tanpa rasa takut. "Aku membuat keributan? Tunggu sampai Jasmine datang, biar kita lihat siapa yang membuat keributan."Melihat sikapku yang keras kepala, Harry pun bertanya kepada Fanny, "Apa yang terjadi?"Fanny merangkul lenganku sambil melayangkan tatapan jijik kepada Harry. "Kamu tanya aku? Aku mesti tanya siapa? Tunggu dan tanyakan pada adik kesayanganmu datang."Suasana di dalam ruangan terasa canggung, semua orang tahu tujuan kedatanganku tidaklah bersahabat.Tak berapa lama, Jasmine datang sambil jalan berlenggak-lenggok, suasana hatinya tampak bagus. Namun sesaat membuka pintu ruangan dan melihat orang-orang yang berkumpul, Jasmine tersentak, lalu menatapku dan bertanya, "Maya, kamu mau ngapain? Ada apa ini?"Melihat Jasmine yang bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, rasanya